
Maqamat Kiblat
Oleh Said Idris Athari Muniruddin I Rector I The Zawiyah for Spiritual Leadership
BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIEM. Arah sujud menunjukkan kualitas anda.
Masih sujud ke tembok (Kakbah)? Tidak masalah. Itu secara syariat menunjukkan bahwa kita adalah manusia.
Sudah mulai ikut sujud ke batin Adam? Bagus. Itu tariqah yang meng-upgrade kita jadi malaikat: “Kami berfirman kepada para malaikat: “Sujudlah kamu kepada sosok-sosok yang telah kuberi ilmu-ilmu khusus disetiap zaman, sebutlah namanya Adam” (QS. Al-Baqarah: 34).
Sudah kenal dan berkiblat langsung kepada Wujud Allah? Sempurna. Itulah tujuan hakiki kita.
***
Kiblat itu bertingkat. Mengup-grade kiblat dari tingkatan lahiriah ke tingkatan ruhaniah butuh kesiapan mental: “Dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa amat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah” (QS. Al-Baqarah: 143).
Tetapi begitulah perjalanan spiritual yang harus kita tempuh, untuk menghilangkan segala bentuk sekutu, sehingga totalitas kemanusiaan kita murni berkiblat ke Wajah-Nya: “Sesungguhnya aku menghadapkan wajahku kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi, dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan” (QS. Al-An’am: 79).
Mau tau ilmu cara meng-upgrade (ingat: bukan merubah) arah kiblat? Ya, bersuluklah. Alam jabarut, alam malakut, alam rabbani.
Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa Aali Muhammad.*****
___________________
powered by PEMUDA SUFI:
Bahagia, Kaya dan Terpelajar.