
SUNNI-SYIAH DALAM PERSPEKTIF EKONOMI DAN AKUNTANSI
Oleh Said Muniruddin
Di Barat sana, “semakin Islam disebut teroris, semakin banyak pula yang masuk Islam.” Sementara di Indonesia, “semakin Syiah dibenci, semakin banyak pula Syiah digemari.” Ini fenomena yang dalam bahasa ilmu ekonomi disebut: segala sesuatu akan mencari “titik equilibrium”.
Maknanya adalah, jika sesuatu dibenci oleh sebagian orang, maka ada ‘invisible hand‘ yang mengarahkan sesuatu itu untuk dicintai oleh sebagian lain. Semua ini pada akhirnya akan mengikuti rumus akuntansi: “balance“. Mungkin ini pula maksud Tuhan bahwa segala sesuatu diciptakan “dalam keadaan seimbang.”
Maaf, saya bukan ulama yang berada pada posisi untuk menyatakan Syiah itu sesat atau Syiah itu benar. Saya cuma seorang akademisi, yang mencoba melihat keriuhan Sunni-Syiah di media sosial dalam perspektif ilmu ekonomi dan akuntansi.*****
Terima kasih.