Jurnal Suficademic | Artikel No.13 | Agustus 2025
BELANDA SUDAH GANTI BENDERA
Oleh Said Muniruddin | Rector Suficademic
KEMERDEKAAN Indonesia kembali dirayakan. Minggu, 17 Agustus 2025. Pertanyaannya, bagaimana cara kita menceritakan negara yang usianya sudah 80 tahun ini? Pening kita.
***
Begini. Ada dua cara menceritakan Indonesia.
Pertama, “Indonesia for idiots”. Ini cara menceritakan Indonesia kepada anak-anak dan pelajar. Ceritakan yang bagus-bagus. Seolah-olah memang seperti itu. Sebagai pengganti dongeng. Biar mereka bangga dan enak tidur.
Kedua, “Indonesia for adults”. Ini cara orang dewasa saling bercerita. Silakan membahas Indonesia apa adanya. Tak usah munafik. Pahit memang.
***
Untuk para idiots, ceritakan bahwa Indonesia itu sebidang tanah dari surga. Gunungnya hijau, lautnya biru, sungainya indah. Tapi kita orang dewasa sudah tau. Gunungnya terus digunduli. Pasir dikeruk tanpa henti. Tanah berlobang karena tambang. Karenanya danau dan sungai jadi kering, sawah tak terairi. Air juga keruh dan tercemar karena tambang emas, nikel, minyak dan gas tak berhenti beroperasi. Silakan tonton fenomena itu, banyak reportasenya.
Untuk para santri ceritakan dengan berapi-api. Bahwa ini negeri para wali, titipan para pejuang negeri. Namun bagi adults, Anda pasti paham kalau Indonesia itu negeri para pencuri. Dari level bawah sampai pusat, maling semua. Korupsinya tinggi sekali. Pak Presiden pun dalam beberapa kesempatan dengan berat harus mengakuinya.
Untuk anak-anak ceritakan bahwa bumi, air dan kekayaan alam Indonesia dikuasai negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Persis seperti yang tercantum dalam UUD 45. Tapi Anda sebagai orang dewasa sudah tau. Itu hanya kamuflase saja. Semua sumberdaya alam untuk digadaikan, dikeruk dan kelola oleh sekelompok cukong saja. Ada datanya. Bagaimana jutaan hektar lahan dikuasai beberapa orang saja.
Untuk anak-anak ceritakan kalau Indonesia itu negara hukum. Negara dimana semua orang diperlakukan adil dan sama dimata hukum. Sebagai orang dewasa, Anda sudah paham. Semua perangkat bisa dibeli. Kalau ada uang, selesai urusan. Banyak kasusnya. Kalau menyentuh kepentingan besar, itu akan menguap begitu saja. Apa kabar Arya Daru, Vina dan Eky, apalagi?
Untuk anak-anak ceritakan, DPR itu “wakil rakyat”. Mereka menyerap aspirasi dan bekerja untuk masyarakat. Sesama orang dewasa, kita tau itu tidak ada. Anggota dewan itu perwakilan para mafia, korporasi, agen sabu, partai, dan hantu blau lainnya. Sudah jadi rahasia umum itu. Mungkin ada juga satu dua perwakilan malaikat.
Untuk anak-anak sampaikan, pajak itu dipungut dan dinaikkan untuk kemaslahatan rakyat. Untuk membiayai infrastruktur pembangunan. Sesama orang dewasa pasti paham. Pajak itu mirip-mirip untuk membiayai gaya hidup elit pejabat. Untuk rapat-rapat. Untuk terbang kesana-sini. Anda bisa lihat bagaimana mewahnya kehidupan mereka.
Untuk anak-anak, film dengan kualitas pas-pasan semacam “Merah Putih: One for All” (2025) cocok ditonton. Guna sedikit membangkitkan imajinasi tentang nasionalisme. Tapi bagi orang dewasa, film semacam “Ice Cold: Murder, Coffee and Jessica Wongso” (2023), itu lebih menggambarkan apa yang sebenarnya sedang terjadi di negara kita.
Sebagai pejabat, kalau bicara di depan publik, Anda harus optimis dengan Indonesia. Anda harus sungguh-sungguh mencintainya. Bila perlu, teteskan air mata. Anda seolah-olah siap mengorbankan jiwa raga untuk kesatuannya. Sebab, banyak anak-anak yang mendengar pidato Anda. Tapi kalau sudah di warung kopi tentu beda lagi cara bicara. Anda sesama orang dewasa akan membahas bagaimana cara merampok Indonesia. Dari hulu sampai ke hilir.
Untuk mereka yang sedang sekolah, beritahu. Bahwa kita butuh orang-orang berjiwa Pancasila untuk menjadi agen pembangunan di Indonesia. “Gotong royong” slogannya. Tapi sesama orang dewasa kita sudah mengerti. Sebagian ada yang bekerja sebagai agen zionis, agen CIA, agen IMF, agen World Bank, agen Cina dan sebagainya. Semua bergotong rotong untuk memperbanyak hutang, menjual data dan aset negara kepada asing.
***
Itulah Indonesia diusia 80. Susah untuk diceritakan dengan satu bahasa. Harus kita pilah-pilah, dengan siapa kita bicara.
“Merdeka”, itu yang harus Anda teriakkan di depan anak-anak saat upacara bendera. Lain halnya dengan teman saya. “Belanda sudah ganti bendera”, begitu bisiknya saat melihat bendera pusaka kembali mengudara.
Negara ini seperti sedang dikelola oleh VOC. Kata Pak Prabowo, “ada komisaris BUMN rapat sebulan sekali, tantiemnya 40 milyar setahun” (15/8/2025). Sepertinya yang kaya, kaya terus. Yang miskin, miskin terus. Elit aparatur terus membangun. Tetapi korup, menindas. Karenanya sudah 80 tahun, dengan segala sumber dayanya, kita belum menjadi bangsa maju. Tetangga kita, Singapura dan Malaysia sudah melaju entah kemana.
Menurut Anda. Kalau begini terus, moralitas negara tidak disetting ulang, tahun 2045 apa yang akan terjadi: Indonesia emas, atau Indonesia bubar?
Selamat merayakan HUT Kemerdekaan RI ke 80: Bersatu, Berdaulat, Rakyat Sejahtera, Indonesia Maju.*****