BATU YANG TEMBUS CAHAYA

Bagikan:
image: Batu giok jenis nephrite seberat 8 ton, Nagan Raya, Aceh, 3 September 2018 (foto by: ediwanda).

Batu yang Tembus Cahaya
Oleh Said Muniruddin

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIEM. Ada jenis batu yang jumlahnya satu truk, bisa kita beli seharga dua ratus ribu. Sementara ada jenis batu, yang satu butir kecilnya saja bisa mencapai puluhan bahkan ratusan juta. Yang milyaran rupiah juga ada.

Jenis batu yang kedua ini menjadi berharga karena telah mengalami pengayaan geologis oleh berbagai unsur alam. Umurnya pun sangat tua.

Sebuah objek yang bernama batu juga bisa mencapai derajat “mulia” akibat proses yang ia jalani. Batu-batu jenis ini dinamai “batu mulia.”

Tidak gampang menemukan batu jenis ini. Walaupun ia dekat, ada disekitar kita, namun butuh pencarian bahkan penggalian secara sungguh-sungguh untuk menemukannya.

Begitulah nabi-nabi, imam-imam suci hingga para ulama yang arif dan auliya; tidak semua orang bisa memperoleh dan ter-attach (menyatu) dengan mereka. Bahkan ada yang tidak peduli dengan benda-benda pusaka yang berharga ini.

Batu batu permata dan mulia seperti itu, meskipun masih disebut batu, berat jenis, level kepadatan atau kekerasannya beda (1-10 skala mohs). Pada saat yang sama, tingkat kejelasannya (clarity) juga tinggi. Bahkan sudah tembus cahaya (translucent).

Sakitpun bisa disembuhkan dengan batu-batu seperti ini. Batu giok (jade) misalnya, terkenal sebagai material untuk terapi karena pancaran magnetnya positif sekali. Selain karena auranya yang dingin menyehatkan.

Begitu juga manusia yang saat ini jumlahnya lebih dari 7 milyar. Diciptakan dalam berbagai jenis, bersuku-suku dan berbangsa-bangsa. Secara umum harganya murah sekali disisi Allah ta’ala. Kecuali yang bertaqwa (QS. Alhujurat: 13).

Orang-orang bertaqwa adalah orang-orang yang nuraninya sudah bersih (sudah tembus cahaya ilahi ke dalam hati atau qalbunya). Berat amaliahnya juga tinggi karena senantiasa hidup dalam kerangka ubudiyah (social works), ziarah (silaturahmi), sedekah (kedermawanan) dan zikrullah (komunikasi dengan Allah).

Sama seperti tingkatan batu yang bernilai tinggi, mulai dari jenis akik sampai batu mulia. Manusia bertaqwa memiliki maqam yang berbeda.

Ada batu yang kebeningannya sudah bisa ditembusi cahaya dari luar. Ada batu yang bahkan sudah memancarkan cahayanya sendiri.

Pun manusia, tingkat kesempurnaannya beda-beda. Ada yang karena kesungguhannya mengalami proses penyucian diri lalu jiwanya menjadi bersih sehingga bisa ditembusi cahaya (kasyaf).

Ada juga yang menjalani mujahadah serta ujian dari yang begitu tinggi dari Tuhannya, sehingga buka hanya sekedar mampu menyerap pengetahuan laduni, dia sendiri sudah memiliki cahaya ilahi yang bisa ia transfer kepada manusia lainnya.

Inilah yang disebut manusia “sempurna lagi menyempurnakan” (kammil mukammil). Dia sudah disucikan dan mampu menyucikan yang lain. Karamahnya tinggi. Doa-doanya makbul. Dia seorang nabi, imam atau wali yang hadir untuk membimbing manusia menuju cahaya (waliyammursyida).

Sama seperti batu-batu terapist, baik secara saintifik maupun makrifatik, manusia-manusia semacam ini kita temukan punya kemampuan menyembuhkan berbagai penyakit manusia, lahir dan batin.

Dalam dirinya sudah Allah wariskan sebuah “cahaya” yang bersifat independen, sebuah entitas azali yang membuat ruhaninya menjadi sangat tua. Cahaya itu adalah “Cahaya diatas Cahaya”, “Makhluk” yang pertama tercipta, “Nur Muhammad” atau “arwahul muqaddasah rasulullah.”

Mereka-mereka yang mewarisi “cahaya” kenabian inilah yang disebut “batu permata”. Dimana kita bisa menggali untuk menemukannya? Jangan-jangan, dimana ada booming penemuan batu permata (seperti Giok), disekitar itu juga muncul mereka.

Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa Aali Muhammad.*****

Bagikan:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Next Post

VIRTUAL REALITY (RESENSI)

Mon Sep 10 , 2018
Virtual

Kajian Lainnya

SAID MUNIRUDDIN adalah seorang akademisi, penulis, pembicara dan trainer topik leadership, spiritual dan pengembangan diri.