
Jurnal Suficademic | Artikel No. 14 | Januari 2024
SEDIA KERANDA SEBELUM MATI
Oleh Said Muniruddin | RECTOR | The Suficademic
Bismillahirrahmanirrahim
BAGI Anda yang sudah berusia 40, atau lebih. Segera jumpai tukang kayu. Minta mereka untuk mengukur badan Anda. Suruh siapkan keranda.
Kenapa kami sarankan begitu. Sebab, di usia tersebut, pertumbuhan kita sudah berhenti. Itu usia dimana fisik kita mulai susut. Usia 40 adalah titik balik manusia untuk perlahan kembali kepada Tuhan. Jika usia 0-40 adalah periode “mengembara”, usia 40 ke atas adalah fase meretas kembali jalan untuk “pulang”.
Kita bisa mati kapan saja. Tapi, kalau sudah berusia 40 belum mati, sering-sering untuk mengingat mati. Tujuannya bukan untuk melemahkan hidup. Melainkan, untuk menguatkannya dari sisi spiritual.
Sebab, hampir semua bencana yang ditimbulkan manusia dimuka bumi, terjadi akibat gagal mengingat mati. Semua dosa yang secara sembunyi maupun terang-terangan kita lakukan, murni terjadi karena gagal mengingat Tuhan. Semua perilaku lalai dan tercela manusia lahir dari ketidakdisiplinan dalam mengingat kematian. Perilaku busuk dan munafik kita, timbul karena enggan mengingat mati.
Sulitnya Mengingat Allah
Sebenarnya sulit mengingat Allah. Sulit sekali. Bahkan dalam shalat sekalipun yang dikhususkan untuk itu, kita susah mengingat-Nya. Pasti menghayal kemana-mana. Tidak khusyuk. Apalagi di luar itu. Putus total.
Bagaimana mungkin mengingat Allah, Wujud-Nya saja kita tidak tau. Sesuatu yang tidak ada wujud pasti sulit diingat. Karena itu, perlu “wasilah” untuk menjembatani kita dalam mengingat sesuatu yang kita tidak punya dokumen visualnya. Termasuk Allah.
Ada orang yang berwasilah kepada rasulullah, kepada wajah ruhaniah para wali dan kekasih Allah. Ada juga yang secara normatif menghadapkan wajahnya ke bangunan Kakbah, atau benda-benda Alam ciptaan Tuhan lainnya (bulan, bintang, matahari dan sebagainya). Semua itu wujud yang penuh tanda-tanda kebesaran Allah, yang jika diingat, membuat kita ingat kepada Allah. Namun, sebaik-baik wujud adalah, yang jika namanya dipanggil, Allahnya ikut hadir. Itulah manusia-manusia “utusan”, yang dalam qalbunya ada Allah.
Bagi Anda yang tidak mengenal rasul, dan juga tidak mengenal para pewaris rasul, jangan khawatir. Anda bisa menjadikan kematian sebagai “wasilah”. Dan itu adalah selemah-lemah wasilah. Karena itu Nabi saw dalam berbagai riwayat hadis menekankan pentingnya “mengingat mati”.
Keranda Kematian
Pun demikian, sulit mengingat mati. Kalau ada orang mati, kita selalu datang. Tapi bukan untuk mengingat bahwa kita juga akan mati. Melainkan datang untuk bersosialisasi dan mencari suara untuk Pemilu. Mungkin juga untuk menikmati kenduri. Sekalipun yang meninggal adalah saudara, teman atau tetangga kita sendiri; itu tidak membuat kita “merasa” bahwa kita akan mati juga. Tak ada sentuhan emosi apapun saat kita datang ke tempat orang mati. Biasa saja.
Maka, satu-satunya cara untuk membuat kita benar-benar merasa akan mati, dan selalu teringat mati, buatlah keranda sesegera mungkin untuk masing kita. Sekalian dengan kain kafannya. Simpan di tempat yang selalu terlihat.
Tapi jangan gantung di ruang makan, bisa hilang selera makan Anda. Tempatkan di ruang shalat, biar khusyuk dan mudah menangis. Bisa juga ditempatkan di ruang penyimpanan piala dan berbagai prestasi Anda selama ini. Biar Anda tau, bahwa ujung-ujungnya, keranda dan kafan itulah “teman” sejati, yang akan menemani Anda di bawah tanah nanti.
Karena itu, bangun persahabatan dengan keranda dan kafan. Zikirkan, kalau Anda yakin dengan ritual itu. Doakan mereka selalu. Nanti merekalah yang akan menjadi saksi dan teman Anda di alam sana.
Kenapa penting melakukan ini? Sebab, selain memudahkan untuk mengingat mati; juga akan mengurangi beban orang hidup saat kita nanti mati. Keluarga dan masyarakat tidak perlu lagi susah payah menyiapkan keranda dan kafan untuk kita. Kita sendiri sudah lama menyiapkan itu saat masih hidup.
Bahkan katanya, ada orang yang sudah menggali makam untuk dirinya sendiri, sebelum ia mati. Saya kira kita tidak perlu sejauh itu. Masyarakat juga perlu bekerja saat seseorang mati, untuk kebaikan masyarakat itu sendiri. Sekedar menyiapkan keranda dan kafan, saya kira itu sudah memberi banyak energi positif dalam mengingat kematian.
Pentingnya Mengingat Mati
Mengingat mati, jika dilakukan secara negatif, justru menimbulkan ketakutan (fear) yang tidak bermanfaat. Mengingat mati dengan keyakinan fatalis, hanya akan melemahkan perjuangan untuk menghadapi dunia.
Namun, jika dibangun dengan sikap positif, ia menjadi pengingat. Ada kekuatan besar tempat kita berharap akan kembali. Ada Allah. Apapun yang kita pikirkan dan lakukan, kepada-Nya kita semua akan mempertanggung jawabkan. Mengingat mati seperti ini akan membuat hidup seseorang menjadi aktif, etis dan progresif. Dengan melihat keranda, kita sadar, ada waktu yang diberikan sebelum kita sewaktu-waktu dipanggil untuk menghadap. Semua orang akan sungguh-sungguh dalam mujahadah, dalam ibadah, dalam bekerja untuk keluarga dan masyarakat. Kita akan berusaha mengumpulkan amal dengan sebaik-baiknya.
Jadi, kalau susah mengingat Allah, ingatlah kematian. Kalau mengingat kematian juga masih susah, ingat saja kerandanya. Makanya, untuk mudah diingat, buatkan. Simpan di tempat yang mudah dilihat, beserta kain kafannya. Terkesan seram. Tapi hidup setelah kematian akan jauh lebih seram kalau gagal mengingat Allah.
Mengutip pepatah: “Sedia payung sebelum hujan, sedia kafan dan keranda sebelum mati”. Sekilas punya makna lain. Namun, secara tekstual pun, begitulah yang harus kita lakukan.

***
Tiba-tiba seorang warga menepuk bahu saya: “Bang Sayed, saya pulang duluan ya”. Saya terbangun dari lamunan. Rangkaian fardhu kifayah untuk teungku M. Ali bin Daud di komplek kuburan keluarganya baru saja selesai. Beliau Tuha Peut dusun kami. Sangat baik orangnya. Apa yang saya tulis ini adalah hasil lamunan selama hampir satu jam di lokasi pemakamannya.
Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa Aali Muhammad.

SAID MUNIRUDDIN | The Suficademic
Web: sayyidmuniruddin.com
TikTok: tiktok.com/@saidmuniruddin
IG: instagram.com/saidmuniruddin/
YouTube: youtube.com/c/SaidMuniruddin
Facebook: facebook.com/saidmuniruddin/
Facebook: facebook.com/Habib.Munir/
Twitter-X: x.com/saidmuniruddin
Channel WA: The Suficademic
Join Grup WA: The Suficademic-1
Join Grup WA: The Suficademic-2
Terima kasih.