PENDIDIKAN DAN KORUPSI

Bagikan:

Jurnal Suficademic | Artikel No. 82 | Juli 2023

PENDIDIKAN DAN KORUPSI
Oleh Said Muniruddin | RECTOR | The Suficademic

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIEM. Pendidikan tidak bisa mencegah korupsi. Pendidikan adalah proses transfer ilmu ke “otak”. Semua ilmu yang kita pelajari dari S1 sampai S3, juga semua ayat suci yang kita hafal dari kecil sampai dewasa; itu nyangkut di satu bidang flashdisk kecil di otak yang disebut “hippocampus”.

Ilmu yang kita peroleh tidak melekat, tidak mengalir ke “kullu” jasad (seluruh tubuh). Ilmu terkunci, bahkan terisolasi, di bagian terdalam dari otak. Karena itu, tangan tidak bisa dicegah untuk melakukan korupsi. Sebab, ilmu tidak mengalir ke tangan. Paling-paling akan terjadi sedikit “goyang”, apakah akan mencuri atau tidak. Sebab, otak mengatakan “tidak boleh mencuri”. Sementara, tangan tidak punya kecerdasan itu.

Paling-paling akan terjadi rasa bersalah setelah mencuri. Itupun, yang merasa bersalah hanya “otak” (mental dan pikiran kita). Tangan sedikitpun tidak menyesal telah melakukan itu. Karena itulah dikatakan, “iblis” itu makhluk pintar, berilmu. Tapi tidak mencegahnya dari berbuat jahat.

Karenanya, pola pendidikan yang efektif adalah menciptakan “ketakutan”. Otak harus dibuat untuk berfikir takut. Takut terhadap ancaman dan hukuman. Itulah kenapa agama banyak bercerita tentang “neraka”. Agama, pada level pendidikan umum adalah “syariat”. Yaitu, usaha untuk membuat orang takut. Sadar bahwa tidak mudah mendidik manusia untuk baik, maka syariat cenderung datang dengan membawa ancaman. Memperkenalkan istilah bid’ah dan haram. Sehingga yang dibahas selalu tentang “dalil hukum” dan “hukuman”.

Negara juga begitu. Harus kuat dalam menciptakan ketakutan. Baik dalam bentuk pengawasan serta memperketat penegakan hukum. Kalau itu tidak ada, korupsi pasti merajalela. Pasti. Dan itulah yang sedang terjadi di Indonesia.

Dipikirnya, tindakan korupsi bisa dicegah lewat lewat pendidikan. Tidak bisa. Yang korup itu orang cerdas, punya jabatan dan akses ke anggaran. Orang bodoh mana ada korupsi. Tidak ada lahan korupsi bagi orang bodoh. Paling-paling cuma nyuri ayam. Mereka tidak menambang emas, nikel dan batu bara secara besar-besaran. Kejahatan orang bodoh tidak akan mengganggu sistem. Hanya perampokan oleh para pengelola kekuasaan yang membuat kemiskinan di negara ini.

Tegakkan hukum dan ciptakan ketakutan. Itu yang dilakukan di Cina dan negara lainnya. Koruptor digantung besar-besaran. Sehingga korupsi turun drastis. Termasuk potong tangan seperti di Saudi, kan itu tujuannya. Walaupun yang dipotong itu tangan rakyatnya. Sementara, tangan anggota keluarga istana baik-baik saja. Tidak ada yang putus. Mungkin prinsipnya beda. Seluruh harta negara milik raja dan keluarganya. Karena itu, tidak ada istilah korupsi (potong tangan) bagi kalangan istana. Korupsi/mencuri hanya berlaku bagi rakyat biasa.

Saya tidak tau, prinsip apa yang berlaku di Republik kita. Apakah hukuman hanya berlaku bagi “musuh politik” saja. Atau mencakup semuanya. Kelihatannya beragam. Mudah-mudahan ke depan tidak tebang pilih lagi. Yang jelas, ciptakan ketakutan. Hukum seberat-beratnya. Gantung. Miskinkan. Kuncinya, tegakkan hukum secara adil merata.

Tapi itu pula masalahnya. Penegakan hukum justru amburadul. Aparat hukum justru menjadi sumber kebobrokan hukum. Bekerjanya mirip pura-pura semua. Mulai dari polisi, jaksa dan semua aparat yang terkait dengannya; itu malah ikut menjadi ‘pengelola’ bisnis di negara ini. Sudah menjadi rahasia umum, setiap proyek besar yang di danai uang rakyat, ada kuasa mereka. Sesekali, kebobrokan mereka mencuat. Pada lain kali, mengendap. Lihat bagaimana kasus Sambo. Pesimis kita dengan penegak hukum di negara Pancasila ini.

Karena itu, masalah korupsi menjadi sangat rumit pemecahannya. Pertama, pendidikan tidak mampu memperbaiki “akhlak”. Ilmu kita di sekolah hafalan semua. Quran juga sudah menjadi hafalan besar-besaran, bukan tindakan. Kedua, hukumnya juga tidak tegak. Mafia semua. KPK juga bukan malaikat semua di dalamnya. Konon lagi yang ingin KPK bubar juga banyak. Habis kita.

Sebenarnya, kalau korupsi mau dihilangkan. Cukup tegakkan hukum. Tidak usah dihabiskan uang untuk mendidik siswa dari SD sampai SMA agar tidak mencuri. Tidak usah dibuat kurikulum anti korupsi sampai ke level perguruan tinggi. Buang-buang energi saja. Cukup didik polisi dan jaksanya saja, agar serius memberantas korupsi. Pecat dan gantung mereka besar-besaran kalau tidak bekerja semestinya. Itu saja sudah cukup.

Terkait narkoba begitu juga. Tidak perlu penyuluhan ke sekolah-sekolah terkait bahaya narkoba. Kecuali mau menghabiskan uang untuk itu. Gunakan saja uangnya untuk sungguh-sungguh menangkap semua gembong narkoba, sekaligus aparat yang melindunginya. Data intelijen siapa mereka semua pasti ada. Sebenarnya sesederhana itu cara memberantas narkoba. Rakyat “teler” dengan sabu-sabu, itu hanya akibat dari penegakan hukum yang tidak maksimal. Bersih atau kotornya negara ini, itu wilayah otoritas aparat penegak hukum yang juga punya senjata. Kita rakyat biasa cuma bisa mendukung saja.

Jadi, usaha pemberantasan korupsi tidak usah disasar sampai jauh ke ruangan siswa dan mahasiswa. Mereka itu makhluk suci semua. Kalaupun kemudian lulusan kampus banyak yang melakukan korupsi, itu hanya efek dari kegagalan hukum di negara kita. Hanya hukuman dan ketakutan yang bisa mencegah korupsi. Negara kita bukan negara menakutkan bagi para pencuri. Bahkan pencuri sampai berani berkantor di pendopo dan istana, kementerian, senayan dan sebagainya.

***

Sebenarnya ada alternatif lain untuk mencegah korupsi. Tanpa harus menakuti dan menghukumi. Hanya pendidikan “kenabian” yang bisa membentuk akhlak dan mendidik manusia menjadi “suci”. Akhlak adalah komponen “jiwa”, sebuah elemen yang melekat di seluruh raga. Kalau jiwa bisa diperbaiki, perilaku manusia berubah total. Tanpa harus ditakuti dengan neraka, manusia akan cinta kepada kebaikan, kalau jiwanya terperbaiki.

Ini sudah masuk wilayah pendidikan “ruhiyah”. Bagaimana cara menanam kesadaran ilahiyah pada seluruh jasad. Kalau ini terjadi, seluruh tubuh akan menolak melakukan korupsi. Tidak hanya otak; tangan dan kaki juga bisa berbicara: “Korupsi, No!”. Tuhan sendiri yang akan hadir untuk mencegah seseorang dari melakukan perilaku keji dan mungkar. Dalam tradisi sufistik disebut “muraqabah”. Yaitu, gerak ketuhanan atau ilham kebaikan, yang jika meditasi rahaniahnya kuat, ia akan selalu hadir untuk mendorong manusia pada jalan kesucian.

Tapi tidak usahlah terlalu jauh membahas sistem edukasi ruhaniah ini. Ini khas dunia spiritual (tariqah nubuwwah). Cukup tegakkan hukum (syariah) di NKRI, aman bangsa ini. Tidak perlu menggunakan syariat Islam. Memakai syariat kafir sekalipun, bisa berkurang korupsinya. Lihat negara-negara sejahtera di Scandinavia. Itu menggunakan hukum-hukum kafir. Minim korupsinya. Serius penegakan hukumnya. Berat resiko yang akan dihadapi kalau mencuri.

Bukan berarti negara Barat itu hebat sekali. Tidak juga. Di dalam negerinya sendiri memang hukumnya sudah “law and order”. Tertib sekali. Kalau mau mencuri, bahkan membunuh, itu mereka lakukan di benua lainnya. Lihat bagaimana kekayaan alam Afrika digerus habis oleh perusahaan-perusahaan Anglo Saxon. Juga bagaimana minyak dan kekayaan Irak, Afganistan dikorup US dan sekutunya.

Exxon Mobil di pantai Aceh, atau Freeport di puncak Papua; itu tidak akan bertahan kalau mereka tidak menyogok pejabat negara setempat. Paling tidak, mereka masih berupaya untuk “santun”. Mereka menghindari korupsi dan kejahatan di dalam negeri, dan melakukannya secara besar-besaran di luar batas negaranya. Kita yang masih kacau, barbar dan primitif sekali. Korupsi sampai saat ini masih kita lakukan di negeri sendiri. Kita perkaya diri sendiri. Lalu kita sisakan ampas kemiskinan untuk saudara sebangsa lainnya.

Untuk itu, kami pada kesempatan ini juga mengucapkan “Selamat hari Bhayangkara ke 77” (1 Juli 1946 – 1 Juli 2023). Semoga polisi kita semakin presisi dalam menjalankan tugasnya.

Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa Aali Muhammad.

#powered by SUFIMUDA
___________________
FOLLOW US
:
SAID MUNIRUDDIN | The Suficademic
Web: 
saidmuniruddin.com
YouTube: youtube.com/c/SaidMuniruddin
TikTok:
tiktok.com/@saidmuniruddin
IG: instagram.com/saidmuniruddin/
Facebook: facebook.com/saidmuniruddin/
Twittertwitter.com/saidmuniruddin
Join Grup WA: The Suficademic-1
Join Grup WA: The Suficademic-2

Bagikan:

One thought on “PENDIDIKAN DAN KORUPSI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Next Post

KENDURI, SYIRIK?

Sun Jul 9 , 2023
Jurnal

Kajian Lainnya

SAID MUNIRUDDIN adalah seorang akademisi, penulis, pembicara dan trainer topik leadership, spiritual dan pengembangan diri.