EVOLUSI KESADARAN, DARI GELOMBANG MANUSIA KE GELOMBANG TUHAN

Bagikan:

Jurnal Suficademic | Artikel No.28 | Maret 2024

EVOLUSI KESADARAN, DARI GELOMBANG MANUSIA KE GELOMBANG TUHAN
Oleh Said Muniruddin | RECTOR | The Suficademic

Bismillahirrahmanirrahim.

Dalam studi neurosains terkini, gelombang otak (human brainwaves) terbagi lima. Berikut penjelasan level frekuensi dan karakteristiknya:

Gelombang Otak (Brainwaves)
  1. GAMMA (+30 Hz): Alam atas sadar, kecerdasan intuitif, hidupnya kesadaran ilahi/iluminatif, vibrasi aqal awwal/alam kekuatan malakut, terbukanya mata bashirah/kasyaf, ketercerahan spiritual, kehadiran vibrasi ruhani, munculnya energi kreatif murni/karamah/mukjizat.
  2. BETA (13-30 Hz): Alam sadar, keterjagaan intelektual, hidupnya akal kognitif, proses berpikir, kritis, logis dan perseptif.
  3. ALPHA (8-13 Hz): relaks secara fisik dan mental, fase awal meditatif, pintu gerbang pikiran bawah sadar.
  4. THETA (4-8 Hz): tidur ringan, meditasi yang dalam, menurunnya kesadaran, alam mimpi, pikiran bawah sadar.
  5. DELTA (0.1-4 Hz): tertidur pulas, hilangnya kesadaran/mati

Gelombang Manusia (Akal/Beta), Gelombang Malaikat dan Tuhan (Ruh/Gamma)

Begini. Agama mendefinisikan manusia sebagai “hewan yang berpikir” (hayawanun nathiq). Seseorang baru sah disebut sebagai “manusia” ketika gelombang otaknya berada pada level BETA (13-30 Hz). Beta adalah sebuah kondisi dimana manusia mengalami pertumbuhan nalar kritis, kemampuan berpikir yang intelek, kritis, logis dan perseptif. Inilah yang disebut “alam sadar”. Akal adalah sebuah kekuatan yang membuat manusia “sadar”.

Tapi, sebelum hadir ke alam sadar, manusia sebelumnya berada di alam “atas sadar”. Inilah alam ruhani, alam asal manusia. Di alam atas sadar ini, manusia tetap sadar. Bahkan sangat sadar. Tapi kesadarannya bersifat murni dan iluminatif. Kesadarannya masih bernilai Ilahi (‘aqal awwal).

Di alam inilah manusia ditanya oleh Tuhan: Alastu birabbikum qalu bala syahidna. “Bukankah Aku ini Tuhanmu?”. Mereka menjawab, “Benar” (QS. Al-‘Araf: 172).

وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنۢ بَنِىٓ ءَادَمَ مِن ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَىٰٓ أَنفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ ۖ قَالُوا۟ بَلَىٰ ۛ شَهِدْنَآ ۛ أَن تَقُولُوا۟ يَوْمَ ٱلْقِيَٰمَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَٰذَا غَٰفِلِينَ

Di alam gelombang yang disebut GAMMA (+30 Hz) ini, manusia bisa berkomunikasi dengan Tuhan. Pada frekuensi ini, manusia dekat sekali dan terintegrasi dengan Tuhan. Pada frekuensi ini, kalau dalam istilah sufi, “muraqabah”-nya hidup sekali. Gamma ini gelombang malaikat (Ruh), yang bisa dimiliki manusia sehingga memungkinkan baginya untuk menjangkau ‘pintu langit’. Sehingga dalam keadaan terjaga sekalipun, atau dalam kondisi sadar dan fokus, seseorang bisa mengakses ilham, wahyu atau ilmu-ilmu lain secara langsung dari sisi-Nya (laduni).

Jadi, manusia ini sebenarnya memiliki dua kekuatan. Sebagai manusia yang berakal, sekaligus sebagai malaikat/rasul utusan Tuhan. Manusia, jika bisa mengakses gelombang Gamma, ia akan menjadi “makhluk ilahi” (maksum/suci). Pada gelombang Gamma ini, ruhnya fana dan bawa, dan selalu bertasbih kepada Allah. Para nabi, wali, mursyid atau imam-imam suci, gelombang Gamma-nya dominan sekali. Mata batinnya selalu hidup. Ada (gelombang) malaikat yang senantiasa menjaga mereka.

Human Brainwaves

Bagaimana Cara Kembali ke Gelombang Tuhan (Gamma)?

Lalu pertanyaannya, bagaimana cara kita bisa memperoleh gelombang Gamma? Gelombang Gamma adalah gelombang “asal” manusia. Jika bisa memperoleh gelombang ini, maka manusia telah berhasil kembali ke “asal”-nya. Sebab, asal manusia adalah Ruh (Tuhan). Dan gelombang Gamma adalah gelombang Ruh. Frekuensinya tinggi sekali (+30 Hz).

Dalam metode sufisme, cara kembali ke “asal”, atau cara mengaktivasi gelombang Gamma, adalah dengan mengalami ‘kematian’. Mutu qabla anta mautu. ” Matilah kamu sebelum kamu mati”. Mati yang dimaksud disini bukanlah mati secara biologis. Bukan mati betulan. Melainkan kematian gelombang tertentu dalam diri, sehingga memungkinkan hidupnya gelombang Gamma.

Yang ‘dimatikan’ dalam sebuah proses sufistik adalah gelombang Beta. Gelombang Beta ini merupakan dimensi “aqliyah” manusia. Akal hanya mampu berpikir tentang dunia ciptaan (makhluk). Sementara, untuk menjangkau alam rabbaniah ketuhanan (alam malakut/ruh/khaliq), akal tidak mampu. Selama akal masih hidup, (gelombang/wujud/zat) Tuhan tidak bisa di dapat.

Karena itu, ilmu syariat tidak bisa menjangkau Tuhan. Hanya sufisme (tarikat) yang bisa. Sebab, syariat adalah ilmu pada level gelombang Beta (ilmu-ilmu burhan/aqliyah/argumentatif). Gelombang beta, pada level tinggi, itu bagus sebagai alat untuk berpikir. Tapi, jika frekuensinya rusak, bisa melahirkan anasir jahat pada diri manusia. Sifat iri, dengki, khianat, angkuh, sombong, putus asa, suka mengkafirkan, dan sebagainya; adalah wujud gelombang Beta yang rusak. Pada kondisi ini, nilai kritisisme manusia telah bernilai negatif.

Maka untuk menetralisir (‘mematikan’) gelombang Beta, sufi mengajarkan kita teknik meditasi. Di dalamnya terkait segala sesuatu tentang zikir. Proses meditatif sebenarnya adalah proses menuju ‘kematian’, ke level bawah sadar. Pada fase ini, gelombang otak kita diturunkan frekuensinya ke level “relaksasi” ALPHA (8-13 Hz). Selanjutnya ke “tidur ringan” THETA (4-8 Hz). Sampai akhirnya mirip-mirip mengalami kematian pada “garis lurus kematian” gelombang DELTA (0.1-4 Hz).

Dalam tradisi sufisme, proses ini bisa memakan waktu sampai 40 hari. Artinya, trainingnya intensif sekali. Dilaksanakan di tempat yang sunyi. Makanya para nabi berzikir di gunung (di puncak Sinai, di Gua Hira dan sebagainya). Bisa juga di kamar dan kelambu-kelambu tertutup. Proses ini mesti dibimbing oleh seorang master spiritual. Di alam ruh (‘alam kematian’) inilah gelombang kejiwaan manusia ditata sehingga menjadi sempurna (kamil).

Di akhir dari proses, jika prosesnya benar, manusia akan kembali “terjaga” (hidup/awake), dalam gelombang Gamma. Pada kondisi ini, seorang salik akan mengalami “yaqazah”. Disatu sisi, ia memiliki kesadaran sebagai manusia. Disisi lain, ada “mata” (kekuatan malakut) lain yang telah hidup dalam dirinya, sehingga secara kreatif ia bisa berinteraksi dengan Tuhannya.

Orang-orang yang telah hidup gelombang Gamma, boleh dikatakan telah menjadi “manusia setengah dewa”. Ia telah hidup bersama (gelombang) Tuhannya. Ia telah memiliki kecerdasan super kreatif, karamah, mukjizat, atau qudrah iradah dari Tuhannya. Tuhan telah melihat dengan matanya, mendengar dengan telinganya, berbicara dengan lisannya, menyentuh dengan tangannya, dan bergerak dengan kakinya. Orang-orang dengan gelombang tinggi Gamma telah menjadi “wakil” atau “penolong” Tuhan di muka bumi (wali/rasul/utusan/khalifah-Nya).

Sejumlah hipnoterapist moderen berusaha mengaplikasikan teknik penyembuhan via rekayasa gelombang otak. Mereka bisa menata kembali sejumlah memori bawah sadar. Tapi tidak punya kekuatan untuk menyambungkan pasiennya dengan Tuhan. Mungkin tidak cukup “Cahaya” untuk menteleportasi jiwa manusia ke sisi Tuhan. Bahkan banyak hipnoterapist yang kehilangan energi dalam proses ini, sehingga dia sendiri mengalami kekacauan.

Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa Aali Muhammad.

SAID MUNIRUDDIN | The Suficademic
Web: 
sayyidmuniruddin.com
TikTok: tiktok.com/@saidmuniruddin
IG: instagram.com/saidmuniruddin/
YouTube: youtube.com/c/SaidMuniruddin
Facebook: facebook.com/saidmuniruddin/
Facebook: facebook.com/Habib.Munir/
Twitter-Xx.com/saidmuniruddin
Channel WA: The Suficademic
Join Grup WA: The Suficademic-1
Join Grup WA: The Suficademic-2

Bagikan:

2 thoughts on “EVOLUSI KESADARAN, DARI GELOMBANG MANUSIA KE GELOMBANG TUHAN

Leave a Reply to Anonymous Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Next Post

KUNCI SUKSES: GIGIH DAN KONSISTEN

Tue Mar 5 , 2024
Jurnal

Kajian Lainnya

SAID MUNIRUDDIN adalah seorang akademisi, penulis, pembicara dan trainer topik leadership, spiritual dan pengembangan diri.