ILMU MANIFESTASI: TAKHALLI, TAHALLI, TAJALLI

Bagikan:

Jurnal Suficademic | Artikel No.2 | Januari 2025

ILMU MANIFESTASI: TAKHALLI, TAHALLI, TAJALLI
Oleh Said Muniruddin Assegaf

Bismillahirrahmanirrahim.

Teknik pengembangan diri yang diperkenalkan oleh neuroscience atau psikologi moderen sebenarnya sudah terangkum dalam 3 istilah tasawuf klasik: “takhalli, tahalli dan tajalli”.

Untuk melakukan transformasi diri, Anda harus menempuh 3 langkah tersebut. Ketiga proses ini akan membawa Anda ke makam pencapaian atau “manifestasi”. Melalui tiga maqamat ini Anda akan menjadi, atau memperoleh apapun yang Anda cari. Sesuatu yang Anda cari itu dalam bahasa populer sering disebut sebagai “sukses dan bahagia”. Apapun bentuknya.

Berikut tiga tahapan untuk manifestasi.

Langkah pertama, “Takhalli”. Qur’an menyebutnya sebagai “penyucian jiwa” (tazkiyatun nafs). Dalam istilah moderen disebut “penjernihan emosi”. Atau “pengosongan diri”.

Manusia pada awalnya adalah makhluk fitrah. Jiwa atau emosi dasarnya itu bersih, positif. Gelombang kesadaran ketuhanannya sangat tinggi. Tapi akibat perjalanan hidup, edukasi, pengalaman dan persepsi membuat banyak virus menghinggapi. Sehingga terbentuk pikiran, emosi atau perasaan-perasaan yang negatif. Alam sadar dan pikiran bawah sadar menjadi terganggu. Bersetan. Ia kehilangan Tuhan dalam segenap aspek kesadaran. Karenanya manusia sering susah, sakit dan gagal.

Untuk menjadi pribadi yang baru, yang kembali “suci” dan “terbebaskan” (liberated), kita harus mengosongkan diri dari semua bentuk memori palsu ini. Ada teknik untuk memprogram kembali alam pikiran sadar dan bawah sadar kita.

Tekniknya sederhana, yaitu: “suluk” atau “khalwat”. Dalam bahasa moderen disebut “meditasi”. Ini teknik yang sangat kuno sekali. Ada dalam semua ajaran spiritual. Tidak ada biaya. Sudah ada sejak Nabi Adam. Para nabi semuanya pengamal ilmu ini. Bahkan untuk menjadi seorang nabi pun mereka harus menjalani pendidikan spiritual semacam ini. Sudah pasti. Sebab, melalui metode ini mereka mampu “mengosongkan diri” dari segala sesuatu, guna kembali mencapai titik “zero” dari kesadaran. Titik Tuhan.

Langkah kedua, “Tahalli”. Artinya “memperindah diri”. Ini proses “mengisi”. Jika tahap pertama fokus pada pengosongan (negasi), tahap kedua fokus pada pengisian atau penguatan (afirmasi). Jiwa tidak boleh kosong. Harus diisi. Harus diberi asupan dan penekanan-penekanan.

Banyak cara untuk melakukan ini. Salah satu yang paling efektif adalah “menyebut-menyebut” sebuah kata atau kalimat positif. Itulah zikir, sebuah proses pemilihan dan penyebutan Kalimah atau Asma untuk terus diulang-ulang. Bisa 1 jam. Bisa 3 jam. Bisa 6 jam. Bisa seharian. Bisa seminggu. Bisa sebulan. Bisa selama 40 hari. Tanpa henti. Itu yang dilakukan Muhammad di Gua Hirak, ataupun di kamarnya. Begitu pula nabi-nabi sebelumnya, dan orang-orang saleh setelahnya.

Jadi, proses “takhalli” (pengosongan) dan “tahalli” (pengisian) bisa dilakukan berbarengan. Proses negasi dan afirmasi bisa serentak. Itulah fungsi Kalimah Tayyibah: “La ilaha illa Allah”. Syahadat adalah kalimah negasi, sekaligus afirmasi. Kalimat ini menegasikan segala bentuk “ilah” (anasir-anasir emosi dan pikiran yang negatif atau populer disebut syirik), sekaligus mengafirmasi satu bentuk kesadaran yang hakiki, yaitu “Allah”.

La ilaha illa Allah adalah kalimat “programming” conscious sekalian subconscious mind. Bisa dilakukan secara jahar (suara keras), maupun sirr (dalam hati). Kalau dilakukan secara konsisten pada tempat dan kondisi yang benar, apalagi ada pembimbing ahli; efeknya bisa dahsyat sekali. Amal shaleh ini akan membawa Anda ke puncak pencapaian (manifestasi).

Puncak pencapaian, “Tajalli”. Tajalli artinya pengejewantahan atau manifestasi. Tajalli artinya “menjadi” (becoming). Anda sudah menjadi apa yang Anda bayangkan. Sudah menjadi apa yang Anda sebutkan. Anda sudah sampai ditujuan.

Bayangkan, selama 40 hari Musa as menyepi di gunung Sinai. Ia hanya membayangkan Wajah Tuhannya. Ia hanya menyebut Nama Tuhannya. Lama kelamaan, yang ia bayangkan dan sebut-sebut itu hadir dalam dirinya. Ia menjadi “Kalam Tuhan” itu sendiri. Hal yang sama terjadi kepada Ibrahim as, yang menjadi “sahabat Tuhan”. Isa as juga begitu, menjadi “Ruh Tuhan”. Begitulah proses manifestasi, proses ‘menyatu’ dengan Tuhan. Proses untuk memperoleh apa yang diinginkan, menjadi apa yang ada dalam kesadaran. You become what you think. You are what you think!

Muhammad saw juga begitu. Segala Wujud yang tinggi hadir bersemayam dalam dirinya, setelah ia terus menerus larut dalam khalwatnya. Ia menjadi penghulu alam. Ia menjadi representasi dari semesta. Alam tunduk dan patuh kepadanya. Ia bisa memperoleh apa yang diinginkan. Lewat perjuangan berikut, segala visi duniawinya terwujud sedemikian rupa. Begitulah proses manifestasinya.

Ilmu “takhalli, tahalli dan tajalli” sekarang mulai kembali populer. Tapi tidak lagi menggunakan istilah-istilah sufistik klasik. Melainkan menggunakan aneka terminologi sains dan psikologi. Para nabi dan master-master spiritual sebenarnya hadir untuk mengajari manusia ilmu sederhana ini. Ilmu ini dasar untuk memperoleh sukses dan bahagia. Ilmu untuk dekat dan berjumpa. Ilmu untuk merasakan kehadiran Allah SWT. Ilmu untuk “memperoleh”. Ilmu untuk “kembali”. Ilmu untuk “menjadi”. Ilmu manifestasi.

Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa Aali Muhammad.*****

SAID MUNIRUDDIN | The Suficademic
“Publication, Training & Spirituality”
_______
Web: 
sayyidmuniruddin.com
Facebook: facebook.com/Habib.Munir/
IG: instagram.com/saidmuniruddin/
TikTok: tiktok.com/@saidmuniruddin
YouTube: youtube.com/c/SaidMuniruddin
Join Grup WA: The Suficademic-1
Join Grup WA: The Suficademic-2

Bagikan:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Next Post

PEMBINAAN KARAKTER MAHASISWA FEB UNIVERSITAS SYIAH KUALA

Mon Jan 6 , 2025

Kajian Lainnya

SAID MUNIRUDDIN adalah seorang akademisi, penulis, pembicara dan trainer topik leadership, spiritual dan pengembangan diri.