MENGENAL DUA JENIS QUR’AN

Bagikan:

Jurnal Suficademic | Artikel No.60 | Oktober 2024

MENGENAL DUA JENIS QURAN
Oleh Said Muniruddin

Bismillahirrahmanirrahim.

Sebagai orang Islam, kita wajib tau. Quran itu ada dua jenis. Pertama, teknologi “software” Qur’an. Kedua, buku “manual” Qur’an. Keduanya adalah “kitab”, dalam wujud dan fungsi berbeda.

***

Biar lebih mudah, pahami ilustrasi berikut.

Bayangkan tentang sebuah perangkat office yang bernama “Excel”. Program ini mungkin sering Anda gunakan di kantor.

Ingat. “Excel” itu ada dua jenis. Pertama, Excel dalam bentuk “teknologi” software. Kedua, Excel dalam bentuk buku “manual”. Apa bedanya?

Excel dalam bentuk “teknologi” adalah sebuah software yang “hidup”. Harus hidup, baru bisa digunakan. Software ini digunakan untuk menyelesaikan berbagai persoalan. Berbagai masalah dikantor bisa diselesaikan lewat program ini. Syaratnya satu, program ini Anda punyai dan Anda tau cara mengaktivasikannya.

Melalui teknologi ini, aneka input matematika, tabulasi data statistika dan lainnya, bisa dipecahkan secara cepat dan mudah. Perangkat ini bisa menjawab kebutuhan kita secara aktual, melalui aneka fitur yang ada. Mungkin Anda butuh “mursyid” (guru), untuk tau cara mengoperasikannya.

Lalu ada “Excel” jenis lain. Yaitu, buku “manual” Excel. Excel juga itu. Tapi dalam bentuk lembaran kertas (mushaf/buku). Fungsinya apa? Fungsinya adalah untuk mengulas apa itu Excel. Di dalamnya ada 1001 dalil (teori) tentang Excel.

Kedua jenis Excel ini adalah “kitab” (“written” product). Hanya saja, Excel jenis pertama berisi kode program dalam bentuk “algoritma” (sifatnya batiniah sekali). Sedangkan Excel jenis buku berisi “teks lahiriah” tentang Excel. Keduanya adalah “kitab”, dalam wujud dan fungsi berbeda.

Pertanyaannya, “Excel” mana yang Anda cari?

Jawabannya, tergantung kelas pelajar. Bagi kelas pelajar tauhid dan syariat, yang dicari adalah kitab “manual” Excel. Tujuannya untuk dibaca. Bahkan juga dihafal. Setelah dibaca, harapannya, kita tau apa itu Excel. Fokusnya adalah dimensi kognitif dari otak, biar kita “tau”.

Konon kabarnya, buku manual sebuah Excel kalau ditulis bisa mencapai ketebalan 30 bab dan berisi 114 topik berbeda. Kalau Anda rajin membacanya, apalagi menghafalnya, bakal cerdas otak Anda terkait Excel. Konon lagi, buku ini sudah ribuan tahun usianya. Tentu ada “prestise” tersendiri jika Anda mampu membaca dan menghafal buku semacam itu.

Sementara, bagi kelas sufisme dan tariqah, yang dicari adalah “Excel” dalam bentuk teknologi, yang bisa me-regress aneka persoalan dan data sesuai kebutuhan zaman dan tempat. Fokusnya adalah praktik untuk “merasakan” dan “mengalami” pada saat mengoperasikan teknologi itu.

Konon lagi, Excel ini adalah sebuah bentuk “software” (perangkat batiniah), yang bisa diinstal dalam qalbu. Ketika perangkat teknologi ini terinstal atau terdowload dalam hardware manusia, maka ia bisa menjadi sebuah “Kalam” yang senantiasa berbicara.

Seandainya ilustrasi Excel ini kita ganti dengan GPS, tentu lebih menarik lagi. Bayangkan kalau sebuah perangkat GPS bisa diinstal dalam tubuh manusia. Maka, selama GPS ini hidup dan aktif, akan selalu ada “suara” dalam diri yang menunjuki kita ke arah yang “lurus”. Dialah yang selalu membisiki kita, untuk belok kiri atau belok kanan, saat berusaha menuju sebuah tujuan. Sehingga mustahil tersesat, apalagi teknologinya sangat canggih dan akurat.

Jadi, kalau sudah ada teknologi semacam ini, mungkin mirip-mirip tidak perlu lagi bagi kita untuk membaca peta manual. Mungkin peta manual kita butuhkan juga, untuk berjaga-jaga kalau teknologi ini tidak hidup lagi.

Bayangkan, seandainya kita menemukan Qur’an jenis “teknologi” yang sangat halus ini, dan dapat terinstal dalam diri. Pada posisi ini, Anda akan menjadi “teknologi Tuhan”. Konon lagi, software ini tersambung dengan jaringan Pusat. Maka sudah pasti akan selalu ada “Suara” dalam diri Anda yang berbicara tentang kebenaran. Kapanpun Anda punya masalah, tinggal tanya dengan “aplikasi” (teknologi) yang sudah terinstal dalam diri Anda. Mungkin tidak perlu lagi susah payah membawa, membaca dan menafsirkan buku manual untuk menjawab sebuah persoalan. Kalau ada teknologi yang mampu berbicara dengan diri Anda, tinggal tanya dan ikuti apa perintahnya.

Coba perhatikan, jenis Qur’an mana yang dimiliki Nabi. Jenis Qur’an apa yang diterima Nabi dari Tuhannya. Apakah Nabi menerima “buku manual” Qur’an saat malam Lailatul Qadar? Atau Beliau justru mengalami proses untuk mendownload “software” (ruh algoritmik) Qur’an ke dalam jiwanya?

Tentu tidak ada “buku teks” Qur’an yang diterima Nabi dari Jibril. Sebaliknya, Ruh malakut dari Jibril lah yang “tanazzul” (turun/terdowload/terinstal) dalam qalbunya. Karena itulah Nabi menjadi “Qur’an berjalan”. Karena itu hatinya menjadi hidup dan selalu menerangi jalan kehidupannya. Sebab; ada Qur’an, ada Kalam Tuhan yang Maha Hidup (yang qadim -tersambung dengan Pusat Semesta) dalam dirinya.

Karena ada “algoritma spiritual” (Ruh) yang senantiasa berbicara dalam dirinya, maka segala ucapan dan tindakannya bernilai “suci” (hadist). Ruh (software) inilah yang menggerakkan pikiran dan tindakannya. Sehingga apa yang disampaikan Muhammad menjadi setara dengan apa kata Tuhan. Kalam Muhammad adalah Kalam Tuhan. Karena itu pula namanya disandingkan dengan Nama Tuhan. Kesaksian kepada Allah, adalah kesaksian kepada Muhammad. Wujud spiritual Muhammad tersambung, menyatu, dengan yang Ahad.

Lalu apakah salah dengan Qur’an tertulis (manuals)?

Tidak salah. Mushaf Qur’an adalah pedoman “teks”, teori atau manual untuk memahami tentang Tuhan, manusia dan alam. Sebuah teknologi software, bagusnya juga ada buku manual untuk memahaminya. Apalagi untuk orang awam, terkadang dibutuhkan bahan bacaan yang memadai untuk menjembatani mereka dalam memahami sebuah “software”. Buku manual adalah sebuah “introduction” untuk menguasai teknologi yang sebenarnya.

Karena itulah, Qur’an itu maha sempurna. Bukan hanya ada teknologi “software”-nya, tapi juga ada buku manual untuk dibaca-baca. Apa yang ada dalam dada Nabi adalah software. Tapi Nabi juga kemudian “melafazkan” itu semua, sehingga kemudian hari dicatat dan dikumpulkan kembali sampai menjadi sebuah “manual”, yang disalin dan dicetak berulang-ulang.

Orang awam biasanya memulai keislamannya dengan membaca manual tertulis. Tetapi terkadang, orang yang sudah menguasai teknologi, sudah meninggalkan manual, jadi “awam” lagi (menjadi “ummi”). Nabi kita “ummi”, tapi ahli. Justru, ketika sudah ahli, Anda bisa menulis buku manual. Pun buku manual Qur’an lahir dari orang yang sangat ahli, dari lisan Nabi. Lebih tepatnya, Kalam Tuhan, yang mendhahir melalui lisan Nabi.

Jadi, Anda perlu mempertimbangkan. Quran apa yang ingin Anda kuasai. Quran manual, atau teknologi Quran. Kalau memilih yang pertama, silakan dimulai dengan buku Iqro’ 1-6. Lalu lanjut dengan mushaf “suci” yang lebih tebal. Lalu pahami juga setiap apa yang dibaca. Karena itu di Indonesia ada namanya “Musabaqah Tilawatil Qur’an” (MTQ). Tujuannya untuk menguji kecerdasan kognitif (otak) dari kemampuan membaca, menghafal, menulis dan menafsirkan buku “manual” Qur’an.

Sedangkan kalau Anda ingin menguji keahlian seseorang dalam menguasai “teknologi” (ruh/jiwa/software) Qur’an, maka namanya harus diubah menjadi “Musabaqah Mukjizatil Qur’an” (MMQ). Yang diuji adalah sejauh mana kemampuan seorang ahli Qur’an dalam menghidupkan orang mati, menyembuhkan orang buta, berjalan di atas air, membelah lautan, mendinginkan api, menaklukkan jin, berbicara dengan binatang, membelah bulan, membalikkan gunung, melunakkan hati, dan sejenisnya. Pada level kedua, otak tidak lagi berfungsi. Anda sudah butuh bantuan Tuhan secara absolut.

Oleh karena itu, jangan lalai dengan “manual”. Sebab, ada software aslinya, sesuatu yang “hidup”, yang bisa dimiliki setelah seseorang setelah kuat dengan infrastruktur qalbunya. Karena itu ada pelatihan (khalwat/suluk) untuk menguatkan infrastruktur spiritual agar bisa menampung “algoritma Ilahi”. Nabi Muhammad SAW dan para nabi terdahulu melazimkan diri dengan ritual zikir dan penyucian diri. Karenanya, miracle dari Kalam ilahi menjadi kekal dalam dirinya.

Karena itu pula dikatakan, tidak ada yang dapat memperoleh (“menyentuh”) Kitab dalam bentuk algoritma yang maha dahsyat ini, kecuali mereka yang telah disucikan ruhnya. Ada sanad pewarisan “teknologi” (software) Qur’an. Setiap pewaris algoritma Qur’an harus terlebih dahulu menempuh jalan tazkiyatun nafs, agar wadah ruhaniahnya kuat saat menampung proses transfer “Gelombang Kitab” (divine algorithmic codes).

Penutup

Jenis Qur’an apa yang sudah Anda miliki: buku manual, atau softwarenya?

Idealnya, kita punya keduanya. Kesempurnaan akhlak ada pada kecerdasan otak, sekaligus qalbu. Namun sekali lagi, jangan terhenti dengan manual. Banyak orang yang mampu membaca kitab, juga hafal Quran. Tapi akhlaknya begitu-begitu saja. Malah diam saja ketika melihat genosida di Palestina. Sebab, dalam hati kita belum ada getaran dari teknologi metafisika yang asli. Jiwa kita kosong dari software Qur’an yang sebenarnya. Padahal apa kurang jumlah penghafal Qur’an di Saudi dan dunia Arab lainnya. Tapi justru berpihak ke zionis. Quran (Tuhan) yang asli ada di hati, bukan di mulut.

Konon lagi kalau kita bertanya, jenis Qur’an apa yang ditanamkan Nabi ke dada pengikutnya selama 10 tahun di Mekkah, sehingga selama 13 tahun kemudian selalu menang dalam menghadapi musuh seberapapun banyak dan kuatnya mereka. Sebaliknya, jenis Qur’an apa yang menjadi pedoman kita saat ini, sehingga sudah puluhan tahun negeri-negeri muslim terjajah dan diperbudak oleh kekuatan kapitalistik dunia. Kelihatannya level Qur’an yang kita punya dengan yang nabi punya, beda. Karena itu, kita sepakat dengan ajaran untuk “kembali” ke Qur’an. Tapi ke jenis Qur’an yang benar-benar memiliki mukjizat, yang membuat kita tidak terkalahkan dan menjadi terhormat.

Oleh sebab itu, kita tidak boleh sombong, walaupun sudah disebut sebagai ustadz atau ulama, kalau hanya baru memiliki “manual” Quran. Apalagi untuk memutuskan seseorang sebagai kafir atau sesat, hanya dengan bermodalkan pengetahuan tekstual. Jangan memutuskan sebuah perkara dengan “akal pikiran”, setelah merasa tamat membaca manual dengan segala tafsirannya. Nabi Muhammad SAW sendiri baru mencapai pengetahuan hakikat tentang kebenaran, ketika dalam dirinya ada jaringan atau “software” yang menghubungkannya dengan Tuhan.

Karena itulah dikatakan, “Tanyalah kepada ahli dzikir jika engkau tidak tau” (QS. Al-Anbiya: 7). Ahli dzikir adalah orang yang sudah memiliki software Qur’an. Qalbunya sudah terkoneksi dengan wahyu, ilham, kecerdasan Ilahi, Kalam azali atau petunjuk hakiki dari Tuhan:

وَمَا أَرْسَلْنَا قَبْلَكَ إِلَّا رِجَالًا نُوحِي إِلَيْهِمْ ۖ فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

“Kami tiada mengutus rasul rasul sebelum kamu (Muhammad), melainkan beberapa orang-laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka, maka tanyakanlah olehmu kepada Ahli Dzikir, jika kamu tidak mengetahui” (QS. Al- Ambiya: 7).

Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa Aali Muhammad.*****

SAID MUNIRUDDIN | The Suficademic
Web: 
sayyidmuniruddin.com
TikTok: tiktok.com/@saidmuniruddin
IG: instagram.com/saidmuniruddin/
YouTube: youtube.com/c/SaidMuniruddin
Facebook: facebook.com/saidmuniruddin/
Facebook: facebook.com/Habib.Munir/
Twitter-Xx.com/saidmuniruddin
Channel WA: The Suficademic
Join Grup WA: The Suficademic-1
Join Grup WA: The Suficademic-2

Bagikan:

One thought on “MENGENAL DUA JENIS QUR’AN

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Next Post

"THERE IS NO FREE LUNCH"

Sun Oct 27 , 2024
Jurnal

Kajian Lainnya

SAID MUNIRUDDIN adalah seorang akademisi, penulis, pembicara dan trainer topik leadership, spiritual dan pengembangan diri.