
The Most Important Job Skills for the Future
Oleh Said Muniruddin I Dosen I Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala
BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIEM. Situs FORBES, 4 November 2019, merilis 5 skil yang dipercayai paling diperlukan untuk kesuksesan pekerjaan dimasa depan. “The Most Important Job Skills for the Future”, demikian tulis Bernard Marr. Judul yang sama saya copy paste untuk artikel ini. Skil tersebut adalah: emotional intelligence, creativity, flexibility and adaptability, data literacy, dan tech savviness.
Apa yang ditulisnya itu benar. Bahkan saya melihat, itu bukan hanya skil penting untuk masa depan. Itu juga rahasia suksesnya orang-orang dimasa lalu. Hanya penekanannya saja yang berbeda, sesuai konteks tempat dan waktu. “Antum a’lamu bi umuri dunyakum”, kata Nabi SAW. Kamu paling mengerti bagaimana menyesuaikannya sesuai kebutuhan zaman.
Karena ini bulan maulid, saya coba bedah konsep itu pada sosok nabi:
(1) Emotional intelligence
Kemampuan Muhammad berinteraksi dalam organisasi sangat tinggi. Ia memiliki teknik komunikasi yang sangat efektif. Tidak pernah menyakiti. Sangat memahami. Bahkan mampu mendamaikan orang-orang yang bertikai. Begitu diterima dan dipercanya ia oleh semua kolega dan pelanggan, sehingga digelar “Al-Amin” (the trusted one). Kita, jika ingin diterima, harus memahami dan memperbaiki tatakrama pergaulan.
(2) Creativity
Saat orang-orang mengusung isu “suku”, ia hadir dengan perspektif: “ummah”. Ide ini menghasilkan pola gerakan yang sama sekali berbeda. Saat orang-orang percaya banyak (anak) tuhan, ia hadir dengan konsep ke-Esa-an. Saat kaum Yahudi hidup secara ketat dengan hukum-hukum syariat Musa, dan kaum Nasrani begitu fleksibel dengan tasawufnya Isa, Muhammad hadir menjembatani keduanya. Syar’i sekaligus sufistik. Sangat kreatif. Kita sekarang tentu tidak perlu merubah konten agama. Tapi instrumen dan metodologi penyampaiannya masih bisa dilakukan dengan 1001 cara.
(3) Flexibility and adaptability
Muhammad hadir dalam gaya kaumnya. Jika kaumnya berjenggot dan berjubah, ia juga demikian. Ia tidak tampil dengan fashion baru. Ia tidak memaksakan masyarakat dengan sebuah kultur yang berasal dari luar diri mereka. Bahkan sebagian besar syariat yang ia bangun berasal dari tradisi nenek moyang terdahulu. Seperti hajinya Ibrahim as, puasanya daud, dan lain-lain. Hanya beberapa yang ia perbaharui untuk menambah spirit beragama. Serta beberapa dihilangkan karena faktor etika. Untuk sukses, kita harus kembali memahami peribahasa: “dimana kaki dipijak, disitu langit dijunjung”. Jangan memulai sesuatu secara radikal, seperti langsung mengevaluasi dan menyalahkan orang.
BACA: DIUTUS SESUAI “BAHASA” KAUMNYA”.
(4) Data literacy
Kesuksesan Muhammad membangun organisasi keislaman dan keummatan sangat ditopang oleh kemampuannya dalam menggali data dan informasi. Secara alamiah, karena background-nya seorang pebisnis, ia mampu secara cermat menghitung peluang pasar dan perkembangan situasi. Secara spiritual, ia pun “kasyaf.” Ada suplai informasi yang rutin ia terima dari bank data (lauh mahfudz). Ini dibutuhkan guna memahami yang tersembunyi, memperkirakan masa depan, serta pengambilan keputusan terhadap setiap tindakan. Gerakannya berbasis data, yang dikonfirmasi oleh wahyu. Rasional sekaligus spiritual.
(5) Tech Savviness
Setiap revolusi industri memiliki kekhasan teknologi. Muhammad tentu tidak hidup di era digital 4.0. Juga bukan di periode kapal uap dan mesin-mesin bertenaga api. Sekilas, masyarakatnya saat itu masih bertopang pada sektor primer tanpa dukungan mekanika produksi yang berarti. Namun, setidaknya kita mengetahui, ia memiliki alat transportasi berupa kuda tercepat yang ia gunakan dalam berdakwah. Bukan motor butut. Artinya, teknologi yang ia gunakan adalah yang terbaik dimasanya. Sementara, kalau kita bicara teknologi spiritual, ia memiliki perangkat buraq paling canggih dalam catatan sejarah. Tidak ada pulihan lain, kita tidak boleh gaptek. Kita harus benar-benar menguasai teknologi terkini. Tapi inilah yang paling ditakuti kompetitor. Indonesia misalnya, sedikit saja maju dengan teknologi dirgantara, langsung dihancurkan. Pun beberapa negara muslim seperti Iran, dilucuti habis-habisan agar kembali ke zaman pra-sejarah. Teknologi adalah penentu bisnis masa depan. Penentu kemenangan dalam penguasaan sumberdaya.
Link: https://www.forbes.com/sites/bernardmarr/2019/11/04/the-5-most-important-job-skills-for-the-future/
Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa Aali Muhammad.*****
___________________
powered by PEMUDA SUFI:
Bahagia, Kaya dan Terpelajar.