
Jurnal Suficademic | Artikel No. 12 | Januari 2024
CASHFLOW QUADRANT: REJEKI PEKERJA DAN REJEKI PENGUASA
Oleh Said Muniruddin | RECTOR | The Sudicademic
BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM. Kuadran rejeki ada dua: “rejeki pekerja” dan “rejeki penguasa”. Berikut penjelasannya.
Pertama, “Rejeki Pekerja” (Workers)
Rejeki pekerja adalah rejeki yang “diusahakan”. Rejeki ini diperoleh untuk semua tipe pekerja (workers). Baik yang bekerja pada perusahaan/pemerintah (employees), bekerja untuk diri sendiri (self-employed), atau bekerja untuk sebuah usaha tersendiri secara mandiri (business). Ketiganya sama-sama berat. Sebab, harus mengeluarkan energi besar dalam bekerja, secara fisik dan mental. Ada rutinitas yang dilakukan berulang-ulang, dengan disiplin.
Kalau sekedar jadi pekerja, mungkin cukup hanya mengulang-ulang tugas, tanpa resiko besar, setiap bulan dapat rejeki. Jumlahnya tetap. Bisa besar, bisa kecil. Tergantung posisi. Tergantung kapasitas perusahaan juga.
Para pekerja, apalagi kelas bawah, itu sulit kaya. Apalagi dalam sistem yang sangat kapitalistik dan tidak taat pada aturan ketenagakerjaan. Para pekerja, rejekinya cukup-cukupan. Tapi terkadang itulah peluang yang ada, menjadi pekerja. Konon lagi, ketika kita tidak punya kecakapan dan keberanian lebih untuk memulai usaha sendiri.
Kalau bekerja untuk sendiri (self-employed) juga butuh kekuatan. Menggarap sawah, hutan, kebun, dan laut bisa dilakukan secara mandiri. Kita punya kebebasan yang besar. Jika dilakukan secara bagus dan momentumnya tepat, banyak penghasilannya. Selain risiko gagalnya juga ada.
Membangun usaha yang lebih profesional (big bisnis) juga tidak mudah. Resiko mendapat rejeki tentu semakin besar. Disamping resiko personal untuk menanggung kegagalan/kerugian juga besar. Kecuali bisnisnya bertambah besar, dengan kemampuan mempekerjakan banyak orang, barulah stabilitas pendapatan akan diperoleh. Orang-orang akan bekerja untuk usaha kita. Namun, pada taraf tertentu, kita masih harus aktif berpikir bahkan memantau jalannya usaha.
Menjadi pekerja (employees), terus bekerja (self-employed) dan senantiasa membangun pekerjaan (businessmen), adalah doktrin mendasar dalam berusaha. Termasuk dalam perspektif agama. Mulai dari “kaada a-faqru an yakuuna kufran” (kefakiran dekat dengan kekufuran). Sampai kepada sejumlah ayat terkait keharusan mencari karunia (QS. Al-Baqarah: 198) dan menata peniagaan (QS. An-Nisa: 29; Jumuah: 9 & 11, An-Nur: 37; as-Shaff: 10; at-Taubah: 24, 111; Fathir: 29; al-Baqarah: 254, 275, 282; Ibrahim: 31; al-Munafiqun: 10; al-Ahzab: 27; dll). Dalam perspektif ini, yang sungguh-sungguh dalam bekerja, serta punya etika, pasti berhasil. Itu hukum alam.
Terkadang, rejeki datang tidak dengan cara dicari. Tetapi “ditawarkan”. Sebelum dituntaskan terlebih dahulu, agar itu menjadi uang. Karena itu, variabel silaturahmi (networking) sangat berperan dalam memperoleh pendapatan. Ada bentuk rejeki yang ditawarkan, untuk kita usahakan, sehingga memperoleh pendapatan. Kalau kita punya skil, pemikiran, dan pengalaman; ditambah banyak jaringan yang kita rawat dengan silaturahmi; banyak penawaran yang datang.
BACA: “REJEKI YANG DITAWARKAN “
Kedua, “Rejeki Penguasa” (Leaders)
Rejeki leaders adalah tipe rejeki yang “dikasih”. Ini jenis rejeki yang mengalir untuk pemimpin atau “penguasa” (leaders). Apakah itu penguasa dunia spiritual (para imam, habaib, syeikh, mursyid, pandito, dan lainnya). Maupun penguasa dunia material (pejabat pemerintah, penguasa anggaran, dan lainnya). Termasuk juga ‘penguasa’ bisnis (investors). Mereka mirip-mirip tidak bekerja, tapi langsung dapat hasilnya.
Bukan rahasia lagi, jika para imam, wali, mursyid, ataupun sekelompok habaib; itu didatangi untuk “disalami”. Masyarakat bernazar kepada Tuhan melalui tangan mereka. Masyarakat juga bersedekah untuk mereka, berharap hajat-hajatnya dikabulkan Allah swt. Pada level tertentu, mereka dianggap sebagai khalifah atau “wakil Tuhan” di bumi. Dalam setiap rejeki manusia, ada hak Allah, Rasul, kerabat dan lainnya. Ada “khumus”-nya (QS. Al-Anfal: 41). Mereka menyalurkan itu untuk berbagai kebutuhan dakwah, guna membesarkan nama Tuhannya. Dalam dunia spiritual, memberi hadiah untuk seorang ulama, tinggi nilainya. Karena itulah, spiritualitas dapat menarik rejeki. Tidak perlu dicari, datang sendiri. Spiritualitas adalah “magnet rejeki”.
Bukan cuma dalam Islam. Coba perhatikan agama lainnya. Di Laos, ada sebuah gunung yang dihuni para bikshu. Kerja mereka cuma bertapa. Setiap pagi, pada saat kabut masih menyelimuti bumi, masyarakat ramai-ramai datang mengantarkan makanan untuk mereka, secara sukarela. Begitulah kehidupan para ruhaniawan. Kerjanya meditasi. Makanan ada yang antar, tanpa diminta, tanpa dicari. Mereka anggap itu sebagai jamuan dari surga.
Bukan cuma kaum spiritualis, kaum materialis juga mudah mendapatkan rejeki. Para kontraktor biasanya akan datang untuk memberi “sesajen” kepada sejumlah pejabat publik. Dengan harapan; diberikan, dimudahkan dan tidak diganggu proyeknya. Karena itu, kalau seseorang punya kuasa dan kontrol terhadap anggaran, rejeki akan datang dengan sendirinya. Pola ini mungkin terkesan negatif. Tapi itu nyata adanya. Sudah menjadi rahasia umum. Terkhusus di Republik Wakanda.
Rejeki yang “dikasih”, atau mengalir tanpa dicari, bahkan datang sendiri saat kita tidur; dalam terminologi keuangan lainnya disebut sebagai “financial portofolio”. Ini semacam saham atau aset yang kita miliki, yang nilainya bertambah sendiri. Itulah kenapa Adam diprotes. Bagaimana mungkin wujud tanah diberi prestise tinggi. Iblis tidak tau, bahwa nilai “tanah” (Adam) terus naik. Spiritualitas dan kekuasaan adalah saham atau aset, yang dapat memberi nilai tambah bagi pemiliknya.
Rejeki “dikasih” adalah rejeki kelompok elit. Untuk berada dalam kuadran ketiga ini, Anda harus mencapai puncak spiritualitas atau kekuasaan. Namun diperlukan mujahadah besar untuk bisa berada disitu. Kenyataannya, sedikit sekali yang berada pada makam ini. Sejumlah investor juga bekerja secara cerdas untuk mencapai kuadran yang membebaskan mereka dari bekerja untuk uang. Dan melalui bentuk investasi tertentu (i.e., emas, tanah, toko, dsb) membiarkan uang yang bekerja untuk mereka.
Menariknya, bukan untuk elit pemimpin saja (i.e., rasul dan warisnya), Tuhan juga memastikan kelompok-kelompok marjinal (i.e., fakir, miskin, amil, mualaf, riqab, gharim, fisabilillah dan ibnu sabil) untuk juga mendapat rejeki dalam bentuk “dikasih”. Ada kewajiban oleh siapapun dari kita yang punya rejeki, untuk menyantuni mereka dalam berbagai bentuk (i.e. khumus, zakat, infaq, sedekah dan lainnya). Apakah yang disalurkan oleh penguasa, ataupun yang Anda antar sendiri. Kelompok mustadh’afin ini tidak bekerja, dan mungkin karena faktor tertentu tidak bisa bekerja maksimal dan tidak bisa menghasilkan sesuatu. Tapi terjamin pendapatannya melalui bagian dari harta Anda. Paling tidak untuk memenuhi kebutuhan pokoknya:
وَاعْلَمُوْٓا اَنَّمَا غَنِمْتُمْ مِّنْ شَيْءٍ فَاَنَّ لِلّٰهِ خُمُسَهٗ وَلِلرَّسُوْلِ وَلِذِى الْقُرْبٰى وَالْيَتٰمٰى وَالْمَسٰكِيْنِ وَابْنِ السَّبِيْلِ اِنْ كُنْتُمْ اٰمَنْتُمْ بِاللّٰهِ وَمَآ اَنْزَلْنَا عَلٰى عَبْدِنَا يَوْمَ الْفُرْقَانِ يَوْمَ الْتَقَى الْجَمْعٰنِۗ وَاللّٰهُ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
“Dan ketahuilah apa pun yang kalian peroleh berupa sesuatu, maka sesungguhnya seperlimanya (khumusnya) adalah milik Allah, Rasul, para kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan ibnu sabil, jika kalian telah beriman kepada Allah dan pada apa yang Kami turunkan atas hamba Kami pada hari al-furqan, yaitu hari bertemunya dua kelompok, dan Allah Mahamampu atas segala sesuatu” (QS. al-Anfal: 41)
Penutup
Robert T. Kiyosaki (2011) menguraikan tipe pendapatan dalam 4 cashflow quadrant (employee, self-employed, business owner, investor). Kami menyederhanakannya dalam 2 kuadran, dengan penekanan isu-isu spiritual dan keummatan. Bagi Anda para “workers” (ummah), cashflow akan mengalir dengan cara bekerja (employees, self-employed, dan business owners). Sementara, bagi mereka para “imam” (a spiritual and progressive leaders), serta “mustadh’afin” (the needy); rejeki datang dengan cara diantar/dikasih.
Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa Aali Muhammad.

SAID MUNIRUDDIN | The Suficademic
Web: sayyidmuniruddin.com
TikTok: tiktok.com/@saidmuniruddin
IG: instagram.com/saidmuniruddin/
YouTube: youtube.com/c/SaidMuniruddin
Facebook: facebook.com/saidmuniruddin/
Facebook: facebook.com/Habib.Munir/
Twitter-X: x.com/saidmuniruddin
Channel WA: The Suficademic
Join Grup WA: The Suficademic-1
Join Grup WA: The Suficademic-2
2 thoughts on “CASHFLOW QUADRANT: REJEKI PEKERJA DAN REJEKI PENGUASA”