
Jurnal Suficademic | Artikel No. 24 | Februari 2024
JANGAN BERHARAP KEPADA ALLAH..
Oleh Said Muniruddin | RECTOR | The Suficademic
Bismillahirrahmanirrahim.
“Jangan berharap kepada Allah..”. Ini saran saya kepada Anda sebagai avarage workers. Apalagi yang kuat sekali pemikiran rasionalnya, khususnya penganut muktazilah, pasti setuju dengan saya. Jangan libatkan Allah dalam pencapaian sesuatu. Kerjakan sendiri.
Kecuali sudah kepepet sekali, kalau Anda mau, boleh minta bantu sama Allah. Sebab, mukjizat datang saat Anda terdesak. Pertolongan hanya turun saat Anda sudah kehilangan harapan. Selama itu belum terjadi, dunia ini masih urusan Anda.
Karena itu Quran mengatakan, “Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum, sampai kaum itu mengubahnya sendiri” (QS. Ar-Rad: 11). Artinya, berusahalah secara mandiri. Diujung dari proses itu, boleh panggil Allah untuk membantu. Allah biasanya baru muncul saat Anda sudah setengah mati berusaha. Itupun kalau Anda dekat dengan Allah, dan Allah bersedia membantu Anda. Kalau tidak, habislah Anda.
Lihat kisah Musa as, yang lari pontang panting dikejar Firaun. Lalu ia terjebak di tepi laut. Mata Musa mungkin sempat kosong ketika melihat ke arah lautan. Ia bingung bagaimana cara menyeberanginya. Musa tentu orang beriman. Tetapi bukan berarti ia tidak ngos-ngosan saat menghadapi ancaman. Boleh jadi, dalam keadaan gemetar dan putus asa, ia sempat termenung dan kehilangan akal. Menurut saya, film Exodus: Gods and Kings (2014) yang diperankan Christian Bale cukup rasional dalam menggambarkan sosok Musa sebagai manusia biasa. Musa juga bisa sangat galau dalam menghadapi bahaya. Bahkan sebelumnya, ia pernah ketakutan setelah meninju mati seorang warga Mesir (QS. Al-Qashash [28]: 15-16).
Di film itu digambarkan. Ditengah keputus asaannya, ketika tidak tau harus berbuat apa lagi, Musa melempar pedangnya ke laut. Tidak disangka, beberapa saat kemudian, pedangnya yang tenggelam terlihat mencuat kembali. Rupanya air laut mulai surut. Mungkin ada kejadian alam yang sangat langka, yang waktu itu membuat kering Laut Merah. Sehingga, Musa dan kaumnya bisa melintasinya dengan mudah. Quran mengisahkan ini dengan gaya lebih mistis. Laut terbelah setelah Musa diperintahkan Tuhan melempar tongkatnya (QS. Asy-Syu‘ara [26]: 60-64), setelah sebelumnya ia tidak tau harus melakukan apa.
Begitulah. Mukjizat datang saat Anda sudah kehilangan daya dan upaya. Ketika Anda masih berkuasa terhadap diri Anda, Allah mungkin tidak akan mencampurinya. Artinya, sebagai manusia, Anda bisa menentukan masa depan Anda. Banyak orang yang tidak bertuhan yang sukses dalam hidupnya, khususnya secara materi. Hukum-hukum yang berlaku di alam memungkinkan kita survive dengan kekuatan kita sendiri.
Tapi, ketika sesekali berhadapan dengan kekuatan yang tidak Anda pahami, tidak mustahil Allah hadir kalau Anda memanggil. Bahkan sebenarnya, Allah bisa saja menyertai Anda dalam segala kondisi, ketika Anda menyadari bahwa semua yang Anda miliki adalah kekuatan-Nya. Ketika Anda menyadari “ketidaaan” Anda, disitu Dia akan aktual. Bahkan gerak Anda adalah gerak-Nya. Kalam Anda adalah kalam-Nya. Ini yang disebut fana dan baqa. Untuk mencapai kesadaran seperti ini tentu sulit sekali. Perlu latihan yang serius.
Ketika berada dalam kesadaran sebagai manusia, Anda harus “fight”. Sebagai manusia, Anda harus berjuang untuk menang. Sebab, mukjizat baru akan hadir setelah Anda setengah mati berjuang. Umat Islam merosot dan kalah dimana-mana, bukan karena kurang berdoa. Bukan. Doa dan Yasin yang kita baca setiap malam Jumat sudah lebih dari cukup untuk membuat kita maju dan menang. Cuma usaha yang masih kurang, sehingga mukjizat tidak pernah datang. Doa seperti tawakkaltu ‘alallah, atau ayat wala tai-asu min rauhillah (QS. Yusuf: 87); adalah asupan ideologis untuk orang-orang yang bekerja keras.
Di Uhud, Nabi Muhammad SAW hampir mati. Patah giginya. Berdarah mukanya. Robek kulitnya. Kisah berdirinya Islam bukan semata kisah mukjizat. Melainkan kisah yang melahirkan banyak syuhada. Kisah kehabisan harta. Kisah penuh luka. Mukzijat adalah sesuatu yang muncul dibalik semua kerja keras itu. Muhammad jadi nabi sekalipun, bukan kisah tiba-tiba ia jadi nabi hanya gara-gara baik budinya. Berat sekali mujahadah spiritual yang ia tempuh di gua Hirak. Lama ia lakoni itu. Semua kisah sukses para milioner, politisi, musisi, atau atlet berprestasi; adalah kisah kerja keras yang melahirkan mukjizat.
Artinya apa? Kalau ingin menyaksikan mukjizat, bekerjalah secara keras. Sebab, Islam bisa berubah menjadi agama ritual, jika minim kreatifitas. Islam akan menjadi agama yang kehilangan mukjizat, kalau umatnya tidak bekerja keras. Pun kalau sudah bekerja keras dan belum muncul mukjizat, panggillah Tuhan. Belajar juga cara memanggilnya. Ada metode atau tekniknya. Dia pasti hadir saat Anda sudah pada tahap la hawla wala quwwata!
Kesimpulan
Biar tidak salah paham, kita kembali ke judul di atas. “Jangan berharap kepada Allah”, kalau Anda belum mati-matian berusaha. Jangan libatkan Tuhan, kalau Anda belum sungguh-sungguh berjuang. Panggillah Dia, saat Anda sedang mati-matian berusaha. Letakkan harapan kepada Allah, hanya pada saat Anda sungguh-sungguh bekerja. Dia hanya mendengar orang yang sungguh-sungguh!
Ayat-ayat seperti tawakkaltu ‘alallah atau wala tai-asu min rauhillah; adalah ayat-ayat untuk orang yang bekerja keras.
BACA: “Berusahalah Mati-Matian“
Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa Aali Muhammad.

SAID MUNIRUDDIN | The Suficademic
Web: sayyidmuniruddin.com
TikTok: tiktok.com/@saidmuniruddin
IG: instagram.com/saidmuniruddin/
YouTube: youtube.com/c/SaidMuniruddin
Facebook: facebook.com/saidmuniruddin/
Facebook: facebook.com/Habib.Munir/
Twitter-X: x.com/saidmuniruddin
Channel WA: The Suficademic
Join Grup WA: The Suficademic-1
Join Grup WA: The Suficademic-2-2
Terima kasih.