
Jurnal Suficademic | Artikel No.75 | Desember 2024
AGAMA ITU APA?
Oleh Said Muniruddin
Bismillahirrahmanirrahim.
Agama itu apa?
Agama itu “percaya kepada yang gaib”. Agama itu jalan menuju kepada yang gaib. Ketika seseorang memilih untuk beragama, maka ia telah memilih untuk percaya kepada yang gaib.
Masalahnya kemudian adalah, tidak semua orang bersedia menempuh jalan secara sukarela menuju “alam gaib” (mutu qabla anta mutu, matilah sebelum engkau mati). Rata-rata menunggu mati dengan cara dijemput paksa, untuk masuk ke dimensi ukhrawi yang gaib.
Disinilah awal masalah dari beragama. Anda memilih percaya, tapi tidak mau masuk ke alam gaib. Anda percaya Tuhan yang gaib adalah sumber inspirasi dan kekuatan. Tapi Anda tidak mau melakukan mikraj untuk masuk atau naik ke “dimensi”-Nya. Lalu bagaimana Anda bisa terkoneksi, terhubung, dekat dan berjumpa dengan Dia yang gaib yang Anda percaya sebagai sumber energi itu?
Berbicara hal-hal gaib sekilas terkesan “ngeri”. Seolah-olah, perjalanan riset menuju “alam gaib” itu ngeri sekali. Padahal tidak. Sama seperti anak SMU membayangkan kuliah di perguruan tinggi, ngeri sekali. Karena dimensinya masih rendah. Padahal, kalau sudah berada di bangku kuliah, ia tidak takut lagi.
Kegaiban itu dimensi ukhrawi, dimensinya lebih tinggi. Wajar jika Anda agak takut. Karena itu berada di luar wilayah comfort zone Anda sekarang. Sekali Anda berada disana, Anda akan memiliki keterbukaan mata. Selama ini kita tertidur, buta atau mati. Ketika masuk ke dimensi ini, baru terjaga.
Sebab, “gaib” adalah sesuatu yang sifatnya metafisik, wujud setelah fisik. Dimensinya lebih agung, lebih tinggi. Namun demikian, fisika dan metafisika adalah satu bagian utuh yang tidak terpisahkan dari totalitas Wujud (Ahad). Baik fisika maupun metafisika adalah bagian utuh dari sains. Fisika itu sains. Agama dengan segala hal gaibnya adalah juga sains, sains metafisik.
Islam adalah agama sains, “ilmiyun wa amaliyun”, teoritis sekaligus metodologis. Ada dalil, ada cara. Gaib itu ada dalilnya. Juga ada cara untuk memasukinya. Tuhan itu ada teori tauhidnya. Juga ada jalan untuk menjumpai-Nya.
Agama memberi petunjuk kepada kita, bahwa jalan menuju Tuhan tidak sulit. Cara terintegrasi dengan Tuhan adalah dengan “mengenal diri”. Cara menuju alam ketuhanan adalah dengan mengenal “Diri”. Ada wujud diri kita yang lain yang lebih otentik, yang harus dikenali, kalau ingin kenal Tuhan. Jadi, manusia adalah subjek sekaligus objek Pengetahuan.
Karenanya, “mengenal diri” adalah metode menuju Tuhan. Makna mengenal diri disini bukan sekedar mengenal dalam makna “teoritis” an sich. Bukan kajian dan hafalan tentang diri melalui metode akal dan argumentasi semata (conscious mind). Melainkan sebuah langkah praktis untuk “masuk” lebih dalam ke jantung kesadaran masing kita.
Langkah praktis ini, dalam tradisi spiritual agama-agama samawi disebut “meditasi” (zikir). Zikir adalah metode untuk memfokuskan kesadaran kepada titik terdalam dari diri kita. Zikir adalah metode untuk mengakses alam bawah sadar (subconscious) hingga tembus ke alam atas sadar (supra-conscious). Zikir adalah metode peleburan kesadaran material, menuju kesadaran emotional dan spiritual.
Manusia itu “makhluk gaib”. Usaha untuk mengenali siapa manusia, siapa diri kita, belum selesai. Sampai hari ini masih terjadi perdebatan, manusia itu apa sebenarnya? Rumi sekalipun, diujung kesadarannya sempat berkata:
“Aku mati sebagai mineral dan menjelma tumbuhan. Aku mati sebagai tumbuhan dan terlahir binatang. Aku mati sebagai binatang dan kini manusia. Kenapa aku mesti takut? Maut tak menyebabkanku berkurang! Namun sekali lagi aku harus mati sebagai manusia, dan melambung bersama malaikat; dan bahkan setelah menjelma malaikat, aku harus mati lagi; segalanya kecuali Tuhan, akan lenyap sama sekali. Apabila telah kukorbankan jiwa malaikat ini, Aku akan menjelma sesuatu yang tak terpahami. O.. biarlah diriku tak ada! Sebab ketiadaan menyanyikan nada-nada suci, “KepadaNya kita akan kembali.”
Seperti kata Rumi. Kita bukan mineral, bukan tumbuhan, bukan hewan, juga bukan manusia dalam pemahaman tradisional. Kita lebih tinggi dari itu. Kita adalah sebuah wujud yang sebenarnya sulit dibahasakan.
Sekilas, kita semua makhluk fisik. Kenyataannya, keseluruhan kita terisi dengan aneka emosi dan kesadaran. Ketika matipun nanti, kita tidak betulan mati. Ada dimensi lain dari kita (ruh) yang masih hidup dan bahkan abadi. Dimensi ini “gaib”, tidak terlihat secara kasat. Tapi ada. Kalau tau cara melihat dan merasakan, eksistensinya bisa diverifikasi.
Maka, siapapun yang bisa mengakses dimensi ruh dari setiap diri, maka ia sudah mampu menembusi alam gaib. Ruh merupakan portal menuju Tuhan. Ruh adalah hembusan Tuhan. Ruh adalah manifestasi kehadiran Tuhan. Ada esensi ketuhanan dalam diri kita. Jika kita mengetahui cara masuk dan berkomunikasi dengannya, kita akan terhubung aktif dengan Tuhan.
Dalam Islam, metode untuk mengaktivasi ruh disebut “tariqah”. Tariqah artinya “jalan” atau “metode”. Yaitu metode mengaktivasi alam kedirian bawah sadar. Ini metode khas dunia sufisme. Sufisme adalah mazhab sain metafisika yang fokus pada kemampuan untuk menembusi petala langit dan bumi, untuk terkoneksi dengan secara hakiki dengan Tuhan. Dalam sains ini; jenis kekuatan, energi, teknologi atau “sultan” yang digunakan adalah “ruh”.
Teknologi ruh ini yang minim dipelajari dalam dunia keislaman moderen. Secara umum kita terhenti beragama pada level syariatis (teoritis). Kita sholat. Tapi sholatnya terhenti pada level gerak dan bacaan fisik. Gelombang kejiwaan kita tidak khusyuk. Kita tidak bermain pada level subsconscious dan supra-conscious. Karena itu, ibadah-ibadah kita seperti tidak memiliki power (mukjizat). Sebab, mukjizat itu terjadi ketika seseorang terhubung dengan “divine matrix” (jaringan energi Ilahi).
Sementara, untuk hidup khusyuk dan penuh miracles, seseorang harus melatih untuk meninggalkan kesadaran logis. Otaknya harus di “off”-kan. Kesadaran materialnya harus dibenam dalam “ketiadaan”. Sampai tumbuh sebuah mata kesadaran lain yang mampu melihat dan merasakan sesuatu yang Maha Agung. Ingat, pada level conscious, akal memang sangat diperlukan. Tapi pada level subsconscious, hanya gelombang Ruhani yang mutlak diperlukan.
Teknik-teknik zikir mengajarkan ini. Belakangan, sains moderen juga mulai terintegrasi dengan wisdom kuno agama-agama samawi. Sains kuantum misalnya, telah menemukan jalan menuju “alam gaib”. Ada level energi, ada gelombang atau cahaya yang bertingkat dalam segala sesuatu; sampai kepada level yang belum terjangkau oleh alat observasi inderawi.
Sains percaya, manusia adalah makhluk gaib. Makhluk yang terbentuk dari gelombang atau energi, yang punya vibrasi dan frekuensi. Manusia adalah makhluk multi dimensional. Pada sisi luaran, manusia adalah “makhluk atomik”. Sedangkan pada sisi dalam, kita semua adalah gradasi gelombang Tuhan. Maka, siapapun yang bisa masuk ke dalam dirinya, ia akan semakin mengenal yang Maha Gaib; pusat dari segala cahaya, energi atau gelombang.

Penutup
Mulai awal tahun 2025, THE SUFICADEMIC akan rutin mengadakan training untuk berbagai institusi dan publik umum, guna memahami ini secara mendalam. Di dalamnya diperkaya dengan metode zikir, meditasi, self-hypnosis atau relaksasi untuk menyelami diri; sehingga terhubung dengan berbagai kekuatan bawah sadar.
Training ini menyatukan paradigma sains moderen dengan berbagai filosofi spiritual dan praktik-praktik mendasar yang telah diperkenalkan oleh orang-orang bijak disepanjang zaman.
Salah satu training ini bernama “Spiritual Leadership”. Melalui ini, para audien difasilitasi untuk “mengenal diri” sampai pada level kuantum cahaya. Selanjutnya juga dibahas cara memprogram takdir sukses pada level spiritual, beserta teknik “positive affirmation” dan “inspired action” untuk mencapainya.
Melalui training ini kami membuktikan, agama itu saintifik sekaligus spiritual. Agama adalah metode untuk mensingkronkan level material dari wujud dengan level-level yang lebih imanen dalam diri kita. Agama bisa mentransformasi hidup menjadi lebih baik dan membawa kita lebih dekat dengan Tuhan, dengan alam dan manusia. Agama adalah metodologi untuk mencapai sukses dan bahagia. Agama adalah metodologi untuk meningkatkan prestasi dan kinerja.
Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa Aali Muhammad.***

SAID MUNIRUDDIN | The Suficademic
Web: sayyidmuniruddin.com
TikTok: tiktok.com/@saidmuniruddin
IG: instagram.com/saidmuniruddin/
YouTube: youtube.com/c/SaidMuniruddin
Facebook: facebook.com/saidmuniruddin/
Facebook: facebook.com/Habib.Munir/
Twitter-X: x.com/saidmuniruddin
Channel WA: The Suficademic
Join Grup WA: The Suficademic-1
Join Grup WA: The Suficademic-2