GEMOY, MILENIAL DAN GEN-Z

Bagikan:

Jurnal Suficademic | Artikel No. 15 | Januari 2024

GEMOY, MILENIAL DAN GEN-Z
Oleh Said Muniruddin | RECTOR | The Suficademic

Bismillahirrahmanirrahim.

SAYA bukan pendukung Prabowo. Juga bukan supporter Anies, ataupun Ganjar. Siapapun yang terpilih sebagai presiden, adalah presiden saya.

Saya suka Anies dengan bahasa “intelek”-nya. Orang yang terdidik dalam organisasi seperti HMI memang cenderung tampil dalam retorika akademik. Orang-orang seperti ini kuat di verbalnya. Wajah ramah Anies juga menyampaikan pesan bahwa dirinya sosok demokratis dan humanis. Seandainya Anies bisa sesekali menunjukkan wajah marah dan garang, bila perlu menggebrak meja seperti Prabowo, terkhusus saat mengkritik kebobrokan lawan-lawan politik; auranya akan lebih dahsyat lagi. Tapi Anies senyum terus dalam membahas semua hal.

Saya juga suka Ganjar, dan terkhusus Mahfud MD dengan kritisisme dan ketegasannya. Sebagai ahli hukum, nalar logis dalam menganalisis memang menjadi ciri utama. Itulah tradisi yang sudah mereka bangun dalam berbahasa. Itulah bentuk “komunikasi” yang mereka tampilkan kepada masing konstituennya.

Lalu bagaimana dengan Prabowo?

Dalam sebuah pelatihan public speaking, kami menjelaskan. Dalam panggung Pemilu kali ini, Prabowo sedang tidak menampilkan “dirinya”. Prabowo yang asli adalah seorang prajurit, yang kaku dan tegas. Boleh jadi temperamental, sebagaimana sering diberitakan.

Berbeda dengan Anies dan Ganjar yang mengandalkan bahasa verbal; Prabowo kini tampil dengan komunikasi non-verbal. Dia menjadikan panggung sebagai tempat “menari”. Ketika goyangan khasnya dikombinasikan dengan musik yang asik, visualnya menjadi sesuatu yang menarik dan mudah diingat. Lucu. Menggemaskan. Dipadukan dengan postur pendek dan gemuknya, ia terbranding dengan “gemoy” (bahasa gaul untuk “gemes/lucu”). Itu bentuk public speaking Prabowo.

Saya yakin ini tidak terjadi serta merta. Itu strategi yang dibangun secara sadar. Walaupun, Prabowo pribadi sebenarnya butuh banyak panggung untuk menari. Dan kalau boleh saya sarankan, juga ruang untuk meditasi (zikir). Itu penting untuk menetralisir gelombang destruktif dari emosi. Namun, Prabowo memasarkan dirinya pada Pemilu kali ini dengan pola itu, tidak terlepas dari strategi komunikasi yang ditawarkan konsultannya.

Lalu apa yang sebenarnya ingin disasar Prabowo dengan gaya seperti itu?

Bagi kita yang generasi “kolonial”, yang lahir sekitar 1946-1964, sebelum atau sesaat setelah merdeka (dikenal juga sebagai babyboomers); gaya Prabowo sangat tidak masuk akal. Tapi, bagi “milenial” dan terkhusus “GenZ”, itu sesuatu banget.

Generasi milenial adalah kelompok masyarakat yang lahir antara tahun 1981-1996 (usia sekarang 27-42). Sedangkan GenZ adalah kelompok muda Indonesia yang lahir antara tahun 1997-2012 (usia sekarang 11-26). Jumlah pemilih milenial dan GenZ pada Pemilu 2024 lebih dari 113 juta. Mereka mendominasi 56,45℅ dari total pemilih (KPU-RI, 2023). Sejak lahir, mereka sudah terpenetrasi dan hidup dengan gadget dan media sosial (TikTok, IG, Fb, Youtube dan lainnya). Kepada kelompok inilah pak Prabowo sebenarnya sedang menari-nari, terkhusus pengguna TikTok. Jumlah TikTokers Indonesia mencapai 106 juta pada 2023, atau kedua terbanyak di dunia, setelah Amerika (We Are Social, 2023).

Jangan heran misalnya, tokoh paling populer bagi anak-anak kita, itu bukan presiden. Bukan ustad atau ulama tertentu. Melainkan Atta Halilintar, konten creator dengan puluhan juta follower itu. Sebuah nama yang mungkin Anda sebagai orang tua tidak pernah dengar. Entah apa-apa konten videonya. Lama-lama ditonton, akan berkurang cerdas kita. Tapi itulah “hiburan” buat GenZ. Atta mampu mengemas dirinya untuk menjadi idola anak-anak.

Visi utama medsos, TikTok misalnya, adalah “sharing happiness”. Orang-orang di dorong menggunakan media sosial untuk mempublikasi kebahagiaan lewat unggahan foto dan video bermusik, dengan cara-cara yang mungkin terlihat aneh bagi generasi tua.

Untuk itulah, TikTok misalnya, disana anak muda kita berlomba-lomba memposting dirinya sedang senyum, bergaya, menyanyi, lenggak lenggok, menari, lipsing, dan entah apa-apa lagi. Semakin entertaining, semakin diminati. Semakin lucu, semakin seru. Jangan coba-coba terlalu serius, terlalu intelek dan agamis. Tidak ada yang nonton. Tidak diminati oleh remaja kita. UAS itupun populer dan disukai, karena ada lucunya. Hanya bagian lucu itu yang diminati.

Itulah yang disasar Prabowo dengan goyang dan musiknya, milenial dan GenZ. Tidak perlu serius menyampaikan apa visi Anda untuk Indonesia. Sebagian melihat identitas dalam memilih. Sebagian mungkin dengan dikasih sekarung beras, sudah bisa dipengaruhi. Sementara, anak muda kita cuma ingin melihat orang bernyanyi dan menari. Yang bisa menghibur melalui layar gadget.

Penutup

Kalau kita perhatikan, dunia telah mengalami pergeseran secara struktural. Dari tribal, industrial, informational dan digital. Pun tipe “society” yang terbentuk pada era terkini dan mendatang, adalah jenis masyarakat yang semakin mencari sektor-sektor yang bernilai “experiencing”.

Kebahagiaan adalah sesuatu yang hilang dalam tubuh manusia moderen. Karena itu! bentuk-bentuk kaku dari agama, ekonomi, politik dan budaya yang tidak mampu menawarkan “kebahagiaan”, perlahan akan ditinggalkan.

Untuk survive dimasa depan; Anda harus bisa menari. Harus bisa menyanyi. Selain jago berpidato dalam bentuk-bentuk yang entertaining sekaligus mencerahkan. Agama pun sebenarnya menawarkan itu. Tidak hanya dalam format sholat dan pengajian yang kaku, menyembah Allah juga bisa dilakukan dalam aneka bentuk musik, lagu dan tarian. GenZ lebih menyukai itu.

Selamat berkompetisi untuk para kontestan. Semoga Pemilu berjalan aman. Amin!

Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa Aali Muhammad.

SAID MUNIRUDDIN | The Suficademic
Web: 
sayyidmuniruddin.com
TikTok: tiktok.com/@saidmuniruddin
IG: instagram.com/saidmuniruddin/
YouTube: youtube.com/c/SaidMuniruddin
Facebook: facebook.com/saidmuniruddin/
Facebook: facebook.com/Habib.Munir/
Twitter-Xx.com/saidmuniruddin
Channel WA: The Suficademic
Join Grup WA: The Suficademic-1
Join Grup WA: The Suficademic-2

Bagikan:

2 thoughts on “GEMOY, MILENIAL DAN GEN-Z

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Next Post

BISAKAH KITA SAMPAI KEPADA ALLAH?

Sun Jan 21 , 2024
Jurnal

Kajian Lainnya

SAID MUNIRUDDIN adalah seorang akademisi, penulis, pembicara dan trainer topik leadership, spiritual dan pengembangan diri.