
Jurnal Suficademic | Artikel No.43 | Agustus 2024
AGAMA, TUHAN DAN KHAYALAN
Oleh: Said Muniruddin
Bismillahirrahmanirrahim.
Kita akan menjadi apa yang kita ingat. Kalau ingat Tuhan, kita akan ‘menjadi’ Tuhan. Menjadi homodeus. Menjadi godlike human. Menjadi makhluk yang menyerap kekuatan Tuhan. Nabi-nabi dan para wali-Nya seperti itu. Mereka adalah Logos, wujud imej atau Asma Tuhan. Mukjizat yang mereka bawa, adalah tanda untuk itu.
Sebaliknya. Kalau kita mengingat selain Tuhan, kita akan menjadi (kerasukan) selain Tuhan. Termasuk menjadi setan. Itulah bahaya dari thulul amal (طُولُ الأَمَلِ), panjang angan-angan (daydreaming), berhalusinasi, ilusi sex (porn, masturbation, dan orgasm) dan sejenisnya. Perilaku ini merusak fitrah atau algoritma spiritual.
Makhluk Khayali
Manusia adalah makhluk “khayali”. Setiap manusia, melalui kekuatan mentalnya, pasti menghayal. Tidak ada manusia yang tidak mengkhayal. Dan uniknya, khayalan merupakan blueprint untuk memperoleh sesuatu. If you can dream it, you can make it. Kalau Anda bisa mengimpikan sesuatu, Anda bisa mewujudkan itu. Sebelum sesuatu terjadi di alam nyata, mesti ada cetak biru (khayalan) terhadap itu. Kalau ingin kaya, ingin sukses, ingin sehat dan ingin bahagia; maka Anda harus mempunyai gambaran mental yang kuat terhadap itu semua.
Khayalan adalah doa “kun fayakun”, untuk mewujudkan sesuatu. Kalau kita sering mengkhayal yang baik, maka yang baik akan datang. Kalau kita suka mengkhayal hal-hal buruk (berpikiran negatif), maka buruklah takdir yang kita dapatkan. “Aku seperti persangkaan hamba-Ku”, hadis Qudsi. Khayalan adalah gelombang doa pada level bawah sadar, yang membentuk dunia material.
“You are what you think.” Kalian adalah apa yang kalian khayalkan. Apa yang kalian khayalkan, itulah kenyataan kalian. Kita ini makhluk dalam aneka wujud, dalam aneka alam. Kita punya wujud asal di alam rahim (ruh/jiwa). Kalau di alam ruh (alam imajinasi) wujud kita buruk, maka buruklah alam lahiriah kita. Karena itu, perbaiki (dimensi/alam) jiwa, maka nasib duniawi akan berubah (QS. Ar-Rad: 11).
Itulah pentingnya “visi”. Setiap kenyataan dimulai dari alam visual (alam khayalan kejiwaan). Sebaik-baik visi (imajinasi) adalah yang memiliki unsur ilahi. Tuhan akan hadir dalam setiap visi yang menyebut nama-Nya, yang memiliki ruang untuk kehadiran diri-Nya. Tugas kita adalah menghadirkan Tuhan ke dunia, melalui alam visual. Maka tugas kita sebenarnya sangatlah sederhana. Yaitu: mengkhayal. Tugas kita adalah mengkhayal setiap bentuk kesuksesan yang memiliki unsur-unsur Tuhan. Inilah ajaran mengkhayal (ingat/rabith/zikir) dalam dunia sufisme kenabian. Sayangnya, banyak agamawan yang awam, sehingga gagal memahami teknik meditasi. Lalu menuduh sufi itu sesat.
Seni Mengkhayal
Agama adalah seni mengkhayal. Agama adalah ajaran untuk mendidik manusia cara mengkhayal secara kreatif. Begitu kreatif, sehingga Tuhan pun bisa dihadirkan melalui khayalan. Tuhan itu Maha Batiniah. Karena itu, Dia hanya dapat dihadirkan dengan kekuatan batin (khayali).
Namun diperlukan wasilah (objek arah frekuensi) untuk efektif mencapai itu. Jika tidak, ruh khayali kita akan tersesat di alam semesta. Secara syariat, bangunan Kakbah telah dijadikan sebagai pusat atau arah frekuensi yang bersifat lahiriah. Tapi secara spiritual, masing Anda butuh wajah-wajah karamah utusan Tuhan (karamallahu wajah) sebagai fokus kiblat ruhaniah, sebagai tali frekuensi untuk memperoleh sinyal Ilahiah. “Dan setiap umat mempunyai wajah (kiblat) yang dia menghadap kepadanya..” (QS. Al-Baqarah: 148).
Manusia sebenarnya bukan makhluk atomik (fisik), seperti disangkakan kaum materialis klasik. Pada level kuantum, sebagaimana disimpulkan sains moderen, manusia adalah “makhluk kesadaran”, makhluk cahaya atau makhluk gelombang. Melalui teknik “ingat” yang sifatnya sangat batiniah, manusia dapat dikembalikan kepada wujud gelombang awal, yang berbentuk kesadaran (gelombang cahaya).
Wujud gelombang kuantumik manusia akan berubah, sesuai apa yang dia ingat. Kalau dia ingat Tuhan, maka keseluruhan relung kuantum kesadarannya (ruh/jiwa) akan terisi oleh Wujud Tuhan. Begitu juga kalau dia mengingat selain Tuhan, ia akan berubah menjadi selain Tuhan (bahkan menjadi setan). Setan akan hilang, kalau ingatan seseorang selalu terpaut dengan Tuhan.
Pun ketika seseorang mati, dimensi atomik dari dirinya akan tertinggal. Yang tersisa, tetap hidup dan abadi hanyalah wujud energi dari kuantum kesadaran (ruh/jiwa). Jika jiwanya merupakan wujud kuantum khayalan tentang Tuhan, maka ia akan kembali kepada Tuhan. Tetapi, jika wujud kuantum dari kesadarannya adalah wujud khayalan selain Tuhan, maka jiwanya tidak akan kembali kepada Tuhan. Innalillahi wa inna ilaihi raji’un. Hanya gelombang Tuhan yang akan kembali kepada Tuhan.
Mengkhayal itu Ibadah!
Singkatnya, hidup ini tentang “khayalan” (ingatan). Karena itulah, jumlah kata “zikir” dalam Qur’an lebih banyak dari kata “sholat”. Bahkan sholat sekalipun, adalah “zikir”. Dan zikir itu, juga “sholat”. Inti dari sholat adalah “zikir”, ingatan, khayalan atau visualisasi Wajah Tuhan. Innī wajjahtu wajhiya lil-lażī faṭaras-samāwāti wal-arḍa ḥanīfaw wa mā ana minal-musyrikīn (QS. Al-Araf: 79). Aku hadapkan wajahku kepada Wajah (Allah) yang menciptakan langit dan bumi dengan penuh kepasrahan (mengikuti) agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang musyrik. Anda akan terbebas dari musyrik kalau sudah berhasil menghadapkan diri (memvisualisasikan) wajah Tuhan!
Oleh sebab itulah, ibadah paling utama adalah “zikir” (sholat/menghayal tentang Tuhan). Itulah ibadah yang pertama di hisab. Kalau seluruh jiwa kita mencerminkan “imej” (Wajah) Tuhan, maka ibadah lainnya akan diterima. Sebaliknya, jika jiwa kita tidak memiliki pancaran gelombang ketuhanan, semua ibadah lainnya akan tertolak. Sebab, Tuhan hanya menerima dari kita, segala sesuatu yang ada unsur Diri-Nya. Selebihnya tertolak.
Itulah pentingnya memiliki jiwa yang bersih atau “ikhlas”. Ikhlas adalah sebuah dimensi kuantum dari jiwa (kesadaran) yang hanya diliputi oleh ingatan kepada Tuhan. Kalau kita zoom wujud dari jiwa/kesadaran orang yang ikhlas, yang terlihat dalam dirinya hanya Wajah Tuhan. Bahkan dirinya sendiri pun sudah tidak ada lagi. Dengan kata lain, dalam dirinya hanya ada motif ketuhanan. La maujuda illa Allah. Dalam bahasa lebih mistis, “huwa (dia) adalah (pancaran wujud kuantumik) sang Ahad”.
Jadi; mengkhayal secara kreatif itu ibadah. Kalau ingin menjadi pancaran kuantumik dari Tuhan, ingin menyerap kesadaran Tuhan, ingin menjadi Ruh Tuhan, ingin menjadi Kalam Tuhan; kita mesti belajar mengkhayal (sholat) secara “khusyuk” (kreatif). Jika tidak khusyuk, maka khayalan kita akan menjadi liar, tidak akan terfokus kepada Tuhan. Sebab; benar cara kita mengkhayal, langsung terkoneksi dengan Tuhan. Salah mengkhayal, langsung terhubung dengan setan. Tradisi mengkhayal yang benar (suluk/khalwat) telah dijalani dan diajarkan oleh Ibrahim, Musa, Isa, Muhammad, semua nabi, wali dan master-master spiritual sejak era kuno sampai abad moderen.
Penutup
Terakhir, jauhi narkoba. Sebab, narkoba memiliki daya rusak yang luar biasa terhadap hardware spiritual. Terhadap otak dan jaringan sarafnya. Begitu nerve system-nya rusak, Anda akan kehilangan kemampuan berimajinasi secara kreatif. Anda akan kehilangan frekuensi untuk terkoneksi secara positif dengan Tuhan. Sebaliknya, Anda justru terkunci dalam gelombang imajinal yang destruktif, di alam setan. Bisa gila Anda!
Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa Aali Muhammad.

SAID MUNIRUDDIN | The Suficademic
Web: sayyidmuniruddin.com
TikTok: tiktok.com/@saidmuniruddin
IG: instagram.com/saidmuniruddin/
YouTube: youtube.com/c/SaidMuniruddin
Facebook: facebook.com/saidmuniruddin/
Facebook: facebook.com/Habib.Munir/
Twitter-X: x.com/saidmuniruddin
Channel WA: The Suficademic
Join Grup WA: The Suficademic-1
Join Grup WA: The Suficademic-2
Alhamdulillah bisa baca tulisan Ustadz lagi, terima kasih🙏
Syukuran, Alhamdulillah 🙏🏻🙏🏻