Jurnal Suficademic | Artikel No.6 | April 2025
JUMBO, ARWAH MERI DAN SAINS FIKSI TEKNOLOGI GELOMBANG
Oleh Said Muniruddin | Rector | Suficademic
Bismillahirrahmanirrahim.
Spiritualitas bukan lagi sebuah filosofi murni ataupun mistisme yang sulit dijelaskan. Spiritualitas adalah sebuah sains yang secara ilmiah mudah dijelaskan lewat beberapa terminologi fisika seperti “energi”, “gelombang”, “vibrasi” dan “frekuensi”.
Spiritualitas itu sendiri sebenarnya adalah “cara kita berkomunikasi atau berinteraksi dengan yang gaib”. Anda tidak dapat terhubung dengan yang maha jauh, yang maha halus, dengan ruh atau arwah yang maha gaib; kalau tidak menemukan wujud gelombangnya. Sebagai contoh; kalau frekuensinya tidak pas, Anda tidak akan menemukan siaran yang menghubungkan Anda dengan lagu-lagu pilihan Anda di radio tertentu.
Semua lagu itu ada wujud gelombangnya. Halus dia. Eksis di alam tertentu. Tapi bisa nyata terdengar kalau Anda punya teknologi untuk menangkap gelombangnya. Anda bahkan bisa berkomunikasi entah dengan siapa dan dia ada dimana, kalau punya teknologi untuk terhubung dengannya; seperti radio, hp, tv dan lainnya.
Tuhan dan semua wujud yang ada dibawahnya, seperti malaikat ataupun ruh, juga gaib. Ada wujudnya. Ada gelombang energinya. Walau tak kasat, namun bisa dikenali. Bisa dihubungi. Bisa diajak berkomunikasi. Bisa ditangkap. Bisa terkoneksi. Bisa tersambung. Dengan syarat, kita bisa mendapatkan gelombang dan menemukan frekuensinya.
Dan kabar baiknya, suprastruktur manusia (jiwa/qalbu) adalah perangkat “teknologi” yang dapat digunakan untuk itu. Itupun kalau kita tau cara penggunaannya. Umumnya manusia gaptek, awam dengan jenis teknologi ini. Jadi, spiritualitas adalah sains tentang energi pada level gelombang “cahaya” (kuantum) yang sangat halus (gaib).
Kalau Anda menguasai teknologi metafisika ini, Anda bisa berkomunikasi dengan orang tua Anda yang sudah tiada, yang arwahnya entah dimana. Anda bisa mendoakannya, dan diterima tanpa ada hijab. Anda bisa berinteraksi dengan malaikat-Nya. Anda bisa “berjumpa” dengan Tuhan.
Karena aktifnya software spiritual ini maka beberapa orang bisa juga berhubungan dengan “makhluk halus”, dengan “jin”, dan sebagainya. Mungkin Nabi Sulaiman termasuk bagian dari itu. Bahkan bisa memerintahkan dan mengendalikan mereka semua. Kalau tidak cukup “power”, kalau dimensi Anda masih rendah, mungkin justru Anda yang akan diperintah dan dikendalikan oleh makhluk-makhluk ini.
Ketika masuk dalam bahasan seperti ini, langsung terkesan menjadi “mistis”. Mirip perdukunan. Padahal tidak. Sebab percayalah, kita semua adalah makhluk material, yang terhubung dengan dunia gaib (spiritual).
Kita tidak berdiri sendiri. Alam fisika terkoneksi langsung dengan alam metafisika. Ada energi dibalik materi. Materialitas kita tersambung dengan spiritualitas. Kalau tidak terhubung dengan Tuhan, maka jiwa kita pasti akan terhubung dengan hantu. Siapa yang tidak terkoneksi dengan Tuhan yang gelombangnya berdimensi Tinggi, pasti akan terhubung dengan setan yang dimensi gelombangnya sangat rendah. Artinya, orang yang tidak berenergi Tuhan pasti akan berenergi setan. Selalu ada gelombang yang menggerakkan kita. Kalau bukan gelombang Tuhan, ya gelombang setan.
Jadi, ilmu tertinggi dalam agama itu sebenarnya adalah ilmu cara memahami, mengasah dan mengendalikan “gelombang diri” (gelombang spiritual dalam aneka maqamat: jabarut, malaikat dan rabbani). Tasawuf menyebutnya dengan “mengenal diri”. Karena itu, siapa yang mengenal diri akan mengenal Tuhannya. Makrifat adalah ilmu gelombang. Melalui ini Anda bisa mengenal gelombang setan, bisa menangkap, mengendalikan dan menghabisinya. Itu cara menjadi makhluk “mukhlisin”, terbebas dari gelombang setan.
***
Bukan itu yang ingin saya bahas. Itu hanya pengantar.
Saya ingin bahas sebuah film animasi Indonesia, yang menurut saya cukup keren. Cukup keren kalau ditonton di layar lebar dengan efek sound yang mengguncang dada. Baru rilis lebaran Idul Fitri 2025 ini. Judulnya “Jumbo”. Produksi Visinema Studio. Katanya digarap selama 5 tahun. Melibatkan lebih dari 400 animator. Filmnya bergaya barat. Bisa ditonton untuk segala usia. Karena di Aceh tidak ada bioskop, iseng-iseng, saya dan anak-anak menontonnya di Medan.
Saya terkejut, karena mengetahui orang Indonesia sudah bisa bikin film animasi secanggih ini. Alur ceritanya cukup menarik. Saya juga tersenyum, walaupun itu film animasi untuk anak-anak, “drama mistis” berbau hantu dan perdukunan juga masih masuk ke dalamnya. Dasar orang Indonesia. Sepertinya tidak puas kalau tidak bikin film tanpa unsur hantu. Mungkin juga karena jiwa orang Indonesia masih berhantu!
It’s ok lah! Tapi yang bikin asik adalah, cerita mistisisme dikemas dalam “science fiction”. Pada level ini, walaupun mistis, disajikan dengan nada ilmiah. Inilah yang saya bahas di atas. Ilmu gelombang adalah “ilmu spiritual”, ilmu untuk menangkap aneka wujud spiritual. Namun dalam film ini dikaitkan dengan perburuan arwah melalui teknologi fiksi ilmiah. Setting ceritanya kaya dengan budaya Indonesia. Juga padat dengan pesan moral terkait persahabatan dan keberanian.
Adalah pak Kades di Kampung Seruni, tokoh kontroversial. Orangnya terlihat baik. Ternyata, ketika istrinya wafat dan mendapat perlakuan tidak wajar, ia menyimpan trauma masa lalu terkait itu. Dia menggunakan teknologi frekuensi dan gelombang, melalui sebuah perangkat radio untuk menangkap roh yang ada dipemakaman kampungnya. Disinilah geng anak yatim “Jumbo” dengan keragaman karakternya memulai petualangan. Don, Nurman dan Mae berjuang untuk membantu arwah Meri dari perburuan Pak Kades.
Selanjutnya silakan Anda tonton sendiri!
Kami hanya ingin kembali menekankan. Bahwa spiritualitas adalah “ilmu gelombang”. Ilmu para wali, para nabi. Ilmu untuk berhubungan dan terkoneksi dengan Tuhan. Bukan dengan hantu. Kalau gerak dan cara berpikir kita masih bersetan atau berhantu (korup, dhalim dan munkar), berarti gelombang spiritual kita belum tinggi. Belum sampai pada gelombang Tuhan. Kita harus terus memperbaiki dan mempertinggi gelombang spiritual agar bisa akrab dan sampai kepada Tuhan (ihsan).
Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa Aali Muhammad.*****