YAHUDI PERNAH DIBENCI DI EROPA, KINI PERILAKU JAHATNYA PUN DILINDUNGI MEREKA; KENAPA?

Bagikan:

Jurnal Suficademic | Artikel No.108 | November 2023

YAHUDI PERNAH DIBENCI DI EROPA, KINI PERILAKU JAHATNYA PUN DILINDUNGI MEREKA; KENAPA?
Oleh Said Muniruddin | RECTOR | The Suficademic

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM. Sejak era kuno, Yahudi telah mengalami diaspora. Beberapa kali negeri Kan’an kediaman awal Yahudi diserang musuh. Pertama, Kerajaan Israel di utara dihancurkan oleh Kerajaan Asiria (Syam/Suriah) pada 270 SM. Selanjutnya, Kerajaan Yehuda di selatan Kan’an dibumi hanguskan oleh Nebukadnezar II dari Babilonia (Irak) tahun 586 SM. Kemudian, setelah mereka kembali pulang untuk bermukim di negeri Kan’an, diserang lagi oleh Kerajaan Romawi, pada tahun 70 dan 135 M. Beberapa kejadian ini menyebabkan bangsa Yahudi berulang kali terbunuh, diperbudak, terusir dan menyebar kemana-mana. Termasuk ke Eropa.

Di Eropa, pada awalnya, kehidupan Yahudi juga dicurigai dan sering mengalami diskriminasi. Baru dikemudian hari, paska “renaisans” pada tahun 1700an, mereka mulai diterima dengan lapang dada. Derajat mereka perlahan dipulihkan. Bahkan kemudian menjadi “anak emas”, dan perilaku zionismenya pun belakangan dibela mati-matian oleh para penguasa Barat/Eropa (Inggris, Perancis, AS, dll).

Jadi, hubungan Eropa dan Yahudi mengalami fluktuasi. Dari dibenci dan dicari-cari salah, kini bau busuknya ditutupi, dan kejahatan zionistiknya ditolerir secara absah. Kenapa bisa sampai begitu?

Relasi Buruk Kristen dan Yahudi

Pada awalnya hanya ada agama Yahudi/Judaisme (namun dalam perspektif Islam, semua nabi mulai dari Adam, Ibrahim, Yakub, Daud, Sulaiman sampai Yesus/Isa dan Muhammad semuanya muslim). Sejak kemunculan Yesus, lahir Kristen. Romawi pagan yang saat itu menjadi adidaya dunia ikut berubah menjadi kristiani. Eropa perlahan mengalami kristenisasi. Terjadilah persaingan antara keduanya.

Hubungan Kristen dengan Yahudi secara ideologis tidak baik. Yahudi dianggap kelompok yang tidak menerima Yesus. Bahkan berusaha membunuh Yesus. Bukan cuma Yesus, banyak nabi dari suku sendiri juga mereka eksekusi, ketika dianggap tidak cocok dengan mazhab pemikiran politik dan kapitalistik segolongan mereka.

Dengan demikian, mereka menolak Yesus. Otomatis menolak christianity. Konon lagi, Yahudi menuduh Bunda Maria sebagai pelacur dan Yesus itu anak haram. Budaya meludah Yahudi terhadap gereja dan orang kristen, dibeberapa tempat masih berlanjut sampai sekarang.

Karena itu, Yahudi sebenarnya tidak begitu disenangi oleh gereja Kristen Eropa. Perasaan penuh benci ini menjadi “api” dalam sekam selama berabad-abad. Ditambah lagi dengan beberapa kejadian lain di Eropa yang membuat gerakan anti semit memuncak. Misalnya, Yahudi dianggap biang keladi kemiskinan. Yahudi membangun sistem “riba” (rentenir). Salah satu bisnis utama mereka adalah sektor finansial, meminjamkan uang dengan sistem bunga. Hitler juga marah. Jerman kalah perang dunia pertama ada kaitannya dengan Yahudi. Bukannya bersikap sosial, mereka justru menimbun barang untuk kelompoknya sendiri. Sebuah alasan kenapa Hitler kemudian ingin menghabisi mereka semua. Lainnya, pandemi Black Plague (Black Death) abad 14 yang mematikan sepertiga populasi Eropa juga dituduh Yahudi sebagai sumber virusnya. Belum lagi sifat eksklusif, yang menganggap diri sebagai bangsa terpilih.

Ketidaksukaan secara ideologis, ditambah berbagai pemicu ekonomi dan rasial tersebut, menyebabkan mereka terusir dari Eropa Barat pada abad pertengahan. Mereka dipersekusi dari Inggris oleh Edward I (1290), dari Perancis oleh Charles VI (1394), dari Swiss (1348) dan Jerman (1394). Di Spanyol oleh Isabella (1492) dan di Portugal oleh Manuel I (1497), mereka diberi pilihan: masuk Kristen, pergi selama-lamanya, atau mati. Terakhir, mereka juga dieksekusi oleh Hitler di Eropa Timur (1933-1945).

Padahal, sebelumnya, saat Andalusia masih dipimpin dinasti Islam (711-1492), Yahudi bebas berekspresi. Bebas membuat sinagoge. Bebas belajar dan mengajar di kampus-kampus yang saat itu sedang mekar di selatan Spanyol. Maimonides (1138-1204) misalnya, termasuk salah satu filsuf, dokter dan teolog besar Yahudi yang lahir dari kebebasan akademik dan beragama di Andalusia Islam.

Kolaborasi Eropa dan Yahudi

Kenapa Barat/Eropa kemudian bisa berkolaborasi dan begitu melindungi Yahudi dan zionismenya? Padahal, Eropa yang notabenenya adalah Kristen, telah lama bermusuhan dengan Yahudi. Bahkan di abad pertengahan telah mengeksekusi mereka di berbagai wilayah Eropa (Inggris, Perancis, Swiss, Spanyol, Portugal, dan lainnya).

Ceritanya begini. Paska renaisans dan sekularisasi (berlangsung sepanjang abad 14-17), Eropa perlahan meninggalkan memori bahwa Yahudi adalah musuh ideologis mereka. Eropa mulai meninggalkan dogma-dogma agama dan beralih ke agama baru: “kolonialisme” (Christian Zionism). Kehidupan kaum Yahudi perlahan dipulihkan, walau masih terjadi diskriminasi disana-sini. Lalu, sejak era industrialisasi dan kolonialisasi (abad 18), bangsa Yahudi telah ikut serta dalam kapal perang Eropa untuk sama-sama mencari koloni baru; ke Afrika, Asia, Australia dan Amerika.

Karena itu, di Indonesia misalnya, ditemukan ada penguasa Hindia Belanda, intelektual, pegawai dan juga tentara kolonial yang berbangsa Yahudi. Di banyak kuburan Belanda terdapat simbol-simbol Bintang Daud. Ada juga sinagoge-sinagoge peninggalan mereka. Mereka bermukim di Batavia, Surabaya, dan kota-kota besar lainnya. Pada tahap ini, Yahudi sudah satu visi dengan Eropa dalam tajuk imperialisasi: “Gold, Gospel and Glory”.

Jadi, Yahudi dan Eropa telah bersatu dalam satu gerakan zionisme bersama: penjajahan dunia! Karena itu, perkumpulan-perkumpulan zionis dan freemasonry sudah muncul di negeri-negeri jajahan. Walau tidak semua Yahudi ikut serta atau setuju dengan gerakan itu. Juga tidak semua Kristen setuju dengan penjajahan. Ada sejumlah negara Islam yang tidak punya memori buruk dengan kaum Kristen di negerinya. Misalnya di Suriah, Lebanon, Palestina, Irak, Iran, Mesir dan lainnya. Bahkan hubungan muslim-kristen mesra-mesra saja sampai sekarang, tidak bisa diradikalisasi.

Sebab, Kristen yang ada di negara mereka bukanlah bagian dari zionis. Melainkan kelompok-kelompok yang telah berabad-abad tumbuh dan hidup bersama. Di Indonesia, Kristen mungkin masih dipandang curiga, karena ada memori alam bawah sadar kita yang tidak baik dengan Belanda. Padahal, secara ideologis, Islam-Kristen berakar dari kultur yang sama: abrahamic religion. Pun, ada kelompok kristiani Indonesia (termasuk Hadasah Indonesia) yang kita temukan mendukung Israel, karena masih mewarisi ideologi zionistiknya. Padahal, secara keagamaan, banyak kontranya.

Hubungan mutual zionisme kristen Eropa abad 18 dengan sekelompok Yahudi, berlanjut ke era moderen, dalam format “jewish zionism”. Kata “zion” diambil dari nama bukit “Zion” di Jerusalem, yang dianggap suci oleh sejumlah Yahudi. Zionis adalah gerakan politik sekelompok Yahudi, yang digagas Theodore Herzl (jurnalis Yahudi berkebangsaan Austria-Hungaria) pada akhir tahun 1800an. Pada kongres pertama di Basel Swiss tahun 1897, mereka sepakat untuk membentuk “tanah air” (heimland) yang legal bagi Yahudi. Ada memori tentang kerjaan Yehuda kuno yang menjadi spirit gerakan ini.

Jadi, zionisme dijadikan alat untuk kelanjutan imperialisme Barat/Eropa (Inggris, Perancis, AS dan sekutu lainnya), yang dibumbui fanatisme terhadap memori kuno judaisme (“The Promised Land”). Yahudi via zionisme ini menjadi partner Barat dalam agenda penguatan pengaruh serta pembuatan peta baru ekonomi-politik jangka panjang di jazirah Arab yang kaya minyak itu. Netanyahu dalam pertemuan di Sidang Majelis Umum PBB pada 22 September 2023 memperlihatkan peta “The New Middle East”. Hanya ada negara Israel dan sekutu-sekutu Arabnya, tanpa ada lagi yang namanya negara Palestina. Sebelumnya, Mohammed bin Salman dalam penyampaian visi 2030-nya pada konferensi Future Investment Initiative (FII) pada Oktober 2018 juga menyatakan akan membuat Arab sebagai “The New Europe”.

Lahirnya negara zionis Israel sangat diinginkan oleh Inggris dan sekutunya itu. Sebab, Israel akan menjadi proxy (agen) mereka di Timur Tengah. Negara-negara kapitalis ini tidak ingin terjun dan mengotori tangannya secara langsung. Kaum Yahudi dijadikan sebagai “tentara” untuk tujuan itu, untuk merebut sepetak tanah Arab Palestina sebagai basecamp utama. Israel dijadikan sebagai “kanker” untuk pelan-pelan menggerogoti Timur Tengah. Negara-negara maju ini hanya mensuplai senjata dan memberi dukungan politik atas apapun yang dilakukan binaan mereka itu.

Ada agenda bisnis besar jangka panjang yang akan dimainkan negara-negara maju ini di daerah kaya minyak tersebut. Ada jalur bisnis yang ingin dikembangkan disana. Wilayah “kerajaan zionis” ini diproyeksikan akan mencakup dan memberi pengaruh bagi seluruh Timur Tengah. Kalau menurut peta Israel kuno, mencakup wilayah kerajaan Daud dan Suliaman, dari batas sungai Nil di Mesir sampai ke tepi Eufrat di Irak. Dengan demikian, Barat akan menjadi mentor politik dan bisnis di kawasan itu.

Normalisasi hubungan negara-negara Arab dengan Israel yang sedang digenjot AS memperlihatkan bukti ke arah tersebut. Beberapa negara Arab sudah melakukannya. Termasuk Uni Emirat Arab dan Bahrain. Di luar wilayah Arab, ada Maroko dan Sudan yang telah melakukan hal itu. Sementara, Saudi sendiri menjadi mitra utama Israel di wilayah itu. Tidak sedikitpun pembelaan dilakukan Saudi terhadap genosida yang dilakukan zionis atas Palestina. Kenapa?

Akrabnya Saudi dengan Israel ada beberapa alasan. Pertama, selain kerajaan itu didirikan atas desain Inggris, Bani Su’ud oleh sejumlah pakar nasab disebut punya pertalian darah ke Bani Qainuqa (suku Yahudi Arab yang telah konversi ke Islam). Pun model salafi, satu-satunya aliran keagamaan yang dikembangkan disana, serupa dengan “monoteisme ekstrim” dalam judaisme. Mazhab ini cenderung melihat dirinya sebagai ras terbaik, sebagai mazhab paling benar. Selebihnya dicurigai bid’ah atau kafir. Dari pola-pola keyakinan seperti inilah sebenarnya lahir zionisme, Al-Qaedah ataupun ISIS. Mereka menggunakan dalil ayat dan agama untuk melakukan genosida dalam proses purifikasi wilayah serta pendirian negara/kekhalifahan di “tanah yang dijanjikan”.

Karena itu tidak heran, kalau ISIS itu memang lahir dari bentuk-bentuk judaisme ekstrim (zionisme), yang mengatas namakan Islam. Karenanya, gerakan ini tidak sungkan-sungkan melakukan pembunuhan di tengah negeri muslim, layaknya yang dipraktikkan zionis. Ternyata, kemudian terbukti, ISIS dan cabangan gerakannya itu, kelahirannya memang diarsiteki oleh Mossad dan Washington.

Karena itu, kita tidak pernah menemukan ISIS berjihad ke Israel. Punya keinginan pun tidak. Bahkan, banyak anggota ISIS yang terluka di Suriah, dirawat di Israel. Musuh utama zionis adalah Iran dan proksinya. Sejak revolusi Islam tahun 1979, mereka paling gigih menentang zionis. ISIS diciptakan untuk menggempur proksi-proksi Iran di Suriah dan Irak. Kemudian ISIS juga merengsek ke Yaman, untuk menekan proksi Iran di sana.

Untuk itu diciptakan isu, bahwa ISIS berjihad melawan Syiah. Sehingga semua jihadis Islam dari seluruh dunia sukarela hadir ke sana dengan satu tujuan, melawan kaum rafidhah. Semua tertipu. Kini, untuk melemahkan dan mengisolasi Hamas dari dunia Islam, juga dibangun persepsi via pendakwah-pendakwah zionis dalam aliran salafi, bahwa Hamas juga Syiah. Apakah umat Islam akan kena tipu lagi? Islam sepertinya tidak pernah kekurangan orang bodoh untuk selalu ditipu, dengan aneka cara baru. Fanatisme kita terhadap mazhab telah dimanfaatkan secara baik oleh kepentingan kapitalisme global.

Zionis adalah Kelanjutan Imperialis

Selama 75 tahun, gerakan zionisme berjalan mulus. Pertama, karena sikap “tutup mata” negara-negara monarki Arab yang ketakutan hilang kuasa jika melawan adidaya dunia (seperti dialami Saddam Husain di Irak). Kedua, karena mendapat dukungan penuh dari negara-negara barat yang cerdas dan maju (tapi tidak beradab). Israel sebenarnya bukan negara kuat. Cukup diturunkan Hizbullah saja, mungkin dalam waktu singkat sudah hilang Israel.

Yang membuat Isarel kuat dan berani adalah karena ada Inggris, Amerika, Perancis, Australia dan Canada dibelakang itu semua. Pun negara-negara besar ini tidak peduli dengan HAM, genosida dan rasisme yang dilakukan Israel. Sebab, itu memang karakter dasar imperialisme dari negara-negara besar tersebut.

Inggris, Amerika dan Perancis misalnya. Itu adalah negara-negara yang menjalankan kebijakan bumi hangus dan pembantaian terhadap warga di setiap koloni baru. Karena itulah, suku Aborigin di Australia musnah, mungkin hanya tersisa 10 persen saja. Begitu pula di Amerika, suku Indian dibuat hampir lenyap. Di Afrika, mungkin seperempat sukunya dibantai saat Perancis menjajah wilayah itu. Bagi mereka, pembantaian itu biasa. Itu cara paling efektif membangun sebuah negara baru, di tanah orang. Itulah yang dijalankan zionisme Israel atas sepengetahuan dan izin negara-negara ini.

Karenanya; perumahan, rumah sakit, sekolah, masjid, gereja; semua dibombardir. Anak-anak, perempuan, semuanya dimatikan. Tidak ada “fikih” perang bagi zionisme dan imperialisme. Zionis bukan penganut Taurat murni, sebagaimana Yahudi asli. Mereka pengamal ayat-ayat rasis Talmud. Setiap Hamas menyerang penjajah Israel, maka Israel akan membalas dengan mengarahkan bom dan semua senjata ke arah penduduk sipil. Sebab, target perang bukan sekedar menghabisi Hamas. Tapi juga untuk memusnahkan penduduknya. Hanya itu cara terbaik untuk terus memperluas wilayah pendudukan.

Penutup

Yahudi pernah tidak diterima oleh gereja Eropa sampai akhir abad pertengahan. Karena, Judaisme antipati dengan Kristus. Serta berbagai alasan ekonomi dan rasial lainnya. Tapi, setelah tahun1700an, Eropa mengalami masa liberalisasi pemikiran. Dilanjutkan dengan munculnya gerakan imperialisme/kolonialisme. Yahudi ikut serta. Sejak saat itu, Eropa mulai bergandengan tangan dengan Yahudi dalam membangun koloni dan mencari “tanah-tanah yang dijanjikan”.

Terakhir, zionisme didirikan pada akhir abad 19 oleh Theodor Herzl (1860-1904), seorang jurnalis Yahudi berkebangsaan Austria-Hungaria. Tujuannya untuk mengawinkan cita-cita imperialisme Barat/Eropa di Timur Tengah dengan ide-ide rasial “tanah yang dijanjikan” bagi koloni Yahudi. Karena itulah, para penguasa Barat/Eropa (i.e., AS, Inggris, Perancis, Jerman, Kanada, Australia) menjadi pendukung utama zionisme Israel sampai sekarang. Mereka tidak peduli dengan pembasmian etnis di Palestina.

HAM tidak berlaku bagi negara-negara besar imperialis. Sebab, pendudukan dan pendirian negara baru di negeri orang memang harus dijalankan dengan cara itu. Justru gerakan Hamas, Hizbullah, Ansharullah dan Hashad Syakbi yang membela wilayah Arab dari kehadiran koboi-koboi asing; dituduh sebagai teroris. Karena melawan kepentingan imperialis!

BACA: YAHUDI: ASAL USUL, DIASPORA, MITOS TANAH YANG DIJANJIKAN DAN PERAMPOKAN ZIONISME ATAS NEGERI PALESTINA (BAGIAN 1)

BACA: YAHUDI: ASAL USUL, DIASPORA, MITOS TANAH YANG DIJANJIKAN DAN PERAMPOKAN ZIONISME ATAS NEGERI PALESTINA (BAGIAN 2)

BACA: HARUSKAH KITA MEMUSUHI YAHUDI?

BACA: SIAPA YAHUDI DAN NASRANI YANG MEMAKSA KITA MENGIKUTI MILLAH MEREKA?

Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa Aali Muhammad.

#powered by SUFIMUDA
___________________
SAID MUNIRUDDIN | The Suficademic
Web: 
saidmuniruddin.com
YouTube: youtube.com/c/SaidMuniruddin
TikTok:
 tiktok.com/@saidmuniruddin
IG: instagram.com/saidmuniruddin/
Facebook: facebook.com/saidmuniruddin/
Twittertwitter.com/saidmuniruddin
Join Grup WA: The Suficademic-1
Join Grup WA: The Suficademic-2

Bagikan:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Next Post

PENDIDIKAN KITA: SELAIN MAHAL, JUGA KELAMAAN?

Fri Nov 17 , 2023
Jurnal

Kajian Lainnya

SAID MUNIRUDDIN adalah seorang akademisi, penulis, pembicara dan trainer topik leadership, spiritual dan pengembangan diri.