HMI AGAMANYA APA?

Bagikan:

Jurnal Suficademic | Artikel No.65 | Oktober 2024

HMI AGAMANYA APA?
Oleh Said Muniruddin

Bismillahirrahmanirrahim.

“HMI agamanya apa?”

Ini mirip pertanyaan konyol. Tapi tidak konyol. Sekilas, jawabannya sudah jelas. Namanya saja HMI. Singkatan dari: Himpunan Mahasiswa Islam. Disitu terang tertulis “Islam”.

Yang jadi isu disini adalah, apakah Islam itu sebuah “agama”?

Kalau jawabannya iya, maka termasuk jenis agama apa Islam itu: “agama langit”, atau “agama bumi”? Hanya ada dua jenis agama di dunia ini, agama langit dan agama bumi.

Agama “langit” adalah Dinullah; kepatuhan langsung kepada Allah, kepada wahyu, ilham, kalam, bisikan, arahan atau perintah-perintah yang bersifat “direct” dari Allah. Keislaman seseorang akan berdimensi “langit”, kalau ruhnya telah mampu berkomunikasi secara aktif dengan Allah. Semua kita punya ruh. Hanya saja, sebagian kita masih hidup dengan kondisi ruh yang “tuli, bisu dan buta; sehingga tidak bisa rujuk (konek) dengan Allah” (QS. Al-Baqarah: 18).

Sedangkan agama “ardhi” adalah agama hasil karya, olah pikir, tafsir dan fatwa yang lahir dari dimensi material manusia. Karena berasal dari dimensi akal, maka agama atau keislaman jenis ini telah bersifat “baharu” (ardhi).

Awalnya, semua agama berasal dari langit. Awalnya murni “wahyu”. Tapi terkadang diinterpretasikan secara panjang lebar, dan bahkan berlebihan, oleh penganutnya. Oleh para rahib, rabi dan pendeta. Maka jadilah wahyu yang awalnya murni petunjuk dari “langit”, menjadi produk olahan “bumi”.

Dalam hal ini, berbagai mazhab fikih yang kita punya adalah bentuk dari “agama bumi”. Butuh ijmak, qiyas, dan aneka penalaran terhadap dalil ayat dan riwayat untuk membuat keputusan agama. Semuanya adalah produk hukum yang lahir dari akal atau pemikiran para schoolar-nya. Kecuali produk-produk hukum itu dihasilkan dari proses dialog dengan Tuhan. Itu baru “agama langit”. Kalau sebuah doktrin keagamaan lahir dari kapasitas intelektual masing ulama, maka itu sudah menjadi “agama bumi”.

Dari sini kita sudah paham, agama dan keislaman apa yang dianut HMI. Sepertinya kita masih terpenjara dalam “agama bumi”. Sebab, kader HMI masih berpedoman kepada teks NDP serta nalar freewill masing anggotanya. Belum sampai pada tahap kemampuan menerima informasi dari Tuhannya.

HMI akan terus beragama pada level “bumi”, kalau yang diikuti adalah dokumen NDP hasil olah pikir manusia terhadap Quran. Qur’an itu sendiri merupakan produk wahyu. Wahyu yang ditulis. Qur’an itu juga tidak digunakan secara mentah. Banyak tafsir untuk memahami setiap kalimat dan katanya. Orang berdebat tentang maknanya, sebab tidak tau apa maksud Tuhan yang sebenarnya. Pada level ini, Islam kembali menjadi “agama bumi”.

Keislaman HMI baru akan menjadi sebuah “agama langit”, kalau kader HMI sudah mampu berkomunikasi secara aktif dengan Allah. Kalau Tuhan telah hadir dalam jiwa, dan Dia langsung yang memberikan petunjuk dan pemahaman kepada kita, pada saat itulah keislaman kita telah kembali ke level “langit”.

Karena itu, butuh metode pengajaran khusus terkait NDP; agar keislaman kadernya bisa naik dari level “bumi” ke level “langit”. Tentu perlu kesadaran dan energi tinggi, untuk beragama melampaui teks (Qur’an/NDP). Sebab, yang kita tuju bukan teks. Yang kita tuju adalah “Pemilik Teks”.

Tapi disini pula masalahnya. Training-training HMI tidak bisa membawa kader untuk sampai kepada Tuhan. Training berjenjang di HMI masih berputar-putar di wilayah dialektika konsep Tuhan dan aneka turunannya. Keislaman kita hanya sampai diperdebatan tentang “Wujud”. Keislaman kita tidak sampai ke perjumpaan dengan “Wujud”. Padahal, kalau kita menauladani bagaimana para nabi beragama, semua mereka bisa mencapai tidak hanya pengetahuan konseptual, tapi juga perjumpaan dengan Tuhan; sejak di dunia.

Karena itulah, pada uraian terdahulu kami menyampaikan, HMI memerlukan kehadiran seorang “the real” (waris) nabi. Yang bisa mengantarkan kadernya kepada Tuhan. Sehingga kita tidak terjebak dengan aneka pemikiran dan dokumen ideologi. Sebab, “ideologi” itu agama bumi. Hasil pemikiran manusia. Disatu sisi, manusia butuh konsep. Namun juga harus terkoneksi dengan Wujud yang dikonsepsikan itu. Perjumpaan dengan Wujud inilah yang disebut “ilham” (wahyu). Sehingga, pada level ini, hidup seorang kader dan alumni akan dipenuhi mukjizat dan energi dari Sang Ilahi.

Masalah beragama seperti ini tidak hanya dialami HMI. Semua umat Islam menghadapi kendala yang sama. NU dan Muhammadiyah juga seperti itu. Semuanya, sama. Level beragama kita sudah jatuh pada tataran “bumi”. Yang kita ikuti lebih banyak hasil pemikiran manusia tentang agama, daripada sesuatu yang dibisikkan Tuhan secara langsung ke dada kita.

Sebagai orang awam, wajar jika kita taklid kepada pemikiran yang telah ada. Tapi, untuk menjadi Insan Cita (manusia paripurna), Anda harus belajar untuk menjangkau kode-kode wahyu. Anda harus belajar untuk mempertajam dimensi iluminatif dari jiwa, agar dapat berkomunikasi secara baik dengan Tuhan yang Maha Hidup, Yang Maha Mendengar dan Maha Berbicara.

Jadi begini. NDP HMI, itu hanya instrumen untuk memantik diskusi, guna menghidupkan nalar dan logika; tentang Tuhan sebagai tujuan kita. Nalar dan logika sangat dibutuhkan untuk menghidupkan dimensi gerak dan perjuangan dari manusia. Tapi, mesti ada instrumen lain, agar jiwa kita bisa terhubung dengan Tuhan secara nyata. Sehingga gerak perjuangan kita murni digerakkan oleh Tuhan, bukan oleh akal saja. Apalagi oleh setan yang ada dalam diri kita.

Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa Aali Muhammad.

Billahi taufiq walhidayah.*****

SAID MUNIRUDDIN | The Suficademic
Web: 
sayyidmuniruddin.com
TikTok: tiktok.com/@saidmuniruddin
IG: instagram.com/saidmuniruddin/
YouTube: youtube.com/c/SaidMuniruddin
Facebook: facebook.com/saidmuniruddin/
Facebook: facebook.com/Habib.Munir/
Twitter-Xx.com/saidmuniruddin
Channel WA: The Suficademic
Join Grup WA: The Suficademic-1
Join Grup WA: The Suficademic-2

Bagikan:

One thought on “HMI AGAMANYA APA?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Next Post

NDP HMI: IMAN, ILMU, UANG DAN AMAL

Sat Nov 2 , 2024
Jurnal

Kajian Lainnya

SAID MUNIRUDDIN adalah seorang akademisi, penulis, pembicara dan trainer topik leadership, spiritual dan pengembangan diri.