Jurnal Suficademic | Artikel No.18 | September 2025
MAZHAB KITA TIDAK KRITIS DENGAN PENGUASA
Oleh Said Muniruddin | RECTOR | Suficademic
Bismillahirrahmanirrahim.
ISLAM mazhab Sunni, itu pro pemimpin, pro pejabat. Memang fikih kita didesain untuk pro pejabat. Hadis-hadis yang boleh berkembang dan dicatat dalam buku hadis hanya hadis-hadis untuk mengatur, mengontrol, mengevaluasi dan menghukum masyarakat. Termasuk mengurusi perempuan. Bukan untuk mengevaluasi dan menghakimi pemimpin. Kalau pun ada, minim sekali dan tidak begitu krusial.
Jika ada ahli hadis yang berani mengumpulkan hadis-hadis yang mengkritisi kehidupan pejabat, pasti sejak dulu sudah dihukum, bahkan dibunuh oleh mereka yang menyebut dirinya penguasa Islam. Karena itu, coba baca kitab-kitab hadis. Isinya hanya bab cara mengatur ibadah sehari-hari dan cara menghukum perilaku masyarakat. Karena hadis-hadis semacam ini sangat menguntungkan penguasa dalam mengontrol perilaku massa. Karenanya, pengajian kita sehari-hari pun seputaran fikih ibadat.
Padahal, Nabi itu hampir sepanjang hidupnya berjihad melawan musuh. Melawan kekuasaan yang despotis. Melawan yang perilakunya kufur. Melawan kelompok dan para pemimpin dhalim, bukan dari luar, tapi dari suku dan saudaranya sendiri. Berperang, menghukum dan merampas harta mereka. Anehnya, hadis-hadis jihad, perlawanan dan penegakan amar makruf yang tegas dan radikal hampir tidak pernah muncul dalam kitab dan khutbah. Apalagi di baliho-baliho dipinggir jalan.
Padahal, berapa banyak Nabi berkhutbah Jumat selama hidupnya. Katakan setahun saja, dimana setiap bulan ada 4 kali Jumat. Berarti dalam setahun Nabi melakukan 48 kali khutbah (4×12). Itu hanya setahun. Konon lagi kalau selama 13 tahun di Madinah. Berarti ada 624 kali berkhutbah (48×13). Mana catatan detil khutbah-khutbah Nabi, yang notabene didengar puluhan, ratusan atau mungkin ribuan orang. Enam ratusan kali khutbah, kalau ditulis sudah berapa bab kitab hadis itu. Mana kitabnya?
Tidak ada! Padahal khutbah Jumat itu paling sakral. Didengar sangat serius. Karena berisi pesan jihad, adil dan ihsan. Isinya pasti sangat tajam. Sasarannya sudah pasti pemegang kekuasaan. Tetapi tidak ada kitab hadis tentang itu. Mungkin tidak boleh dicatat. Mungkin dilarang untuk dikompilasi menjadi kitab. Harus dihilangkan.
Penulis hadis tidak hidup di ruang hampa. Mereka hidup dalam dunia penuh sensor dan tekanan kekuasaan. Tidak semua orang bisa dijumpai untuk dimintai keterangan. Banyak ulama yang disiksa, dimatikan. Hanya karena berbeda garis dengan penguasa. Hanya pemikiran keagamaan yang adaptif dengan raja yang boleh berkembang.
Karena itu pula, mazhab kita sangat “impoten” saat melihat zionis menghabisi rakyat Palestina. Sebab, kita tidak punya cukup hadis untuk menentang pemimpin kita yang pro zionis. Kita hanya punya hadis untuk mendukung pemimpin kita yang dhalim. Hadis-hadis dalam mazhab kita hanya seputaran haramnya memberontak terhadap pemerintah, walau dhalim. “Pemimpin Islam walau dhalim, itu lebih baik daripada tidak ada pemimpin.” Ya semacam itu hadisnya. Pro penguasa dhalim.
Tapi, kalau ada kelompok masyarakat lain yang dianggap sesat, itu cepat prosesnya. Banyak hadisnya. Sebab, hadis-hadis kita ya seputaran cara berkonflik dengan sesama. Sehingga posisi pemerintah tetap kuat. Bukan cara menurunkan pemerintah yang rajin berfoya-foya. Kalaupun ada demo dan pemberontakan di negara dan wilayah-wilayah Islam, itu pun tidak terjadi karena dimotori oleh kesadaran spiritual atas ketidakadilan. Mungkin lebih banyak terjadi karena rakyat sudah sangat lapar.
Berbeda dengan mazhab Islam tetangga kita. Mereka punya banyak hadis tentang jihad, menegakkan keadilan dan ihsan. Bahkan jihad menjadi salah satu rukun keislaman mereka. Di kita itu tidak boleh. Bahaya. Salah-salah, pemerintah jadi sasarannya. Tahun 1979; Shah Reza Pahlevi, Inggris dan Amerika turut menjadi rombongan korban dari ideologi ini.
Karenanya; Iran, Hizbullah, Yaman, dan kelompok-kelompok muqawama se-ideologi lainnya; itu sangat aktif dan berani melawan zionis. Selain punya Quran dan hadis; mereka punya kitab namanya “Nahjul Balaghah”. Isinya khutbah dan surat-surat Imam Ali bin Abi Thalib. Hampir semuanya tentang Syarah hadis Nabi dan peringatan sang Imam untuk para pemimpin agar tidak berbuat dhalim.
Mazhab ini sangat berbahaya, karena punya ideologi yang kuat untuk menolong yang lemah, menggulingkan pemerintahan yang dhalim, korup dan suka bermewah-mewah. Karenanya dibenci dan difatwakan sesat oleh elit kapitalisme global. Dianggap mazhab sesat. Karena berbahaya bagi kekuasaan.
Negara-negara aristokrat Arab yang despotis sangat takut dengan ideologi Islam semacam ini. Kalau ajaran mereka berkembang di seluruh Arab, bisa tumbang dalam semalam kekuasaan mereka. Karena itulah raja-jara Arab itu lebih berkoalisi, tunduk dan patuh dengan zionis, agar kekuasaan mereka langgeng. Beberapa raja Arab sudah disapu oleh gelombang Arab Spring. Sisanya harus bersekutu dengan iblis, agar posisinya bertahan.
Karena itu pula, raja-raja Arab lebih mengembangkan sebuah ajaran Islam yang cenderung mengejar kesholehan cukup dengan hafal Quran. Padahal, zaman Nabi penghafal Quran berada dibarisan jihad terdepan. Juga ajaran yang terfokus hanya pada tata cara wudhuk dan sholat saja.
Sementara, semangat jihad masyarakat diarahkan hanya pada cara mengkafirkan, mensesatkan dan membidh’ahkan kelompok muslim lain. Sebab, model keislaman ini akan mengamankan kekuasaan. Lalu para ulama dan ustad diberi Tupoksi untuk mencari perbedaan tata cara ibadah pada jamaah tertentu dalam masyarakat. Bukan mencari salah rajanya.
Model Islam ini juga didukung Barat. Sebab, mereka ingin merampok seluruh tanah dan sumberdaya alam di negara-negara Islam. Karena itu, rakyatnya harus difakihkan urusan ibadat, harus dihafalkan ayat dan hadis, harus dialimkan tentang cara-cara mengkafirkan dan mensesatkan saudaranya sendiri. Jangan sampai rakyat kritis terhadap tata cara pengelolaan sumberdaya ekonomi, hafal dan tau hadis-hadis untuk melawan pemimpin yang korup. Bisa bahaya itu. Bisa dirampas, bisa terbakar semua aset dan rumah mewah para pejabat.
Karena tidak cukup kuat dengan ideologi “perlawanan”, kita mulai mengembangkan ideologi “menjilat”. Yang penting dapat posisi dalam kekuasaan. Bisa cair proposal. Bisa dapat bantuan. Bisa beres urusan perut. Iya, kita wajib mendukung pemerintah dan pejabat yang berlaku baik dan adil. Ada sebagian pejabat yang baik, yang butuh kolaborasi dengan orang-orang cerdas dan baik di tengah masyarakat.
Tapi ada juga pemimpin dan pejabat yang hanya berkolaborasi dengan elit mafia, guna mengeruk SDA. Orang cerdas hanya jadi stempel saja. Karena itulah angka kemiskinan rakyat diwilayahnya tetap tinggi. Gaya hidup mewah, kecongkakan dan perilaku koruptif mereka tidak bisa disembuhkan. Kecuali rakyat turun untuk “me-Nepal-kan” mereka semua.
Pak Prabowo, perbaiki Indonesia. Anda layak masuk surga. Jika ini yang sedang terjadi, kami bersama Anda!
Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa ‘ala Aalihi wa Shahbihi wa sallim.*****