LAFRAN “THE MOVIE”, UBI TUMBUK DAN KEBANDELAN HMI

Bagikan:

Jurnal Suficademic | Artikel No.70 | November 2024

LAFRAN “THE MOVIE”, UBI TUMBUK DAN KEBANDELAN HMI
Oleh Said Muniruddin

Bismillahirrahmanirrahim.

RABU, 13 November 2024. Jam menunjukkan pukul 5 sore. Saya baru keluar dari masjid Al-Mizan, Kampus FEB Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. Rencana mau pulang. Tiba-tiba teringat Lafran, sosok pendiri HMI, yang pada 6 November 2017 dikukuhkan oleh Presiden Joko Widodo sebagai Pahlawan Nasional.

Tidak jadi pulang. Saya balik ke ruangan. Saya cari link yang kebetulan lagi banyak beredar di berbagai grup alumni. Saya klik. Ternyata, film berjudul “Lafran” yang perdana tayang pada 20 Juni 2024 silam, kini bisa ditonton di MAXstream. Durasinya 1 jam 46 menit. Diperankan oleh Dimas Anggara, film ini mengisahkan perjuangan sosok Lafran, anak Sutan Pangurabaan Pane, dalam mendirikan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).

Saya kira, bagi HMI, cukup diawali dengan pemutaran film ini, materi “Sejarah HMI” dalam basic leadership training-nya akan memberi efek baik bagi peserta. Setidaknya, para mahasiswa harus tau, syarat untuk menciptakan perubahan, seseorang harus cukup bandel dimasa kecilnya. Harus cukup “radikal” di usia muda.

Lafran ini sosok dengan dua kepribadian. Bandel di waktu kecil. Lalu tawadhuk sekali di usia mahasiswa dan setelahnya. Setidaknya begitulah yang kita lihat di film tersebut. Dari buku-buku bacaan tentang Lafran, saya juga memahaminya seperti itu. Ada transformasi kejiwaan yang sangat radikal, yang dia alami dari kecil sampai dewasa. Semua itu bagian dari proses pergumulan pengalaman dalam menyikapi kondisi Islam dan bangsa.

Di awal film kita disuguhkan, bagaimana Lafran kecil yang bandelnya minta ampun. Ada satu momen di awal film, ketika Lafran membuat jebakan di tengah jalan. Sehingga, orang yang lewat jatuh terperosok ke lobang itu. Ia bersama kawan-kawannya tertawa melihat itu. Saya kira ini sudah cukup mewakili bentuk kebandelan anak kampung. Dan Lafran, termasuk gerombolan bandel itu.

Di film itu pula kita disuguhkan informasi, selain bandel, Lafran juga suka bolos waktu kecil. Bahkan sampai dimarahin nenek, sosok yang sangat berperan dalam pertumbuhan masa kecilnya. Di tempat mengaji, ia juga diakui oleh teman-temannya sebagai “anak pintar”. Tapi “suka bolos”. Bicara kepintaran, Lafran ini memang bukan terlahir dari trah bodoh. Dua kakaknya, Sanusi dan Armijn dikenal sebagai sastrawan dan seniman Indonesia. Ayahnya juga seorang guru, jurnalis dan pendiri Muhammadiyah di Sipirok, Sumatera Utara. Kakeknya, Syekh Badurrahman, merupakan ulama. Ada jejak keislaman yang kuat dalam DNA-nya.

Beberapa segmen awal di film ini juga memperlihatkan bagaimana Lafran remaja hidup di ring tinju. Suka berantam dan sejenisnya. Kemudian, di sekolahnya pun ia suka protes. Jadi, karakter bandel sudah menjadi bagian dari masa kecil dan remajanya. Entah kenapa ia bandel. Mungkin karena kurang perhatian dari ayahnya, yang sibuk berjuang dengan surat kabar, atau mungkin sudah genetiknya begitu.

Tapi bagi saya, setelah menyimak film Lafran, tersirat satu hal, “Kita harus cukup bandel di waktu kecil, untuk menjadi tawadhuk dimasa tua”. Lafran kecil sangat bandel. Tapi ketika dewasa, ia sudah menjadi sosok berbeda. Karakter bandelnya sudah berubah menjadi energi kejuangan yang luar biasa. Energi bandelnya sudah mengalami transformasi ke dalam bentuk-bentuk pemikiran yang progresif. Dan ini menjadi salah satu modal bagi dia dalam mendirikan HMI.

Syukur juga Lafran itu bandel dimasa kecil. Kelihatannya, seluruh energi bandelnya telah optimal ia habiskan dimasa kecil dan remaja. Sehingga, kebandelan itu tidak lagi tersisa dimasa tua. Hal ini tentu sangat berbeda dengan kebanyakan anggota HMI sekarang. Bandel, jahat dan liciknya justru baru tumbuh setelah ber-HMI. Karena itulah kita lihat, sudah dewasa masih membuat rusuh di kongres dan sebagainya. Saya kira, ini tipe kader yang berbeda dengan Lafran. Kader-kader model ini kemungkinan kurang bandel waktu kecil. Orang yang tidak maksimal bandel saat kecil, biasanya punya potensi untuk bandel saat tua. Sama halnya kalau Anda melihat ada orang yang hidupnya norak. Itu pertanda ia baru jadi orang kaya. Kalau orang sudah kaya sejak kecil, hidupnya tidak lagi norak.

Kalau Anda melihat ada kader atau alumni HMI yang bandel (termasuk dalam artian koruptif dan sebagainya), itu penyimpangan dari sosok Lafran. Bandelnya mungkin sama dengan Lafran. Tapi salah periode. Harusnya kenakalan itu terjadi waktu kecil. Bukan saat sudah tua. Jangan dibalik.

Karena itu, bersyukurlah kalau Anda punya anak yang bandel. Biarkan bandelnya maksimal. Itu ciri-ciri anak yang bakal cerdas di usia dewasa. Tapi ada syaratnya. Dalam kebandelannya, Anda harus tetap sabar mendidik dan menanamkan nilai-nilai agama. Suatu saat, ketika ia mulai menemukan jalan menuju Tuhan, nilai-nilai ini akan tumbuh melampaui kebandelannya. Itu dialami Lafran. Walaupun bandel, pendidikan menjadi fokus keluarganya. Sampai ia dihijrahkan ke Jogya, salah satu pusat pendidikan di Indonesia.

Itulah Lafran. Sosok yang saat kecil sangat taat dan senantiasa ditanamkan nilai-nilai oleh orang tuanya. Tradisi Sumatera tempat ia lahir dan menghabiskan masa kecil cukup kental dengan tradisi keislamannya. Memori keislaman ini menjadi bekal bagi dia dalam mendakwahkan Islam dan mendirikan HMI di Jogyakarta. Tak disangka, organisasi ini menjadi salah satu organisasi mahasiswa Islam tertua dan terbesar di Indonesia. Kontribusi organisasi ini sangat besar, baik saat mempertahankan kemerdekaan maupun periode setelahnya.

Film ini mampu memotret berbagai fase kehidupan Lafran yang sangat dinamis. Dari masa Belanda, Jepang dan sesudahnya. Mulai dari kecil, remaja, sampai ia menjadi mahasiswa. Juga sedikit ketika ia sudah menjadi alumni HMI. Sangat layak jika tokoh sederhana dan berdedikasi ini menjadi tauladan mahasiswa Indonesia. Ada banyak pesan yang dapat ditangkap dari film yang diangkat dari kisah nyata ini.

Bagi saya, dari film ini lahir sebuah kesimpulan, “Anda harus cukup bandel untuk menjadi seorang tokoh transformator”. Bandel saat kecil, itu sesuatu yang wajar. Tapi, bandel ini harus terus Anda rawat sampai dewasa. Tapi dalam bentuk keteguhan iman, keberanian, kedisiplinan, konsistensi, determinasi dan persistensi. Hanya mereka yang punya sikap ini yang mampu melahirkan karya nyata. HMI adalah karya besar Lafran dan kawan-kawannya!

Banyak sekali tantangan yang ia hadapi saat mendirikan dan membesarkan HMI. Bahkan lebih berat lagi adalah bagaimana ia menghilangkan “nama”-nya, semata-mata hanya untuk membesarkan nama HMI. Pada level ini, Lafran sudah menjadi sufi. Ia mampu mengalahkan egonya. Mungkin karena itulah namanya kemudian menjadi besar, bahkan menjadi pahlawan bagi Indonesia. Hanya mereka yang mampu mengalahkan dirinya, yang akan abadi. Lafran adalah salah satu dari orang itu.

Terakhir, saya juga terkejut, ketika mengetahui jenis makanan yang paling disukai Lafran. Pada menit 50 di film ini, Lafran terlihat sedang belanja daun ubi disebuah pasar di Yogya. Saat itu ia berpapasan dengan Ratih yang kebetulan bertanya mau diapakan daun ubi itu. Lafran menjawab, itu akan diolah menjadi “daun ubi tumbuk!”.

Mendengar jawaban Lafran, mendadak perut saya lapar. Kalau tidak saya tahan-tahan, mungkin air liur pun akan menetes ke lantai. Sebab, daun ubi tumbuk adalah juga makanan favorit saya. Tapi itu hanya saya nikmati khusus saat suluk di sebuah dayah zikir di Aceh, yang kebetulan juga banyak diikuti oleh kader dan alumni HMI. Kelihatannya, daun ubi tumbuk berasal dari Tapanuli Selatan, kampungnya Lafran.

Setelah menonton film ini, saya sebagai alumni HMI bertambah bangga dengan Lafran. Sebuah rahasia besar telah terkuak. Ternyata saya punya kesamaan dengan Lafran Pane. Kami sama-sama suka makan “daun ubi tumbuk”. Sampai disini saya ingin mengatakan satu hal penting. Anda belum sah menjadi kader HMI, kalau belum pernah mencicipi “daun ubi tumbuk”. Sebab, itu menu favorit pendiri HMI.

FILM “LAFRAN” DAPAT DITONTON DISINI: MAXStream – LAFRAN

Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa Aali Muhammad.

Billahi taufiq walhidayah.*****

SAID MUNIRUDDIN | The Suficademic
Web: 
sayyidmuniruddin.com
TikTok: tiktok.com/@saidmuniruddin
IG: instagram.com/saidmuniruddin/
YouTube: youtube.com/c/SaidMuniruddin
Facebook: facebook.com/saidmuniruddin/
Facebook: facebook.com/Habib.Munir/
Twitter-Xx.com/saidmuniruddin
Channel WA: The Suficademic
Join Grup WA: The Suficademic-1
Join Grup WA: The Suficademic-2

Bagikan:

One thought on “LAFRAN “THE MOVIE”, UBI TUMBUK DAN KEBANDELAN HMI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Next Post

ISU STRATEGIS ACEH: "HANA SIKULA" DAN "HANJEUT BEUT"

Thu Nov 21 , 2024
Jurnal

Kajian Lainnya

SAID MUNIRUDDIN adalah seorang akademisi, penulis, pembicara dan trainer topik leadership, spiritual dan pengembangan diri.