KUNCI SUKSES: GIGIH DAN KONSISTEN

Bagikan:

Jurnal Suficademic | Artikel No.29 | Maret 2024

KUNCI SUKSES: GIGIH DAN KONSISTEN
Oleh Said Muniruddin | RECTOR | The Suficademic

Bismillahirrahmanirrahim.

Apapun yang diulang-ulang akan menjadi kekuatan. Kuncinya gigih dan disiplin. Dalam bahasa Inggris disebut persistent and consistent. Dalam bahasa Quran disederhanakan sebagai “sabar”. Sukses akan menyertai orang-orang yang terus bermujahadah dengan penuh kesabaran. “Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar” (QS. Al-Baqarah: 153). Di ayat lain disebut secara lebih spesifik:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱصْبِرُوا۟ وَصَابِرُوا۟ وَرَابِطُوا۟ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah fokus dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung (sukses/menang)” QS. Aali Imran: 200

Gigih dan Konsisten (Sabar) dalam Urusan Dunia

Ronaldo, ketika masih kecil, berlatih bola minimal 3 jam sehari. Bahkan bisa seharian. Sejak matahari terbit, sampai terbenam. Terkadang lupa makan karena terburu ingin latihan. Jimi Hendrix menjadi gitaris legendaris karena latihan berulang, selama 8-12 jam setiap hari. Mungkin sampai lupa makan dan tidur, ia terus ingin menggerakkan jarinya.

Coba Anda telusuri satu persatu para juara dunia di bidang fisik, olah raga, seni dan sebagainya. Anda akan terkejut dengan durasi, kesungguhan dan konsistensi latihan mereka.

Itu beberapa contoh sukses dalam bidang “otot” (latihan kinestetik). Ketika dilakukan secara gigih dan berulang akan melahirkan power. Menjadikan pelakunya tak terkalahkan. Hal serupa juga terjadi pada “otak” (latihan kognitif).

Einstein, Tesla, Edison mungkin sedikit dari contoh orang-orang jenius yang menghabiskan waktu untuk membaca dan meneliti tanpa henti. Mungkin bisa berhari-hari, bahkan berminggu-minggu tidak keluar dari laboratorium. Otak mereka terus bekerja. Bisa lupa makan, tidur dan mandi. Sampai kemudian muncul inovasi-inovasi yang mencengangkan dunia. Mulai dari model rumus sampai produk-produk yang mengubah dunia. Dari jutaan saintis, mereka juaranya.

Dalam bisnis juga serupa. Kalau Anda lihat Bill Gate, Steve Job atau Mark Zuckerberg; mereka bukanlah orang yang cerdas. Sempat di DO (drop out) waktu kuliah. Begitu juga Jack Ma atau Elon Musk; bukan tipe jenius. Pernah bangkrut dan gagal. Tapi sangat gigih dan konsisten. Semua orang kaya di Indonesia, mungkin juga dunia, bukan orang yang dikenal cerdas. Tapi sukses karena kesungguhan dan kegigihannya. Karena sukseslah maka mereka terlihat cerdas.

Di kampus juga sama. Banyak sekarang yang jadi profesor bukan orang yang terkenal cerdas. Sering tidak diketahui apa fondasi dasar keilmuan yang mereka temukan. Juga tidak ada inovasi yang menggucang dunia yang mereka perkenalkan. Tok karena gigih dan konsisten mengadministrasikan tulisan, jadi profesor semua. Bahkan ada yang melakukan apapun agar artikelnya terbit di jurnal-jurnal terindeks. Yang cerdas malah tidak jadi apa-apa. Mungkin karena tidak gigih dan tidak konsisten saat berhadapan dengan urusan administrasi. Artinya, untuk jadi profesor itu susah. Modalnya bukan cerdas. Melainkan gigih dan konsisten.

Gigih dan Konsisten (Sabar) dalam Urusan Akhirat

Gigih dan konsisten dalam belajar, meneliti, berbisnis dan meniti karir (seperti yang kita bahas di atas); adalah bentuk “sabar” dalam urusan dunia (outer life). Kesabaran serupa juga bisa digunakan dalam mujahadah untuk urusan akhirat (inner life).

Sekarang, coba bayangkan, jika hal yang sama dilakukan pada dimensi “ruhani” (latihan spiritual). Konsistensi dan persistensi dalam bidang zikir misalnya, dapat melahirkan para wali, nabi, atau orang-orang yang memiliki kecerdasan iluminatif yang sangat tinggi. Para nabi adalah manusia biasa. Sama seperti kita. Hanya saja, mereka gigih dan konsisten dalam berinteraksi dengan Tuhannya. Kekuatan dalam bertuhan inilah yang membuat kita tidak terkalahkan.

Pernahkah Anda hitung berapa lama Muhammad bin Abdillah menyepi untuk berzikir di Gua Hirak?Jawabannya: 24 jam sehari, selama sebulan, tanpa henti. Itu ritual khusus di bulan Ramadhan. Mungkin sampai lupa makan. Lupa mandi. Mungkin juga lupa tidur. Kuncinya memang itu, kurangi makan dan kurangi tidur. Kalau mandi memang tidak bisa. Mana ada sumur di atas Jabal Nur. Otomatis, selama sebulan Nabi tidak mandi, larut dalam refleksi batiniahnya.

Musa as juga begitu. Mungkin juga tidak makan, tidak tidur, dan tidak mandi saat melatih spiritualnya di kegelapan tertentu gunung Sinai. Semua orang sholeh melakoni meditasi diruang-ruang sepi, secara konsisten dan gigih. Sampai mereka diangkat menjadi nabi atau wali oleh Tuhannya. Karena sudah akrab dengan Tuhan, baru kemudian mereka terjun ke dunia sosial dengan membawa mandat khusus dari langit.

Kesimpulan

Jadi, tidak ada yang namanya kecerdasan. Yang ada hanya kesabaran, alias gigih dan konsisten. Dua hal ini kunci sukses. Sebodoh apapun Anda, kalau sabar dan disiplin melatih diri secara gigih dan konsisten pada bidang tertentu, maka seperti kata Tuhan: “Kun Fayakun!”. Sebaliknya, memiliki kecerdasaan alami, tapi minim konsistensi dan latihan, tidak membuat Anda menjadi leader di bidang itu. Tuhan bekerja melalui konsistensi dan kegigihan Anda. Dia akan mengubah Anda, kalau Anda telah mengambil langkah untuk mengubah diri (QS. Ar-Ra’d: 11).

Namun ada catatan penting. Meskipun sukses difasilitasi atau dimediasi secara langsung oleh faktor konsisten dan gigih, ada pemicu lain yang mempercepat atau memoderasi sukses. Yaitu, kehadiran seorang “mentor”. Bukan hanya di bidang olah raga dan sains Anda butuh pelatih dan supervisor. Di bidang spiritual juga sama. Anda butuh seorang syekh, mursyid, khidir, atau jibril. Karena itu dikatakan, agar efektif, tidak tersesat atau kelamaan: “belajar perlu guru”. Belajarlah dengan orang yang telah sukses di bidang itu.

Belajar secara serius terkadang butuh “pengasingan diri”. Itu berlaku sama untuk olah fisik, otak dan spiritual. Anda harus mengikuti training center (TC) di tempat-tempat yang terisolir. Sehingga menjadi fokus dan tidak terganggu oleh “dunia”. Fungsi suluk/khalwat dalam tradisi sufistik juga untuk itu. Bahkan Nabi sendiri tidak menghabiskan seluruh waktu Ramadhannya di masjid, kecuali beberapa malam awal saja. Takut terganggu. Ada ritual khusus yang Beliau jalani. Dan itu membutuhkan ruang yang completely silence, total sunyi. Agak beda ibadah kita dengan Nabi. Nabi selama puasa mencari kesunyian. Kalau kita mencari keramaian. Belum lagi suara toa yang meraung-raung sampai subuh. Sulit untuk khusyuk dalam berzikir.

Terakhir, ada pola yang sama dalam mencapai kesuksesan. Baik di bidang fisik, otak maupun ruhani. Yaitu; kurangi makan (bisa dipahami sebagai diet/puasa), kurangi tidur (perbanyak latihan), dan kurangi bicara (simpan energi, fokus pada bidang studi). Dalam tradisi sufisme, saat sedang menempuh riyadhah spiritual, ketiga hal ini menjadi penting sekali.

Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa Aali Muhammad.

SAID MUNIRUDDIN | The Suficademic
Web: 
sayyidmuniruddin.com
TikTok: tiktok.com/@saidmuniruddin
IG: instagram.com/saidmuniruddin/
YouTube: youtube.com/c/SaidMuniruddin
Facebook: facebook.com/saidmuniruddin/
Facebook: facebook.com/Habib.Munir/
Twitter-Xx.com/saidmuniruddin
Channel WA: The Suficademic
Join Grup WA: The Suficademic-1
Join Grup WA: The Suficademic-2

Bagikan:

2 thoughts on “KUNCI SUKSES: GIGIH DAN KONSISTEN

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Next Post

INI DIA, CARA MATI DALAM KEADAAN TENANG

Wed Mar 6 , 2024
Jurnal

Kajian Lainnya

SAID MUNIRUDDIN adalah seorang akademisi, penulis, pembicara dan trainer topik leadership, spiritual dan pengembangan diri.