Jurnal Suficademic | Artikel No. 91 | Agustus 2023
BERAGAMA SECARA ILMIAH, DARI BANGUNAN TEORI (SYARIAT) METODOLOGI PEMBUKTIAN (TARIKAT)
Oleh Said Muniruddin | RECTOR | The Suficademic
Pendahuluan
ISLAM adalah agama ilmiah, yang dibangun dengan dua hal. Pertama, teori/dalil/hipotesa (syariat) tentang wujud. Kedua, metode pembuktian (tarikat) tentang wujud. Sayangnya, umat Islam dewasa ini hanya kuat di dalil/teori (syariat), dan lemah di metode pembuktian (tarikat).
Dalam artian; kita tau Nama, teori dan berbagai argumentasi pemikiran tentang Tuhan. Kita punya banyak kitab teoritis tentang Tuhan. Tapi tidak tau langkah dan cara, sebagaimana ditempuh para nabi, untuk bisa menjumpai wujud ontologis Tuhan yang hakiki.
Dalil Syariat dan Hipotesa Relijius
Beragama adalah proses ilmiah. Diawali dari proses untuk mempercayai sesuatu. Itulah rukun iman. Rukun iman adalah “keyakinan” atau “kepercayaan” tentang sejumlah wujud. Wujud itu belum diketahui, belum dilihat atau belum ditemukan secara langsung. Alias “gaib”. Karena wujudnya masih gaib, maka itu semua hanya sekedar dipercaya/diyakini ada. Dalam bahasa akademik itu disebut “hipotesa”. Ini tertuang dalam Bab 2 sebuah langkah kerja ilmiah. Pada tahap ini, manusia cuma bisa membangun dalil, konsep, atau teori terkait wujud. Itulah yang disebut “syariat”. Jadi, Bab 2 dalam metode ilmiah berisi dalil syariat dan hipotesa terkait variabel wujud.
Video berikut menjelaskan rukun iman sebagai hipotesa relijius:
Metodologi Pembuktian Syariat & Hipotesis
Langkah selanjutnya dalam sebuah metode ilmiah adalah membuktikan berbagai dalil dan hipotesa yang dibangun di Bab 2. Inilah yang disebut “tarikat”. Tarikat adalah metode, jalan, atau langkah pembuktian terhadap sebuah dalil teori atau kepercayaan. Bagaimana caranya? Empat video berikut menjelaskan tentang ini:
Penutup
Islam yang kaffah adalah Islam yang ilmiah. Islam yang tidak terhenti di Bab 2 (Landasan Teori & Hipotesa). Tapi harus dilanjutkan ke Bab 3. Yaitu menemukan tarikah (Metodologi Pembuktian) tentang teori dan hipotesa yang telah dibangun. Sehingga, Tuhan misalnya, bukan lagi sebuah wujud dalam bentuk teori. Tapi bisa di eksperimentasi dan ekperientasi. Esensinya bisa dijumpai, temukan, alami dan rasakan secara langsung; sebagaimana pengalaman para nabi. Nabi sebenarnya telah menunjukkan kepada kita bagaimana cara beragama secara sungguh-sungguh. Secara ketat dan memenuhi kaidah-kaidah ilmiah, tuntas dalam 5 bab.
Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa Aali Muhammad.
#powered by SUFIMUDA
___________________
SAID MUNIRUDDIN | The Suficademic
Web: saidmuniruddin.com
YouTube: youtube.com/c/SaidMuniruddin
TikTok: tiktok.com/@saidmuniruddin
IG: instagram.com/saidmuniruddin/
Facebook: facebook.com/saidmuniruddin/
Twitter: twitter.com/saidmuniruddin
Join Grup WA: The Suficademic-1
Join Grup WA: The Suficademic-2
Terima kasih.