“IBLIS”, MALAIKAT YANG TERBAKAR API KESOMBONGAN

Bagikan:

Jurnal Suficademic | Artikel No. 32 | Maret 2023

“IBLIS”, MALAIKAT YANG TERBAKAR API KESOMBONGAN
Oleh Said Muniruddin | RECTOR | The Suficademic

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIEM. Sebagaimana Anda sudah ketahui, iblis itu sangat taat dan konsisten menyembah Allah. Sebab, iblis itu (mantan) malaikat. Bahkan (mantan) pemimpin para malaikat. Iblis itu (mantan) imam, syekh, kiyai atau ustadnya para malaikat.

Jadi, status iblis memang selalu alim. Sampai kiamat, yang namanya iblis, itu tetap ada unsur alimnya. Hanya saja, ia angkuh. Karena itu, malaikat manapun, yang sifatnya angkuh, itu adalah iblis.

Manusia manapun; yang bertauhid dan alim, selalu berada di taman surga, sering ke masjid; tapi angkuh dan suka merendahkan orang lain, takabur dan suka mengatakan orang lain sebagai sesat; itu iblis.

Iblis adalah wujud jahat dari orang-orang yang cerdas dan beragama. Semua orang beragama. Semua orang percaya kepada adanya Tuhan, agama apapun itu. Jadi, siapapun yang sombong, itu pasti berwujud iblis.

Maka sebenarnya tidak sulit mencari iblis. Tidak perlu susah payah melihat ke langit untuk menemukan iblis ataupun malaikat. Bumi itu benda langit. Kita semua makhluk langit. Kita semua ada di langit, tergantung-gantung di angkasa Tuhan yang tidak bertepi. Memang di langit (planet) mana lagi yang ada makhluknya, selain bumi?

Iblis itu adalah kita semua, orang-orang bertauhid yang arogan. Tidak mau sujud kepada Adam. Tidak mau mengakui kelebihan orang. Tidak melihat ada Tuhan pada diri seseorang. Bagi iblis, kebenaran hanya terfokus pada dirinya.

Berikut ayat yang menyebutkan bahwa iblis adalah kelompok malaikat, yang tidak mau sujud (“bablas”):

وَاِذْ قُلْنَا لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ اسْجُدُوْا لِاٰدَمَ فَسَجَدُوْٓا اِلَّآ اِبْلِيْسَۗ اَبٰى وَاسْتَكْبَرَۖ وَكَانَ مِنَ الْكٰفِرِيْنَ

(Ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat, “Sujudlah kamu kepada Adam!” Maka, mereka pun sujud, kecuali Iblis. Ia menolaknya dan menyombongkan diri, dan ia termasuk golongan kafir” (QS. Al-Baqarah: 34)

Coba baca. Di ayat itu, jelas Allah hanya memerintahkan kepada para malaikat untuk sujud. Tapi si iblis tidak mau. Itu pertanda, si iblis adalah kelompok malaikat yang tidak mau sujud, atau “bablas”. Perintah sujud di ayat tersebut hanya ditujukan kepada kelompok malaikat. Dan dalam kelompok itu, ada yang “bablas”, tidak mau sujud. Itulah iblis.

Iblis adalah kelompok bertauhid yang sombong. Karena itu, di ayat itu disebut “kafir”. Jadi, siapapun yang bertauhid, tapi sombong, itu hakikatnya “kafir” (kufur).

Ayat ini berbicara kekafiran dalam dimensi tasawuf. Kalau dalam dimensi fikih/syariat, kafir itu cenderung diartikan sebagai “non-muslim”. Semua yang tidak mengakui Allah sebagai Tuhan, itu kafir. Syariat begitu.

Tapi, ini ayat tasawuf. Kafir itu adalah, siapapun yang kufur. Sekalipun Anda bertauhid seperti iblis, kalau ruhaninya sombong, itu kafir.

Tasawuf itu halus. Tasawuf bertugas “mengislamkan” manusia pada level Ruhani. Tasawuf bekerja untuk memperbaiki adab. Sehingga tidak ada lagi bentuk-bentuk kesombongan (ego) dalam jiwa.

Selama ego dan sifat-sifat buruk lainnya masih ada, seberapa cerdas pun pemikiran ketauhidan Anda, Anda tetap dihakimi sebagai iblis yang kufur.

Karena itu, dalam dimensi tasawuf, surah seperti Al-Kafirun dibaca dalam setiap shalat untuk “mengusir” iblis dan kekafiran dalam diri masing-masing. Bukan untuk mengkafir-kafirkan orang.

Manusia adalah malaikat, sekaligus iblis. Manusia diciptakan Allah dalam sebaik-baik bentuk, “ahsanu taqwim”. Bentuk terbaik manusia adalah “ruh”, yang merupakan bagian dari-Nya, cahaya-Nya. Pada sisi kuantumik, manusia adalah “makhluk cahaya”.

Cahaya (quark) ini “hidup”. Cahaya ini merupakan gelombang yang “berkesadaran”, yang terus melakukan tawaf dalam diri manusia. Cahaya ini mengalami ekspansi sampai menjadi atom. Atom terus bergerak secara substansial sampai berkembang menjadi berbagai elemen materi (molekul dan sel) yang menyusun wujud kasat manusia.

Manusia yang telah berkembang dalam wujud “atomik”, itu merupakan elemen “tanah”; yang punya unsur panas (api). Manusia pada substansi dasarnya adalah “cahaya”, yang karena kompleksitas wujud, ia juga makhluk “api”. Manusia adalah makhluk dengan dua potensi kejadian, menjadi “malaikat” (wajahnya bercahaya) atau “iblis” (jiwanya terbakar nafsu). Pada sisi “cahaya” manusia menjadi “ahsanu taqwim” (QS. At-Tin: 5). Tapi, ketika unsur “api” mencuat, ia bisa terjatuh ke derajat “asfala safilin” (QS. At-Tin: 5).

(BACA: “MIN SULALATIN MIN TIN”: ADAM TERCIPTA DARI TANAH, TANAH TERCIPTA DARI APA?”)

Quran itu canggih. Puitis sekali bahasa dan pilihan kosa kata. Terkadang membuat kita sampai membayangkan, bahwa iblis itu makhluk nun jauh disana, yang bertauhid namun ingkar kepada Allah SWT.

Padahal, Quran tidak bicara untuk hal-hal jauh, yang tidak ada hubungannya dengan manusia. Quran diturunkan untuk bicara tentang manusia, dalam berbagai gaya bahasa metafora. Seolah-olah, ketika membahas malaikat dan iblis, itu dua makhluk di alam lain sana. Yang entah dimana. Padahal, itu kita semua.

Sopan dan tinggi sekali bahasa Quran. Mampu menyembunyikan realitas pahit, sekaligus mengagumkan. Bahwa kita semua adalah iblis. Sekaligus malaikat.

Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa Aali Muhammad.

#powered by SUFIMUDA
___________________
FOLLOW US
:
SAID MUNIRUDDIN | The Suficademic
Web: 
saidmuniruddin.com
YouTube: youtube.com/c/SaidMuniruddin
TikTok:
tiktok.com/@saidmuniruddin
IG: instagram.com/saidmuniruddin/
Facebook: facebook.com/saidmuniruddin/
Twittertwitter.com/saidmuniruddin
Join Grup WA: The Suficademic-1
Join Grup WA: The Suficademic-2

Bagikan:

3 thoughts on ““IBLIS”, MALAIKAT YANG TERBAKAR API KESOMBONGAN

  1. Apa perbedaan dan persamaan antara malaikat dan iblis?
    Persamaannya ialah sama sama di perintahkan untuk menyembah allah, tidak makan dan minum. pebedaannya malaikat di ciptakan dari cahaya, sedangkan iblis dan setan terbuat dari api.

    Berarati artikel ini kami koreksi bahwa Iblis tidak berasal Malaikat. 🙏🙏🙏

Leave a Reply to Binance registrirajte se Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Next Post

"AHSANI TAQWIM, ASFALA SAFILIN": MANUSIA DALAM DUA WUJUD EKSTRIM

Tue Mar 14 , 2023
Jurnal

Kajian Lainnya

SAID MUNIRUDDIN adalah seorang akademisi, penulis, pembicara dan trainer topik leadership, spiritual dan pengembangan diri.