
Jurnal Suficademic | Artikel No. 18 | Januari 2024
AGAMA SEREMONI
Oleh Said Muniruddin | RECTOR | The Suficademic
Bismillahirrahmanirrahim.
Agama ada dua: agama esensi dan agama seremoni.
Pertama, “Agama Esensi”
Agama esensi adalah agama “mengalami”. Agama, pada level esensial adalah bentuk-bentuk pengalaman spiritual, pengalaman interaktif perjumpaan dengan Tuhan. Karena itu, agama pada level ini adalah perolehan “rasa” (vibrasi) ketuhanan yang otentik. Pengalaman turunnya Quran/lailatul qadar, israk mikraj, hari raya fitrah, idul qurban, maulid nabi; semuanya adalah momentum “esensial”.
Turunnya Quran masih berulang dan terus terjadi, sampai kiamat. Turunnya kekuatan malakut dan Ruh dari “langit” tertentu (QS. Alqadar: 4), yang membawa esensi ayat ke dalam qalbu, masih bisa diperoleh oleh siapapun yang menguasai metode penyucian diri. Pengalaman untuk “menyentuh” wujud batiniah Quran yang penuh mukjizat, masih terus berulang.
Israk mikraj juga begitu. Itu pengalaman ruhaniah para nabi yang bisa direplika oleh siapapun yang menguasai metode perjalanan jiwa. Mikraj adalah sebuah bentuk interaksi ruh suci antar generasi. Mikraj adalah metode ruhani untuk menghadirkan diri ke hadapan Tuhan. Esensi shalat adalah mikraj, perjumpaan. Pengalaman ini masih bisa diulang.
Maulid pun begitu. Pada level esensi, ruh kita dapat terus “dilahirkan” (diperbaharui) melalui keterkoneksian dengan Ruh nabi. Ruh nabi adalah Nur Allah, atau Nur Muhammad; sebuah esensi quddus yang mampu menyucikan jiwa. Karenanya, esensi maulid adalah “perjumpaan ruhani” dengan Ruh nabi secara berulang-ulang. “Ruh ilahi” adalah sebuah esensi yang sudah ada sejak zaman azali, yang ditiup dalam tubuh Adam, sampai ke Muhammad. Ruh ini tidak pernah mati dan akan terus “dilahirkan” (diwarisi/bersilsilah) sampai kepada generasi akhir zaman. Hakikat maulid adalah lahirnya “spirit” kenabian secara terus menerus. Hadirnya ruh nabi dalam diri kita.
Kedua, “Agama Seremoni”
Sayangnya, semua pengalaman dan esensi keagamaan itu, di zaman sekarang sudah berubah menjadi “seremoni”. Nuzulul quran, israk mikraj, maulid nabi dan semua peristiwa keagamaan telah berubah menjadi seremoni.
Agama telah berubah, dari “wahyu” (pengalaman esensial laduni), menjadi seremoni. Orang bahkan tidak percaya lagi kalau batin quran masih bisa diperoleh. Orang tidak percaya, bahwa malaikat dan Ruh (jibril) masih bisa dijumpai. Orang tidak percaya, bahwa Ruh nabi masih bisa dihadirkan. Orang tidak percaya, mikraj ruhani masih bisa dilakukan. Orang-orang hanya percaya, bahwa itu hanya pengalaman keagamaan bagi nabi. Bagi kita, cukup dijadikan sebagai “seremoni”. Kita hanya bermain pada level “anggaran”, bukan lagi “pelajaran”.
Penutup
Islam adalah “agama langit” (samawi). Pada level esensi; Islam adalah pengalaman spiritual, pengalaman perjumpaan atau kehadiran. Semua itu hanya bisa dialami atau rasakan, ketika ruhani seseorang telah membumbung ke langit. Ada metode (tarikat) untuk memperjalankan jiwa, sehingga sampai ke dimensi Esensi (langit/rabbani).
Ketika semuanya diubah menjadi seremoni, Islam terdegradasi menjadi “agama bumi” (agama ardhi/materialisme). Islam turun derajatnya, dari level “rasa” yang diperoleh secara langsung melalui ilham/wahyu, menjadi aneka jenis upacara keagamaan yang membosankan. Sholat dan ibadah apapun (syahadat, puasa, haji dan lainnya) akan berubah menjadi “seremoni” (ritual lahiriah formal belaka), manakala tidak terjadi kontak dengan Wujud Esensi (Allah/Ruh).
Agama bukan sekedar “peringatan” tentang masa lalu. Agama dan pengalaman kenabian tidak boleh menjadi fosil sejarah untuk sekedar dikenang. Agama adalah pelajaran, ketauladanan, pengalaman yang harus diedukasi sehingga bisa diulang-ulang. Pengalaman spiritual para nabi adalah sesuatu yang aplikatif disetiap zaman dan tempat. Saliḥ fī kulli zamān wa makān.
Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa Aali Muhammad.

SAID MUNIRUDDIN | The Suficademic
Web: sayyidmuniruddin.com
TikTok: tiktok.com/@saidmuniruddin
IG: instagram.com/saidmuniruddin/
YouTube: youtube.com/c/SaidMuniruddin
Facebook: facebook.com/saidmuniruddin/
Facebook: facebook.com/Habib.Munir/
Twitter-X: x.com/saidmuniruddin
Channel WA: The Suficademic
Join Grup WA: The Suficademic-1
Join Grup WA: The Suficademic-2
Terima kasih.