YAHUDI: ASAL USUL, DIASPORA, MITOS TANAH YANG DIJANJIKAN DAN PERAMPOKAN ZIONISME ATAS NEGERI PALESTINA (BAGIAN 1)

Bagikan:

Jurnal Suficademic | Artikel No.98 | Oktober 2023

YAHUDI: ASAL USUL, DIASPORA, MITOS TANAH YANG DIJANJIKAN DAN PERAMPOKAN ZIONISME ATAS NEGERI PALESTINA (BAGIAN 1)
Oleh Said Muniruddin | RECTOR | The Suficademic

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM. Sebelum Inggris pada tahun 1923 mengirim rombongan zionis untuk melakukan perampokan di Palestina, hubungan kaum muslim dengan Yahudi sebenarnya baik-baik saja. Bahkan, “tanah yang paling menjanjikan” bagi Yahudi (Bani Israil), itu adalah negeri-negeri muslim. Tempat dimana mereka dapat hidup tenteram untuk menjalankan berbagai aktifitas dan keyakinan.

Sebelumnya kita bahas terlebih dahulu asal usul Yahudi/Bani Israil dan kenapa menyebar kemana-mana, setelah lama tinggal di Kan’an (Palestina). Lalu kenapa di abad moderen, pada 1948, ada usaha dari sekelompok Yahudi untuk merampok Palestina, guna mendirikan sebuah negara baru dengan cara-cara keji. Lalu kita lihat peran negara-negara imperialis dalam mewujudkan zita-cita zionis.

Asal Usul Yahudi

Mesopotamia dan Ur, tanah kelahiran Ibrahim as. Sebuah wilayah diantara dua sungai, Efrat dan Tigris; Irak sekarang.

Sejarah Yahudi harus kita tarik ke sosok pengembara besar bernama Ibrahim as, yang hidup sekitar 2000 tahun sebelum masehi di kota Ur, Mesopotamia – Irak. Ia wafat dan dimakamkan di Gua Makhpela (Makfilah) di Hebron, Palestina. Ibrahim as punya dua anak, Ismail/Ishmael (anak dari Hajar) dan Ishak/Isaac (anak dari Sarah). Kita tau, dari jalur Ismail as lahir bangsa Arab. Dari bangsa ini dikemudian muncul nabi terakhir: Muhammad SAW. Suku Quraisy juga memperoleh “tanah yang dijanjikan”. Di awali dari ditinggalkannya Ismail bersama ibunya oleh Ibrahim as di sebuah lembah penuh berkah bernama Mekkah:

رَبَّنَا إِنِّي أَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُوا الصَّلَاةَ فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِنَ النَّاسِ تَهْوِي إِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُمْ مِنَ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ

“Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanaman-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, Ya Tuhan kami, (yang demikian itu) agar mereka mendirikan salat maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekillah mereka dari buah-buahan. Mudah-mudahan mereka bersyukur” (QS. Ibrahim: 37).

Mekkah (tahun 1850)

Uniknya, hampir serupa dengan Yahudi, keturunan Nabi Muhammad SAW dari anaknya Fatimah juga praktis telah mengalami diaspora dari negeri Mekkah. Peristiwa politik sejak era Ali bin Abi Thalib (599-661 M) dan anak cucunya, telah menyebabkan mereka menyebar ke seluruh muka bumi. Ke Kufah-Irak, ke Hadramaut-Yaman, dan sebagainya. Sampai ke Indonesia. Boleh dikatakan, secara spiritual, diaspora mereka telah membawa pengaruh dan penyebaran Islam kemana-mana.

Ada keyakinan mesianistik, bahwa suatu saat nanti, akan ada dari keturunan Muhammad SAW yang bergelar “Al-Mahdi”. Dialah yang akan membebaskan kembali “tanah suci” (Mekkah dan juga Baitul Maqdis). Namun, sampai saat ini, sedikitpun tidak ada ide dari keturunan Muhammad SAW untuk pulang merampok tanah yang sudah didiami penduduk Mekkah moderen; sebagaimana ide-ide zionisme terhadap Yerussalem.

Hebron (Al-Khalil) di Wilayah West Bank, Palestina sekarang

Sementara dari anak Ibrahim as lainnya, Ishak as, lahir Yakub (Jacob/Israil). Ia lahir dan ditempatkan oleh Ibrahim as di Hebron/Hebrew atau “Al-Khalil”, Kan’an (Palestina). Yakub as punya 12 anak laki-laki: Ruben, Simeon, Lewi, Yehuda, Dan, Naftali, Gad, Asyer, Isakhar, Zebulon, Yusuf dan Benyamin. Satu anak perempuan bernama Dina. Keturunan Ibraham as hingga cucunya Yakub tinggal mengembara di wilayah Kan’an. Sampai kemudian, karena paceklik dan kelaparan, mereka diundang oleh Yusuf as (yang pernah mereka celakai hingga terjual sebagai budak ke Mesir) untuk menempati tepi sungai Nil.

Selama 400 tahun Bani Israil bermukim di Mesir. Pada akhirnya, mereka diperlakukan seperti budak. Sampai kemudian muncul Musa as yang ditemani Harun as (hidup sekitar 1500an SM) memimpin mereka keluar dari negeri itu dan membawanya ke tanah yang dulu dijanjikan kepada leluhur mereka, Ibrahim as. Tapi bukan Musa as dan Harus as yang berhasil membawa mereka masuk ke Kan’an.

Harun wafat lebih dulu di gunung Hor diperbatasan Edom (di selatan Jordania sekarang). Disusul Musa as, yang wafat di dataran Moab Jordania, setelah 40 tahun lamanya menemani kaumnya yang fasik dan suka membangkang tersesat di gurun Sinai. “.. Sesungguhnya negeri itu diharamkan atas mereka selama empat puluh tahun, (selama itu) mereka akan berputar-putar kebingungan di bumi (padang Tiih) itu. Maka janganlah kamu bersedih hati (memikirkan nasib) orang-orang yang fasik itu” (QS. Al-Maidah: 26). Dari kisah ini, terkesan, bahwa sejak dulu “Tanah Suci” tidak diizinkan Tuhan untuk dimiliki oleh Bani Israil yang fasik (zionistik).

Dataran Kerajaan Moab, di selatan Jordania sekarang (tempat wafatnya Musa as)

Adalah Yusya bin Nun (Yosua). Ia bukan dari suku Yehuda. Melainkan keturunan Efram bin Yusuf bin Yakub. Ia juga seorang nabi, murid setia dan pembantu Musa as yang memimpin generasi baru Bani Israil untuk masuk ke Kan’an. Generasi tua yang fasik, enggan berjihad dan cinta dunia telah dimusnahkan Allah selama dalam perjalanan. “Ya Tuhanku, aku tidak menguasai kecuali diriku sendiri dan saudaraku. Sebab itu pisahkanlah antara kami dengan orang-orang yang fasik itu” (QS. Al-Maidah 25). Keberadaan Yusyak juga disinggung dalam QS. Al-Maidah 23 saat menaklukkan negeri Kan’an: “Berkatalah dua orang laki-laki di antara mereka yang bertakwa (Yusyak bin Nun dan Kalib bin Yufana), yang telah diberi nikmat oleh Allah, ‘Serbulah mereka melalui pintu gerbang itu. Jika kamu memasukinya niscaya kamu akan menang. Dan bertawakallah kamu hanya kepada Allah, jika kamu orang-orang beriman”. Identitas Yusya’ bin Nun juga disebut dalam QS. Al-Kahfi (18): 60-65, saat sebelumnya dengan setia menemani Musa as mencari Khizir as.

Yusyak dengan bunyi terompetnya berhasil memimpin Bani Israil menaklukkan Baitul Maqdis (Yerussalem) dari suku Amalek (Amaliqah/Imliq, suku Arab kuno asal Babilon, keturunan Lud bin Sam bin Nuh). Diawali dengan penaklukan benteng kota Jericho pada hari Jum’at yang penuh keajaiban. Diriwayatkan, matahari tidak terbenam, sebelum ia menaklukkan Jerussalem. “Sesungguhnya matahari tak pernah ditahan untuk seorang manusia pun, selain untuk Nabi Yusya di hari beliau melakukan perjalanan menuju Baitul Maqdis(HR. Ahmad dalam Al-Musnad dari Abu Hurairah).

Ilustrasi Runtuhnya Benteng Yerikho oleh Yusyak bin Nun

Nabi Yusyak bin Nun wafat disana pada usia 110 tahun. Paska Yusyak, Bani Israil memasuki periode kesukuan. Terpecah belah dalam konfederasi 12 suku. Masing mereka menguasai wilayah tertentu. Tapi kembali terjadi kemungkaran. Mereka menyembunyikan kebenaran dan mempermainkan isi Taurat. “Dan mereka tidak menghormati Allah dengan pmghormatan yang semestinya dikala mereka berkata: ‘Allah tidak menurunkan sesuatu pun kepada manusia.’ Katakanlah: ‘Siapakah yang menurunkan kitab (Taurat) yang dibawa oleh Musa sebagai cahaya dan petunjuk bagi manusia, kamu menjadikan kitab itu lembaran-lembaran kertas yang bercerai berai, kamu perlihatkan (sebagiannya) dan kamu sembunyikan sebagian besarnya, padahal telah diajarkan kepadamu apa yang kamu dan bapak-bapak kamu tidak mengetahui(nya)?’ Katakanlah: ‘Allah-lah (yang menurunkannya),’ kemudian (sesudah kamu menyampaikan Al-Qur’an kepada mereka, biarkanlah mereka bermain-main dalam kesesatannya” (Al-An’am: 91).

Di tengah kemungkaran ini, Bani Israil hidup tanpa pemimpin. Mereka terjajah dan tertindas oleh kaum Amalek yang kejam, yang dipimpin Jalut (Goliath) yang telah kembali menguasai tanah Kan’an (Filistin). Itu berlangsung sampai Thalut (Saul) dari keturunan Bunyamin bin Yakub; sosok penggembala yang berilmu dan kuat, diangkat sebagai raja Kerajaan Israel bersatu oleh orang suci dari bani Israil, Nabi Samuel. Ia menjadi raja seiring kembalinya Tabut ke Bani Israil.

Awalnya sempat ditolak oleh para pembesar dan orang kaya Bani Israil. Karena, selain miskin, Thalut juga bukan dari keturunan Lawi bin Yakub yang banyak melahirkan nabi. Ia juga bukan dari keturunan Yehuda bin Yakub yang banyak menjadi raja. “Nabi mereka (Nabi Samuel) mengatakan kepada mereka: “Sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut menjadi rajamu”. Mereka (Bani Israil) menjawab: “Bagaimana Thalut memerintah kami, padahal kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan daripadanya, sedang diapun tidak diberi kekayaan yang cukup banyak?” Nabi (mereka) berkata: “Sesungguhnya Allah telah memilih rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa”. Allah memberikan pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Luas pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui” (QS. Al-Baqarah: 247-248).

Kerajaan Israel Bersatu bertahan selama 120 tahun; sejak masa Thalut, Daud as sampai kepada Sulaiman as (1050-930 SM)

Thalut kemudian berkuasa selama 40 tahun (1050-1010 SM). Alquran turut menceritakan kisah bagaimana ia memimpin jihad beserta pakem-pakem moral dan kesabaran yang mesti dimiliki oleh pasukannya. Salah satunya adalah saat menyeberangi sungai Jordan untuk menaklukkan kembali Kan’an. “Maka, ketika Talut keluar membawa bala tentara, dia berkata, “Sesungguhnya Allah akan mengujimu dengan sebuah sungai. Maka, siapa yang meminum (airnya), sesungguhnya dia tidak termasuk (golongan)-ku. Siapa yang tidak meminumnya, sesungguhnya dia termasuk (golongan)-ku kecuali menciduk seciduk dengan tangan.” Akan tetapi, mereka meminumnya kecuali sebagian kecil di antara mereka. Ketika dia (Talut) dan orang-orang yang beriman bersamanya menyeberangi sungai itu, mereka berkata, “Kami tidak kuat lagi pada hari ini melawan Jalut dan bala tentaranya.” Mereka yang meyakini bahwa mereka akan menemui Allah berkata, “Betapa banyak kelompok kecil mengalahkan kelompok besar dengan izin Allah.” Allah bersama orang-orang yang sabar” (QS. Al-Baqarah: 249).

Semasa menghadapi Jalut, dibarisan pasukan Thalut terdapat anak muda shalih bernama Daud bin Isai. Dalam sebuah pertempuran, Daud berhasil mengalahkan Jalut yang berbadan raksasa itu dengan ketapelnya. Paska itu, Daud diambil sebagai menantu Thalut. Dari situ ia mulai memperoleh kekuasaan dan juga hikmah (QS. Al-Baqarah: 251). Setelah terbunuhnya Thalut dalam sebuah pertempuran, pada usia 30, Daud as diangkat oleh keturunan Yehuda sebagai raja Kerajaan Yehuda (tahun 1010 SM).

Bangsa Palestina yang tidak punya Senjata, meniru Daud saat Mengketapel Jalut (Goliath)

Sementara, pada periode yang sama (1010-1008 SM), anak Thalut bernama Esybaal (Ashbaal, Ishbal atau Isyboset) juga masih berkuasa sebagai Raja Kerajaan Israel. Setelah kematian anak Thalut, Daud menjadi raja yang mempersatukan kembali Kerajaan Israel. Jadi, Daud as berkuasa selama 40 tahun (1010-970 SM). Setelah itu, selama 40 tahun selanjutnya, dilanjutkan oleh anaknya Sulaiman as (970-931 SM). Itulah periode puncak dan kejayaan kerajaan Bani Israil di negeri Kan’an. Sulaiman lah yang membangun “Bait Suci” di Yerussalem, tempat penyimpanan Tabut, juga pusat peribadatan Bani Israil.

Jadi, periode kejayaan Kejaraan Israel bersatu berlangsung sekitar 120 tahun, sejak Thalut sampai Sulaiman as. Pada masa Daud as dan Sulaiman, wilayah taklukan Kerajaan Bani Israil sudah meliputi mulai dari Sinai di Mesir, juga sebagian kecil Arab, Yordania, Lebanon, Suriah, sampai ke tepi sungai Tigris di Irak. Wilayah kerajaan kuno inilah yang menjadi cita-cita zionis dalam mewujudkan peta baru masa depan “Israel Raya” (Greater Israel). Peta ini disimbolkan dalam bendera negara zionis Israel, dengan bintang David yang diapit dua garis biru (sungai Nil di Mesir dan Eufrat di Irak).

Wilayah Kerajaan Kono Daud dan Sulaiman

Paska Sulaiman as, sejak tahun 930 SM, terjadi perpecahan akibat ditolaknya anak Sulaiman, Rehabeam sebagai raja oleh suku-suku Israel di utara. Kerajaan terpecah menjadi dua: Kerajaan Israel dan Kerajaan Yehuda. Pertama, “Kerajaan Israel” di utara berpusat di Samaria. Kerajaan Israel utara jatuh lebih cepat. Kerajaan ini bertahan sekitar 210 tahun (933-721 SM), sebelum pada tahun 270 SM dihancurkan oleh Kekaisaran Asyur/Asiria yang berpusat di hulu Sungai Tigris, Mesopotamia, Irak. Suku-suku dari Bani Israil yang menempati teritorial ini adalah: Zebulun, Isakhar, Asyer, Naftali, Dan, Manasye, Efraim, Ruben, Gad dan Lewi. Kedua, “Kerajaan Yehuda” (Judea) di selatan yang berpusat di Yerussalem. Kerajaan ini bertahan sekitar 330 tahun (933-606 SM), sebelum dihancurkan oleh pasukan Nebukadnezar II dari Babilonia pada 586 SM. Tiga suku bani Israel yang mendiami wilayah ini adalah: Yehuda, Simeon dan Benyamin.

Perpecahan pada tahun 930 SM, Kerajaan Israel di utara dan Kerajaan Yehuda di selatan

Sebelum kejatuhannya, kedua kerajaan Bani Israil ini saling berperang selama 60 tahun. Selama 80 tahun berikutnya tidak lagi terjadi perang terbuka. Malah mulai bersekutu untuk melawan musuh bersama, Kerajaan Aram-Damaskus. Raja yang memimpin ke dua kerajaan itu silih berganti. Ada yang saleh, seperti Hizkia (715-687 SM), dimana saat itu Nabi Yesaya/Isaiah menjadi mufti kerajaannya. Selebihnya banyak yang berwatak jahat.

Diaspora Yahudi di Era Kuno

Pada masa kedua kerajaan itu masih berdiri, juga terus bermunculan para nabi. Di wilayah Kerajaan Israel di utara lahir Ahia, Elia (Ilyas), Elisa (Ilyasa’), Jonah (Yunus) dan Hosea. Di wilayah Kerajaan Yehuda di selatan lahir Obaja, Yoel, Mikha, Yesaya, Nahum, Zefanya dan Yeremia. Demikian juga dengan maksiat dan kemusyrikan, terus terjadi. Mereka bahkan membunuh para nabi dan berbagai tindakan keji lainnya. “Dan mereka membunuh para nabi tanpa alasan yang benar” (QS. an-Nisa’: 155). Paska Raja Hizkia yang memimpin Kerajaan Yehuda misalnya, Nabi Yesaya dimusuhi oleh kaumnya dan kemudian dibunuh (Ibnu Katsir, Qashshashul Anbiya). Bahkan dikemudian hari, Bani Israil juga menyusun plot untuk membunuh Nabi Isa as. Sebelumnya, Yahya as dan Zakaria as juga terbunuh.

Karena berbagai kejahatan ini, mereka sejak awal sudah “dihukum” Tuhan dan kerajaannya dihancurkan. Sehingga mengalami derita dan diaspora sebagaimana disebutkan dalam QS. Al-Israk: 4-8:

وَقَضَيْنَا إِلَى بَنِي إِسْرَائِيلَ فِي الْكِتَابِ لَتُفْسِدُنَّ فِي الْأَرْضِ مَرَّتَيْنِ وَلَتَعْلُنَّ عُلُوًّا كَبِيرًا (4) فَإِذَا جَاءَ وَعْدُ أُولَاهُمَا بَعَثْنَا عَلَيْكُمْ عِبَادًا لَنَا أُولِي بَأْسٍ شَدِيدٍ فَجَاسُوا خِلَالَ الدِّيَارِ وَكَانَ وَعْدًا مَفْعُولًا (5) ثُمَّ رَدَدْنَا لَكُمُ الْكَرَّةَ عَلَيْهِمْ وَأَمْدَدْنَاكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَجَعَلْنَاكُمْ أَكْثَرَ نَفِيرًا (6) إِنْ أَحْسَنْتُمْ أَحْسَنْتُمْ لِأَنْفُسِكُمْ وَإِنْ أَسَأْتُمْ فَلَهَا فَإِذَا جَاءَ وَعْدُ الْآَخِرَةِ لِيَسُوءُوا وُجُوهَكُمْ وَلِيَدْخُلُوا الْمَسْجِدَ كَمَا دَخَلُوهُ أَوَّلَ مَرَّةٍ وَلِيُتَبِّرُوا مَا عَلَوْا تَتْبِيرًا (7) عَسَى رَبُّكُمْ أَنْ يَرْحَمَكُمْ وَإِنْ عُدْتُمْ عُدْنَا وَجَعَلْنَا جَهَنَّمَ لِلْكَافِرِينَ حَصِيرًا (8)

Dan Telah kami tetapkan terhadap Bani Israil dalam Kitab itu: “Sesungguhnya kamu akan membuat kerusakan di muka bumi Ini dua kali dan pasti kamu akan menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar”. Maka apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) pertama dari kedua (kejahatan) itu, kami datangkan kepadamu hamba-hamba kami yang mempunyai kekuatan yang besar, lalu mereka merajalela di kampung-kampung, dan Itulah ketetapan yang pasti terlaksana. Kemudian kami berikan kepadamu giliran untuk mengalahkan mereka kembali dan kami membantumu dengan harta kekayaan dan anak-anak dan kami jadikan kamu kelompok yang lebih besar. Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, Maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri, dan apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua, (Kami datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-muka kamu dan mereka masuk ke dalam mesjid, sebagaimana musuh-musuhmu memasukinya pada kali pertama dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai. Mudah-mudahan Tuhanmu akan melimpahkan rahmat(Nya) kepadamu; dan sekiranya kamu kembali kepada (kedurhakaan) niscaya kami kembali (mengazabmu) dan kami jadikan neraka Jahannam penjara bagi orang-orang yang tidak beriman” (QS al-Israk: 4-8)

Ilustrasi Penghancuran Kuil Sulaiman Pertama di Jerussalem oleh Nebukadnezar II tahun 586 SM

Kehancuran dan diaspora Yahudi di era kuno telah terjadi dua kali. Pertama, terjadi setelah Kerajaan Yehuda ditaklukkan Nebukadnezar II dari Kekaisaran Babilonia (586 SM). Rumah Suci pertama mereka, atau “Bait Sulaiman” dihancurkan. Bangsa Yahudi dibawa ke Babilonia dan dijadikan budak disana. Lama setelah itu ada yang tetap tinggal di Babel (Irak), ada juga yang kembali. Pelan-pelan, orang Yahudi berkumpul kembali di Judea. Lalu mendirikan kembali Rumah Suci kedua pada 515 SM. Mereka juga berlahan membangun kekuatan politik. Dibantu oleh Roma, akhirnya mereka dapat merebut kembali kekuasaan dari dinasti setempat yang sedang berkuasa.

Tapi kemudian Kerajaan Romawi masuk ke wilayah ini untuk mengambil alih kuasa. Terjadi Perang Yahudi-Romawi I (“Pemberontakan Besar”) pada tahun 70 M, yang mengakibatkan pembumi hangusan Yerussalem beserta Bait Sucinya. Selama puluhan tahun setelah itu, orang-orang Yahudi berusaha bangkit untuk melawan lagi. Kemudian terjadi Perang Yahudi-Romawi II (Pemberontakan Bar Kokhba) pada 135 M. Kaum Yahudi kembali kalah, dan tidak diberi ampun lagi. Ada yang ditawan. Ada yang jadi budak Romawi. Selebihnya mengungsi kemana-mana. Ini disebut sebagai diaspora kedua di era kuno.

Penaklukan dan Penghancuran Kuil Suci Kedua di Jerussalem oleh Romawi dibawah perintah Titus, pada tahun 70 M (Lukisan David Roberts, 1850).

Yahudi Terancam di Eropa

Dua peristiwa di era kuno ini menyebabkan mereka menyebar ke berbagai tempat. Termasuk ke wilayah Babel dan Arab lainnya, Eropa Timur (i.e. Polandia) dan Spanyol. Mereka yang paling awal berdiaspora ke Afrika Utara, wilayah-wilayah Arab dan Asia Tengah disebut “Mizrahi”. Mereka yang migrasi ke Eropa Tengah dan Timur disebut “Ashkenazi”. Yang menetap di semenanjung Iberia seperti Spanyol dan Portugal dinamai “Sefardim”. Kemudian juga ada yang bermigrasi ke Amerika.

Singkat cerita, sampai di akhir abad pertengahan, ketiga kelompok Yahudi menjalani kehidupan yang relatif aman-aman saja. Khususnya Yahudi Mizrahi yang tinggal di wilayah-wilayah Islam (i.e., Palestina, Irak, Iran, Yaman, Suriah, Lebanon, Bukhara, Mesir, Libya, Maroko, Tunisia, dan Ethiopia). Mereka dihormati dan bebas menjalankan agamanya. Di Iran, hari ini mereka bahkan ada perwakilan khusus di Parlemen.

Peta Penyebaran Kaum Yahudi

Cerita pahit di era moderen dialami kaum Yahudi di Eropa. Sejak Romawi pagan berubah menjadi Kristen, Eropa perlahan mengalami kristenisasi. Hubungan Kristen dengan Yahudi secara ideologis sebenarnya tidak baik. Terjadi persaingan antara keduanya. Yahudi dianggap kelompok yang tidak menerima Yesus. Dengan demikian, menolak christianity. Konon lagi tuduhan Yahudi bahwa Bunda Maria adalah pelacur dan Yesus itu anak haram. Budaya meludah Yahudi terhadap gereja dan orang kristen masih berlanjut sampai sekarang.

Karena itu, Yahudi di Eropa sebenarnya tidak begitu disenangi oleh gereja Kristen Eropa. Dan perasaan penuh benci ini menjadi “api” dalam sekam. Ditambah lagi dengan beberapa kejadian lain di Eropa yang membuat gerakan anti semit memuncak. Misalnya, Yahudi dianggap biang keladi kemiskinan. Sebab, mereka membangun sistem “riba” (rentenir). Salah satu bisnis utama mereka adalah ada di sektor finansial, meminjamkan uang dengan sistem bunga. Lainnya, pandemi Black Plague (Black Death) abad 14 yang mematikan sepertiga populasi Eropa juga dituduh Yahudi sebagai sumber virus.

Ketidaksukaan menyebabkan mereka diusir dimana-mana, khususnya dari Eropa Barat di abad pertengahan. Diusir dari Inggris (1290), juga dilarang di Perancis (1306), Swiss (1348) dan Jerman (1394). Di Spanyol (1492) dan Portugal (1497), mereka diberi pilihan: masuk Kristen, pergi selama-lamanya, atau mati. Itu terjadi ketika Spanyol diambil alih oleh Ratu Isabella (1451-1504) dan Portugal dipimpin oleh Manuel I (1469-1521). Padahal, sebelumnya, saat Andalusia masih dipimpin dinasti Islam (711-1492), Yahudi bebas berekspresi. Bebas membuat sinagog. Bebas belajar dan mengajar di kampus-kampus yang saat itu sedang mekar di selatan Spanyol.

Saya pernah ke Andalusia Spanyol tahun 1996. Saat berada di Cordoba, saya ikut rombongan tour keliling kota tua, yang sebagian wisatawannya berasal dari Israel. Begitu sampai di patung Musa bin Maimun, atau dikenal Maimonides (1138-1204); seorang teolog, dokter dan filsuf Yahudi; mereka mengusap kaki patung itu dengan tangan, dan menciumnya.

Musa bin Maimun (Maimonides) di Cordoba, Andalusia (1138-1204 M)

Karenanya, bagian kaki patung perunggu Maimonides sudah terlihat mengkilat. Karena sering diusap oleh peziarah Yahudi. Maimonides adalah salah satu ilmuan kebanggaan mereka saat masa Dinasti Islam masih berkuasa disana. Si guide tour menjelaskan kepada para wisatawan Yahudi, bahwa ilmuan-ilmuan Yahudi hidup aman dan ikut berkontribusi terhadap perkembangan pengetahuan pada masa Spanyol masih dibawah kekuasaan Islam. Tapi itu berubah, setelah dinasti Islam runtuh disana. Yahudi ikut diusir bersama kaum muslim.

Di negeri Eropa lah pada abad pertengahan Yahudi terintimidasi dan terusir. Walau kemudian sejak renaisance (1700an) terjadi keterbukaan pemikiran. Gereja mulai ditinggalkan, dan Yahudi perlahan diterima kembali, walau sebagai “second class citizen”. Paska sekularisasi pemikiran, Eropa tidak begitu lagi melihat Yahudi sebagai musuh agama kristen. Kehidupan mereka mulai dipulihkan. Menjadi partner dalam berbagai hal.

Apalagi pada era industrialisasi dan kolonialisasi, bangsa Yahudi telah ikut serta dalam kapal-kapal perang Eropa untuk mencari koloni baru; ke Afrika, Asia, Australia dan Amerika. Karena itu, di Indonesia misalnya, ditemukan para intelektual, pemimpin perang, pegawai dan tentara Belanda yang berbangsa Yahudi. Ada sejumlah sinagoge peninggalan mereka. Komunitas mereka tinggal di Batavia, Surabaya dan kota-kota besar lainnya. Pada tahap ini, Yahudi sudah satu visi dengan Eropa dalam tajuk imperialisasi: “Gold, Gospel and Glory”.

Namun, tidak lama setelah itu, mereka kembali dikejar bahkan mengalami holocaust di Eropa Timur. Terutama ketika Eropa dikuasai Hitler (1889-1945), seorang diktator yang disebut-sebut juga berdarah Yahudi. BACA: “Good Seed Vs. Bad Seed”. Yahudi disebut Hitler sebut sebagai sumber masalah bagi Eropa dan penyebab Jerman kalah perang dunia pertama.

Adolf Hitler (1889-1945), Diktator Eropa “berdarah Yahudi” yang memerangi Yahudi

Lalu pertanyaannya: Kenapa setelah diusir dan dibunuh di Eropa; Yahudi masuk ke Palestina dengan gaya imperialisme, memerangi dan membunuh warga setempat? Kenapa tidak masuk secara baik-baik, sebagaimana setiap suku bangsa bebas masuk dan hidup disana? Kenapa harus menguasai wilayah, merampok tanah dan mengusir masyarakat setempat? Kenapa harus membentuk “nation state” di tanah yang sudah dimiliki orang? Kenapa harus dengan membasmi penduduk lokal yang sudah berabad-abad hidup di sana? Itu beberapa pertanyaan dan kenyataan yang harus dipahami.

BERSAMBUNG KE BAGIAN 2: “YAHUDI: ASAL USUL, DIASPORA, MITOS TANAH YANG DIJANJIKAN DAN PERAMPOKAN NEGERI PALESTINA (BAGIAN 2)

Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa Aali Muhammad.

#powered by SUFIMUDA
___________________
SAID MUNIRUDDIN | The Suficademic
Web: 
saidmuniruddin.com
YouTube: youtube.com/c/SaidMuniruddin
TikTok:
 tiktok.com/@saidmuniruddin
IG: instagram.com/saidmuniruddin/
Facebook: facebook.com/saidmuniruddin/
Twittertwitter.com/saidmuniruddin
Join Grup WA: The Suficademic-1
Join Grup WA: The Suficademic-2

Bagikan:

2 thoughts on “YAHUDI: ASAL USUL, DIASPORA, MITOS TANAH YANG DIJANJIKAN DAN PERAMPOKAN ZIONISME ATAS NEGERI PALESTINA (BAGIAN 1)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Next Post

YAHUDI: ASAL USUL, DIASPORA, MITOS TANAH YANG DIJANJIKAN DAN PERAMPOKAN ZIONISME ATAS NEGERI PALESTINA (BAGIAN 2)

Sun Oct 22 , 2023
Jurnal

Kajian Lainnya

SAID MUNIRUDDIN adalah seorang akademisi, penulis, pembicara dan trainer topik leadership, spiritual dan pengembangan diri.