“1000 MONTHS”: RAHASIA WAKTU DAN DUA HUKUM SUKSES KEHIDUPAN

Bagikan:

Jurnal Suficademic | Artikel No.57 | Oktober 2024

“1000 MONTHS”: RAHASIA WAKTU DAN DUA HUKUM SUKSES KEHIDUPAN
Oleh Said Muniruddin

Bismillahirrahmanirrahim.

Ada dua pertanyaan untuk mengawali kajian.

Pertama, untuk Anda yang hidupnya terfokus pada produktifitas, yang sangat rajin bekerja dan biasanya punya “to do list” panjang. Pernahkah Anda merasa tidak cukup waktu untuk mengerjakan sesuatu? Anda merasa sudah berusaha mati-matian menyelesaikan sebuah pekerjaan. Tapi tetap saja tidak cukup waktu untuk menyelesaikan semuanya. Kami yakin, Anda pasti pernah dan bahkan sering mengalami itu.

Kedua, untuk Anda yang hidupnya terlalu santai. Pernahkah Anda terduduk diam, mungkin juga lesu, setelah mengingat masa-masa yang telah berlalu. Anda mungkin menyesal karena tidak maksimal memanfaatkan masa muda. Mungkin ada hal yang gagal Anda raih (apakah itu ilmu, keahlian, pangkat, posisi, kekayaan, dsb) gara-gara kelalaian, kemalasan dan perilaku tidak produktif lainnya.

Katakanlah, penyesalan ini Anda alami saat berusia 40. Meskipun bisa saja penyesalan itu terjadi sebelum atau setelah usia itu. Kenapa saya sebut 40? Sebab, usia 40 dipercaya sebagai usia matang, periode emas, puncak energi, atau periode paling produktif dari seseorang dalam meraih sebuah posisi dan kinerja.

Walaupun penyesalan semacam itu Anda alami, seperti dialami oleh banyak orang, jangan khawatir. Karena ada kabar baik. Kabar baiknya adalah, Anda masih punya sisa 40 tahun lagi untuk mencapai sesuatu. Artinya, usia 40 adalah pertengahan dari usia Anda sebelum kematian. Anda masih bisa mencapai banyak hal pada sisa 40 tahun lagi.

Mungkin Anda pernah mendengar kisah para pengusaha yang sukses di masa tua. David Sander misalnya, kakek yang memulai bisnis kuliner pada usia 65. Ia mulai sukses dengan resep ayam goreng KFC-nya pada usia 70. Ray Kroc, pada usia 52 menawarkan ide waralaba ke pemilik McD. Pada usia 59 ia membeli perusahaan McD yang bangkrut itu dan mulai mengembangkannya ke seluruh dunia. Masih banyak kisah orang yang baru memulai usaha dan sukses di atas usia 40.

Nabi Muhammad SAW juga baru memulai kerja-kerja kerasulan, untuk membangun sebuah agama dan peradaban, pada usia 40. Walaupun karir bisnis dan karakter mulianya sudah terbentuk pada usia 40 sebelumnya. Artinya, walau seseorang sudah berusia 40, masih ada banyak waktu untuk sukses dalam membangun sesuatu. Usia 40 adalah usia seseorang dilahirkan kembali dalam spirit baru, untuk memulai sebuah misi penting lainnya.

Jadi, ketika Anda berusia 40 tahun, lihatlah ke belakang. Betapa banyak waktu yang telah Anda habiskan, sebegitu pula banyaknya waktu yang masih terhampar di depan. Betapa banyak peluang yang Anda lewatkan dimasa lalu, sebegitu pula banyaknya peluang yang masih terbuka di masa hadapan.

Berapa Usia Hidup Kita?

Mungkin ada yang bertanya, jika merujuk pada narasi di atas, apakah ini berarti usia kita akan mencapai 80 tahun? Bukankah usia Nabi hanya 63 tahun?

Begini. Ada teori yang menyebutkan, bahwa nabi meninggal karena sakit (demam). Ini akibat efek racun yang kembali mencuat, mungkin akibat sabetan pedang atau tombak dalam perang yang pernah Beliau alami. Inilah penyebab Beliau wafat pada skenario usia yang relatif muda. Padahal pola hidup Beliau sangat sehat. Banyak sahabat nabi yang memiliki usia sampai lanjut. Secara rasional, bisa saja usia nabi melebihi dari 60an. Tapi apa yang terjadi adalah rahasia ilahi.

Sementara itu, ada skenario usia lainnya. Ini skenario “optimis”. Untuk urusan dunia, kita memang harus optimis. Usia kita, rata-rata manusia bisa mencapai “alfi syahrin”, atau 1000 bulan. Ini setara dengan 83 tahun. Untuk mudahnya, kita genapkkan saja menjadi 80 tahun.

Entah kebetulan, angka 1000 bulan atau 80 tahun ini masuk dalam “life expectancy rate” atau Angka Harapan Hidup (AHH) dewasa ini. Di Indonesia, AHH dilaporkan masih sekitar 72 tahun (BPS, 2024). Kalau di negara-negara maju (Divisi Populasi PBB, 2024), usia rata-rata hidup sudah mencapai 75-85 tahun. Karena itu, kalau pola hidup sehat dan optimis, rata-rata akan mencapai usia yang kita sebutkan di atas: 80 tahun alias 1000 bulan.

Dalam perspektif sedikit berbeda, seorang penulis Inggris bernama Oliver Burkeman, mengkonversi angka 1000 bulan ini menjadi 4000 minggu. Ini setara dengan 77 tahun, yang ia anggap sebagai usia rata-rata manusia dewasa ini. Ini juga hampir setara dengan 1000 bulan. Ia menulis buku “Four Thousand Weeks”, tentang bagaimana seseorang bisa sukses dan bahagia dengan mengetahui cara paling efektif untuk mengelola 4000 minggu usianya.

“Lebih Baik” dari 1000 Bulan

Jadi, kita harus mempersiapkan hidup untuk usia 1000 bulan, 4000 minggu, atau sederhananya 80 tahun. Dengan asumsi, periode usia ini kita lewati dalam kondisi sehat dan bugar. Ini skenario “optimis”. Sekali lagi, untuk urusan dunia kita harus optimis.

Menjabat sebagai presiden, gubernur, bupati atau kepala desa pun begitu. Ada periode pastinya. Katakanlah 5 tahun. Anda juga harus optimis akan menghabiskan waktu selama itu. Walau kenyataannya bisa dipecat, diturunkan, dikudeta, sakit atau mati sebelum habis masa jabatan. Atau sebaliknya, karena sesuatu dan lain hal, bisa diperpanjang lebih dari itu.

Namun, yang terpenting adalah bagaimana kita menyiapkan sesuatu untuk periode yang normal tersebut. Semua resource dan planning hidup diarahkan secara optimis untuk mengisi masa waktu normal itu. Karena itu, kalimat “khairum min alfi syahrin” (lebih baik dari 1000 bulan) dalam surah Alqadar ayat 3 menjadi sebuah frasa penting terkait usia normal yang harus dijalani, atau minimal dipersiapkan untuk dijalani oleh manusia.

Yang menarik disini adalah penyebutan “khairum” min alfi syahrin. Kata kuncinya adalah “lebih baik” dari 1000 bulan. Disini sebenarnya ada metode untuk menjalani hidup lebih efektif dan efisien. Ada metode untuk memperoleh kualitas hidup yang lebih baik, daripada sekedar menjalani kehidupan selama 80 tahun dalam deret angka.

Bahwa hidup yang asik adalah hidup yang menemukan sebuah “momentum singkat”, dan itu menjadi long-life experience. Bahwa hidup yang baik bukanlah sepenuhnya ketika kita produktif sepanjang 1000 tahun. Dalam konsepsi era industrial, hidup sukses adalah hidup “mati-matian” dalam bekerja. Pencapaian materi tinggi. Tapi muncul problem kegersangan jiwa. Manusia kehilangan diri di tengah kemajuan zamannya.

Disini kemudian mencuat konsep hidup yang berkualitas, dalam makna berkah dan bahagia. Uniknya, model hidup seperti justru akan Anda peroleh ketika Anda sering menarik diri dari pekerjaan. Sukses akan Anda peroleh ketika melibatkan diri dalam urusan dunia. Tapi bahagia justru Anda dapat ketika Anda menyepi dari distraksi dan masuk ke kedalaman diri.

Dua Hukum Sukses

Ada dua hukum untuk sukses dalam hidup. Pertama, “Ketika selesai suatu pekerjaan, bersegeralah mengerjakan pekerjaan yang lain” (fa idzaa faraghta fansab, QS. Al-Insyirah: 7). Ini rumus untuk produktif. Kalau merujuk pada “Cashflow Quadrant”-nya Robert Kiyosaki, itu perlu untuk mereka yang hidup di Kuadran 1 (employee) dan 2 (self-employed). Jadi, Anda harus terus bekerja dan harus serius menekuni masalah Anda. Sukses ada di tangan Anda sendiri. Skedul kerja harus ketat. Time management penting sekali. Disini Anda akan mengalami usia 1000 bulan yang mungkin dipenuhi stress dan kekecewaan.

Tapi ini bukan satu-satunya rumus. Rumus sukses kedua adalah, “Dan hanya kepada Tuhanmu lah kamu berharap” (wa ilaa rabbika far-ghab, QS. Al-Insyirah: 8). Ini hukum untuk memperoleh kehidupan yang berkah dan bahagia. Anda justru harus sering santai. Disini, untuk sukses Anda disarankan untuk sering-sering ‘bolos’ atau menarik diri dari keramaian, bahkan dalam waktu yang lama. Lalu biarkan “The Invisible Hand” (Tuhan) yang bekerja. Kalau merujuk ke Kiyosaki, orang-orang seperti ini sudah berada di kuadran 3 (business owner) dan 3 (investor).

Artinya apa?

Hidup yang produktif adalah hidup selama 1000 bulan dengan cara terus menerus berpikir dan bekerja. Fokusnya adalah “financial growth”. Namun, untuk hidup sukses dan bahagia, Anda harus sering-sering menarik diri dari kerja. Lalu masuk ke ruang-ruang sunyi untuk menemukan esensi-esensi spiritual. Fokusnya adalah “spiritual growth”.

Nabi Muhammad SAW itu pebisnis produktif. Tapi sering masuk ke ruang meditasi. Rutin ia berkhalwat, mengasingkan diri. Bahkan setiap tahun, bisa sampai 1 bulan lamanya tidak keluar dari Gua Hirak. Kalau sekarang, pekerjaan semacam itu bisa dituduh bid’ah dan dianggap tidak produktif. Nabi Musa juga sama, bis sampai 40 hari tidak turun dari tempat semedinya. Karena itulah kualitas hidup mereka digambarkan dengan kalimat: “khairum min alfi syahrin”. Pada kondisi ini, bukan lagi mereka yang bekerja. Iya, Muhammad masih bekerja. Semua nabi bekerja secara sungguh-sungguh. Tapi sesungguhnya, Tuhanlah yang bekerja.

Inilah jenis hidup yang “lebih baik” dari 1000 bulan. Mereka sudah hidup bersama Tuhan. Santai, tapi produktif. Orang yang banyak mengerjakan sholat dan zikir, itukan orang yang hidupnya sangat santai. Banyak membuang waktu untuk “khusyuk” di mihrabnya. Tidak terlalu sibuk bekerja. Mereka tau cara menyibukkan diri dengan manusia. Juga tau kapan harus menarik diri, untuk berlama-lama dengan Tuhannya. Karena itulah, malam “qadar”, atau momen perjumpaan spiritual menjadi sesuatu yang harus ditemukan jika seseorang ingin hidupnya lebih berkualitas.

Jadi jangan terlalu khawatir untuk merasa harus melaksanakan semua tugas Anda. Kita tidak akan pernah cukup waktu untuk mengerjakan semua tugas. Berapapun usia kita, semua tugas tidak akan terlaksana semuanya. Jangan terjebak dengan “to do list” yang panjang, dengan laporan kinerja, akreditasi dan sebagainya. Anda akan mengalami depresi dengan itu semua. Sebaliknya, aturlah hidup Anda dengan memperbanyak “rileksasi”. Sering-seringlah bolos dari kerja, lalu pergi jumpai Tuhan Anda. Minta Dia untuk mengerjakan sisanya.

Penutup

Ingat, kajian ini bukan untuk melegalisasi sifat malas dan lari dari tanggung jawab dan pekerjaan. Melainkan untuk mengingatkan, bahwa “produktifitas” bukanlah sebuah konsep final. Produktif itu perlu. Tapi ada konsepsi lainnya yaitu “berkah”, yang belum tereksplorasi dengan benar. Time management diperlukan. Tapi bukan hanya untuk bekerja melayani manusia. Melainkan juga untuk secara khusus melayani, menyebut-nyebut dan berjumpa Tuhan. Sekali berjumpa Tuhan, hidup Anda sudah abadi, sudah bernilai ukhrawi. Sudah “lebih baik dari usia standar 1000 bulan”.

Dalam skala mikro, ada ritual zikir berupa shalat 5 waktu. Mungkin hanya butuh waktu 5-10 menit untuk meditasi dalam skala paling sederhana ini. Namun dalam seminggu juga perlu zikir dalam skala kecil, yang mungkin mencapai 3 jam. Atau dalam sebulan perlu meditasi skala menengah, mungkin selama 7 jam tanpa interupsi bersama Tuhan. Begitu juga dalam setahun, perlu cuti 10-30 hari untuk berdua hanya dengan Tuhan.

Melalui pola meditatif inilah kehidupan kita menjadi “lebih baik dan terasa ringan, “Sesungguhnya setelah kesukaran ada kemudahan” (QS. Al-Insyirah: 5-6); daripada sekedar menjalani 1000 bulan yang berat dan membosankan. Sekali berjumpa Tuhan, nilainya lebih baik daripada produktifitas Anda selama 1000 bulan. Iya, kita butuh uang. Tapi bukankah yang kita cari adalah Tuhan?

Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa Aali Muhammad.*****

SAID MUNIRUDDIN | The Suficademic
Web: 
sayyidmuniruddin.com
TikTok: tiktok.com/@saidmuniruddin
IG: instagram.com/saidmuniruddin/
YouTube: youtube.com/c/SaidMuniruddin
Facebook: facebook.com/saidmuniruddin/
Facebook: facebook.com/Habib.Munir/
Twitter-Xx.com/saidmuniruddin
Channel WA: The Suficademic
Join Grup WA: The Suficademic-1
Join Grup WA: The Suficademic-2

Bagikan:

One thought on ““1000 MONTHS”: RAHASIA WAKTU DAN DUA HUKUM SUKSES KEHIDUPAN

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Next Post

PROF. NASARUDDIN UMAR

Mon Oct 21 , 2024
Jurnal

Kajian Lainnya

SAID MUNIRUDDIN adalah seorang akademisi, penulis, pembicara dan trainer topik leadership, spiritual dan pengembangan diri.